Opini

Opini: Pemimpin dan Budaya Membaca

Membaca memberikan inspirasi baru, ide-ide kreatif dan inovatif yang sangat bermanfaat dalam mengembangkan organisasinya.

Editor: Dion DB Putra
DOKUMENTASI
Ilustrasi 

Oleh: Adrianus Ngongo
Guru SMK Negeri 2 Kupang

POS-KUPANG.COM - Sebuah pepatah asing berbunyi, All leaders are readers. Semua pemimpin adalah pembaca yang ulung. Pepatah ini menjadi benar ketika kita memeriksa perilaku para pemimpin perusahaan dan pemimpin dunia yang sukses. 

Pendiri Nike, Phil Knight menghabiskan banyak waktu di perpustakaannya untuk membaca

Steve Jobs, pemimpin perusahaan yang memproduksi iphone adalah penggila penyair Inggris, William Blake. Soekarno, Muhammad Hatta dan Sjahrir, pendiri negara Indonesia juga merupakan pembaca-pembaca yang ulung.

Membaca sangat bermanfaat bagi seorang pemimpin (Pasha, 2024). Pertama, membaca menyediakan pengetahuan yang luas dan mendalam. Seorang pemimpin membutuhkan wawasan yang lebih dari sekadar pengetahuan teknis dalam bidangnya. 

Dengan membaca, seorang pemimpin membuka jendela dunia yang lebih luas. Dengan wawasan yang luas dan mendalam, seorang pemimpin akan mampu membuat keputusan yang bijak, yang memperhatikan beragam sudut pandang dan pemikiran.

Kedua, meningkatkan keterampilan kepemimpinan seperti kemampuan komunikasi, empati, dan keterampilan interpersonal. Membaca buku dapat menjadi sumber inspirasi yang sangat berharga dalam mengembangkan keterampilan seorang pemimpin. 

Dari buku, pemimpin mampu memahami perspektif orang lain, meningkatkan kemampuan komunikasi dan mengembangkan strategi dalam beragam situasi. 

Membaca menolong pemimpin belajar dari keberhasilan dan kegagalan orang lain sehingga mendukung mereka menjadi lebih efektif dalam kepemimpinan mereka.

Ketiga, terbuka terhadap ide-ide baru dan inovatif. Membaca membuka pemikiran pemimpin terhadap keberagaman pandangan sehingga memaksa mereka mempertimbangkan pendekatan baru dalam kepemimpinan mereka.

Membaca memberikan inspirasi baru, ide-ide kreatif dan inovatif yang sangat bermanfaat dalam mengembangkan organisasi/lembaganya.

Keempat, meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Dengan membaca, kemampuan berpikir kritis pemimpin akan meningkat. Kemampuan berpikir kritis berguna untuk menganalisis informasi dan data yang berseliweran dari berbagai sumber. 

Kemampuan ini sangat berguna di era digital dimana informasi begitu berlimpah sehingga wajib disaring untuk memastikan mana informasi yang benar dan mana yang hoaks. Dengan ini pemimpin dibantu untuk membuat keputusan yang lebih bijaksana dan efektif.

Kemampuan Membaca Rendah

Kemampuan membaca penduduk Indonesia pada umumnya masih rendah. Penelitian yang dilakukan UNESCO menemukan bahwa hanya 1 dari 1.000 penduduk yang berminat membaca (indeks 0,001 ). 

Kondisi ini sejalan dengan hasil dalam penelitian World’s Most Literate Ranked yang dilakukan oleh Central Connecticut State University (2016) yang menyatakan bahwa minat baca masyarakat Indonesia berada pada posisi 60 dari 61 negara yang diteliti.

Survei Programme for International Students Assesment (PISA, 2019) menemukan bahwa tingkat literasi masyarakat Indonesia pada posisi 62 dari 70 negara yang diteliti. 

Ranking ini bermakna bahwa kondisi literasi terutama kemampuan memahami bacaan di Indonesia masuk pada kategori buruk. 

Kondisi literasi sedikit membaik pada 2022 ketika posisi Indonesia naik dua peringkat ke urutan 60. Perbaikan peringkat yang belum sungguh berarti.

Tingkat literasi yang rendah sangat berpengaruh pada kualitas kepemimpinan. Pemimpin yang level literasinya rendah dapat dilihat dari kualitas kebijakan yang dihasilkan juga rendah. 

Kualitas kebijakan yang rendah muncul ketika hasil kebijakan tersebut tidak berdampak bagi orang banyak tapi hanya kepada sang pemimpin dan segelintir orang di sekitarnya. 

Beragam kejahatan yang merugikan kepentingan bersama/umum seperti kolusi, korupsi, dan nepotisme sering terjadi karena rendahnya level literasi pemimpin.

Kualitas yang buruk juga nampak dari kapasitas public speaking yang rendah. Dalam pertemuan atau seremoni, pemimpin yang abai membaca akan mengungkapkan hal yang serupa dalam berbagai kesempatan. Tidak ada hal baru apalagi menarik dari apa yang disampaikan.

Kosakatanya miskin dan pasti tidak menggugah pendengar/audiensnya. Pemimpin model ini mengeluarkan kata-kata yang mati dan membosankan, yang tidak merangsang pertumbuhan dan perkembangan manusia atau lembaga yang dipimpinnya.

Menengok perilaku para pemimpin hari-hari ini nampak dengan telanjang betapa banyak di antara mereka yang berkemampuan literasi sangat rendah. Dalam seremoni atau diskusi publik lebih mengutamakan otot daripada otak. 

Ketika emosi sudah terpancing maka kata-kata yang dikeluarkan menggunakan nama-nama binatang. Tidak ada integritas yaitu kesatuan antara kata dan perbuatan. 

Sehingga kata-kata yang dikeluarkan begitu indah terdengar di telinga namun alpa dalam realitas yang dipandang mata. Janji begitu manis tapi jauh dari realitas.

Read to learn

Seorang pemimpin sejatinya memiliki spirit read to learn (membaca untuk belajar). 

Membaca adalah kegiatan inti untuk membangun pemahaman sehingga terbentuk pengetahuan dan kompetensi yang semakin mendukung seorang pemimpin mempertimbangkan dan membuat keputusan yang benar, bijak dan berguna bagi keamaslahatan orang banyak.

Membaca bagi seorang pemimpin bukan sekadar kegiatan mengisi waktu luang atau hiburan, namun merupakan alat untuk belajar, memperluas wawasan, dan meningkatkan kapasitas diri. 

Seorang pemimpin wajib untuk memiliki pengetahuan dan pemahaman yang luas, baik dalam bidang kepemimpinan maupun isu-isu lain yang berkaitan dengan pekerjaan dan tim yang dipimpinnya. 

Dalam konteks pemahaman tersebut, read to learn; menekankan pentingnya membaca untuk memperoleh pengetahuan yang relevan, baik dari buku, artikel, maupun sumber-sumber lain yang bisa memberi pandangan baru dan strategi inovatif.

Membaca mendukung pemimpin untuk terus mengembangkan diri dalam menghadapi tantangan baru. Dunia tak pernah sama dan terus berubah, demikianpun situasi politik, ekonomi, dan teknologi. 

Pemimpin yang baik dan efektif harus selalu mengikuti perkembangan terbaru agar dapat mengambil keputusan yang bijak. 

Melalui membaca, pemimpin dapat belajar dari pengalaman dan kesalahan orang lain, sehingga mampu menghindari kesalahan/jebakan yang sama dan merumuskan solusi yang lebih baik.

Selain itu, membaca juga memperkaya perspektif dan cara berpikir seorang pemimpin. Buku-buku tentang psikologi, sejarah, atau bahkan fiksi dapat memberikan wawasan tentang cara manusia berpikir, bertindak, dan bereaksi dalam beragam situasi/suasana. 

Pemimpin yang rajin membaca akan dengan mudah memahami motivasi, kebutuhan, dan keinginan anggota timnya, yang akhirnya meningkatkan efektivitas kepemimpinannya.

Akhirnya, read to learn  bagi seorang pemimpin berarti terus-menerus belajar dan tumbuh melalui aktivitas membaca, sehingga dapat memimpin dengan wawasan yang luas, kecerdasan yang tajam, dan kebijaksanaan yang mendalam. (*)

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved