Opini
Opini: Dilema Kampanye di Media Sosial
Dalam era digital yang kian berkembang pesat, komunikasi politik tidak lagi terbatas pada saluran-saluran tradisional seperti televisi, radio,koran.
Dalam konteks pemilu, TikTok menawarkan keuntungan unik bagi Paslon, yaitu kemampuannya untuk membuat konten viral yang dapat menjangkau audiens secara masif dalam waktu singkat.
Viralitas ini sangat penting, terutama dalam menjangkau flying voters yang kerap terpapar oleh tren media sosial dan konten viral daripada terlibat dalam diskusi politik yang mendalam.
Seperti yang diungkapkan Barthes (1967), dalam karya semiotiknya, Image- Music-Text, tanda-tanda visual dan audio tidak pernah netral. Mereka selalu diisi dengan makna yang dipengaruhi oleh konteks sosial dan politik.
Dalam konteks kampanye politik di TikTok, makna ini sering kali berhubungan dengan citra Paslon sebagai individu yang dekat dengan rakyat, modern, atau progresif.
Misalnya, video Paslon yang memperlihatkan mereka sedang berinteraksi dengan rakyat di pasar atau bergoyang mengikuti tren musik populer dapat memberikan kesan bahwa mereka adalah pemimpin yang merakyat dan memahami kebutuhan masyarakat.
Namun, penting juga untuk menganalisis bagaimana pesan-pesan tersebut diterima oleh audiens, khususnya flying voters. TikTok adalah platform yang sangat visual, sehingga tanda-tanda visual sering kali lebih dominan daripada pesan verbal.
Dalam analisis semiotika kritis, kita dapat melihat bagaimana tanda-tanda visual ini sering kali menggantikan argumen politik yang lebih substansial.
Hal ini dapat berdampak pada perilaku pemilih flying voters, yang mungkin lebih terpengaruh oleh citra Paslon daripada oleh kebijakan yang mereka tawarkan.
Flying voters dan TikTok
Flying voters adalah kelompok pemilih yang sangat strategis dalam pemilu. Mereka tidak memiliki afiliasi politik yang kuat dan cenderung memutuskan pilihannya berdasarkan tren atau isu-isu yang sedang berkembang.
TikTok, sebagai platform yang sangat bergantung pada konten viral, menawarkan ruang yang ideal untuk mempengaruhi kelompok ini.
Dalam analisis semiotika kritis, viralitas di TikTok dapat dipahami sebagai serangkaian tanda-tanda yang secara cepat menyebar di antara audiens, menciptakan makna kolektif yang dapat mempengaruhi perilaku pemilih.
Sebagai contoh, sebuah video TikTok dari Paslon yang menjadi viral mungkin tidak hanya menarik perhatian karena pesan politik yang disampaikan, tetapi juga karena unsur hiburan atau keunikan dari video tersebut.
Seperti yang dijelaskan oleh Eco (1976) dalam A Theory of Semiotics, tanda-tanda viral sering kali bekerja pada level asosiasi, di mana sebuah tanda (misalnya, video tarian Paslon) dapat diasosiasikan dengan ide-ide lain yang lebih luas (seperti Paslon ini dekat dengan kaum muda atau Paslon ini kreatif dan inovatif).
Bagi flying voters, viralitas ini dapat membentuk persepsi mereka tentang siapa yang dianggap sebagai pemimpin yang relevan.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.