Kunjungan Paus Fransiskus
Menjelang Kunjungan Paus Fransiskus, Inilah Sejarah Singkat Gereja Katolik di Indonesia
Paus Fransiskus akan berangkat dengan pesawat dari Roma menuju Indonesia pada sore hari tanggal 2 September untuk perjalanan internasional ke-45.
POS-KUPANG.COM - Paus Fransiskus akan berangkat dengan pesawat dari Roma menuju Indonesia pada sore hari tanggal 2 September untuk perjalanan internasional ke-45 selama masa kepausannya.
Selama 12 hari berikutnya, ia akan menempuh perjalanan selama 44 jam dengan pesawat, menempuh jarak 20.000 mil dan mengunjungi empat negara: Indonesia, Papua Nugini, Timor Leste, dan Singapura.
Paus akan didampingi dalam perjalanan terpanjang selama masa kepausannya oleh dua kardinal Vatikan: Pietro Parolin, sekretaris negara, dan Luis Antonio Tagle, wakil prefek Departemen Vatikan untuk Evangelisasi.
Rombongannya juga akan mencakup Uskup Agung Edgar Peña Parra, kepala staf sekretariat negara, dan Uskup Agung Paul Gallagher, sekretaris hubungan dengan negara-negara, menteri luar negeri Vatikan, dan tiga sekretaris pribadi Paus.
Ia akan dikawal oleh pasukan keamanan dari Garda Swiss dan Gendarmerie Vatikan serta tim medisnya, dan akan ditemani oleh sekitar 75 wartawan, termasuk koresponden Vatikan dari Amerika.
Setibanya di Bandara Internasional Soekarno-Hatta Jakarta pada pagi hari Selasa tanggal 3 September, Fransiskus akan disambut secara resmi dan kemudian diantar ke nunsiatur di ibu kota tempat ia akan beristirahat selama sisa hari itu.
Fransiskus, yang berusia 87 tahun dan menggunakan kursi roda, akan tetap berada di Jakarta, kota berpenduduk 11 juta orang di pesisir barat laut Jawa, pulau terpadat di Indonesia, hingga berangkat ke Papua Nugini pada hari Jumat, 6 September.
Moto kunjungan Paus adalah "Iman, Persaudaraan, Kasih Sayang," dan selama kunjungannya, Fransiskus dijadwalkan untuk menyampaikan tiga ceramah dan homili yang mencakup konsep-konsep ini. Ia memulai kunjungannya pada pagi hari tanggal 4 September dengan mengunjungi Istana Merdeka, tempat ia akan disambut dengan upacara resmi sebelum terlibat dalam percakapan pribadi dengan Presiden Indonesia, Joko Widodo, 63 tahun. Ini akan menjadi pertemuan pertama mereka.
Setelah itu, didampingi oleh presiden, ia akan menyampaikan pidato besar pertamanya saat ia menyapa 300 perwakilan dari pemerintah Indonesia, masyarakat sipil, dan korps diplomatik.
Kemudian pada pagi harinya, Fransiskus akan mengadakan sesi tanya jawab pribadi dengan sekitar 100 dari lebih dari 300 anggota Serikat Yesus (SJ) di Indonesia di kedutaan Vatikan.
Pada sore harinya, Paus pertama dari belahan bumi selatan ini akan berpidato di hadapan para uskup, imam, diakon, orang yang telah ditahbiskan, seminaris, dan katekis di katedral neo-Gotik Our Lady of the Assumption, yang dirancang oleh seorang arsitek Jesuit, Antonius Dijkmans, dan dibuka pada tahun 1901.
Ia akan menutup hari itu dengan bertemu dengan 200 orang muda dari Scholas Occurrentes di pusat pemuda “Grha Pemuda”. Scholas Occurrentes adalah sebuah gerakan pendidikan, yang dimulai di Buenos Aires saat Fransiskus menjadi uskup agung, yang mempromosikan budaya perjumpaan dan perdamaian.
Baca juga: Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia Diharapkan Bisa Menyuarakan Perjuangan Masyarakat Adat
Pada tanggal 5 September, ia akan memulai hari dengan pidato penting di hadapan pertemuan lintas agama di Masjid Istiqlal (Kemerdekaan).
Masjid ini merupakan masjid terbesar di Asia Tenggara, dengan kapasitas untuk menampung 120.000 orang; masjid ini dibuka pada bulan Februari 1978 untuk memperingati kemerdekaan negara tersebut.
Masjid ini terhubung dengan katedral Katolik di dekatnya melalui terowongan bawah tanah, "terowongan toleransi," dan pada hari Jumat (hari salat umat Islam) dan Minggu (untuk Misa), umat Katolik dan Muslim berbagi tempat parkir masing-masing.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.