Opini
Opini: Repatriasi Koleksi Jaap Kunst ke Nusa Tenggara Timur
Jadi, orang-orang dari Afrika atau Asia belum pernah mendengarkan musik dari Amerika Selatan atau Pasifik, begitu pula sebaliknya.
Untuk pertama kalinya dalam sejarah, orang-orang di Eropa dapat mendengar suara dan musik dari orang-orang di belahan dunia lain. Hal ini mengubah penilaian mereka terhadap musik dan budaya lain.
Orang Eropa menjadi lebih akrab dengan musik dari Asia, Afrika, dan Amerika, karena mereka dapat memutar ulang musik tersebut sebanyak yang mereka mau.
Sebelum fonograf ditemukan, orang hanya dapat mendengarkan lagu yang sama mungkin sekali atau dua kali dalam hidup. Orang hanya dapat mengulang lagu-lagu yang dapat dinyanyikan atau dimainkan sendiri.
Jaap Kunst adalah salah satu peneliti pertama yang menggunakan fonograf. Ia bekerja di Hindia Belanda Hindia Belanda (Kini Indonesia) antara tahun 1919 dan 1934 sebagai pegawai negeri sipil pemerintah kolonial di Batavia (sekarang Jakarta).
Ia merekam lebih dari 300 silinder lilin dengan musik dari Nias, Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali, Sulawesi, Maluku, Flores, Sumba, Timor dan Papua. Ia mengumpulkan lebih dari 500 alat musik dari tempat tersebut.
Dia merekam film bisu dan mengambil lebih dari 6.500 foto latihan musik, alat musik, dan latihan tari di sana. Ia menerbitkan banyak sekali buku dan artikel tentang musik nusantara.
Dengan melakukan hal tersebut, ia menyajikan musik Indonesia kepada pembaca dan penonton di seluruh dunia.
Argumen utama yang dikemukakannya adalah bahwa musik-musik tersebut tidak boleh dinilai berdasarkan apa yang disukai orang Eropa, namun berdasarkan preferensi sekelompok orang (kelompok “etnis”) yang menikmati dan mempraktekkan musik tersebut. Inilah yang mendasari disiplin ilmu baru pada pertengahan abad ke-20: etnomusikologi.
Namun, untuk memahami siapa Jaap Kunst dan mengapa karyanya masih penting, kita perlu melihat orang-orang di sekitarnya.
Tidak pernah ada seorang jenius pun yang mampu mengubah cara berpikir atau “menemukan” suatu disiplin ilmu baru. Hal itu selalu merupakan kerja kolektif. Namun tidak semua anggota tim selalu terlihat.
Koleksi dan Kerja Kolektif Jaap Kunst
Ada beberapa orang yang menyadari apa yang sekarang kita kenal sebagai Koleksi Jaap Kunst, sesungguhnya tidak hanya berasal dari Jaap Kunst semata, tapi juga dari Katy Kunst-Van Wely (1897-1992), istrinya.
Ia juga merekam musik. Sama seperti Jaap Kunst, Katy juga mengatur, memberi anotasi, dan menafsirkan rekaman, alat musik, foto, dan film yang mereka simpan.
Bulan madu Jaap dan Katy ke Bali pada tahun 1921 merupakan ekspedisi etnografi; mereka meneliti musik bersama-sama, dan mereka menerbitkan buku tentangnya bersama-sama, dengan judul De toonkunst van Bali [1924].
Katy Kunst bukan hanya asisten Jaap, mereka bekerja bersama-sama. Namun hanya Jaap yang mendapat pujian sebagai “bapak pendiri etnomusikologi”.
Opini: Prada Lucky dan Tentang Degenerasi Moral Kolektif |
![]() |
---|
Opini: Drama BBM Sabu Raijua, Antrean Panjang Solusi Pendek |
![]() |
---|
Opini: Kala Hoaks Menodai Taman Eden, Antara Bahasa dan Pikiran |
![]() |
---|
Opini: Korupsi K3, Nyawa Pekerja Jadi Taruhan |
![]() |
---|
Opini: FAFO Parenting, Apakah Anak Dibiarkan Merasakan Akibatnya Sendiri? |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.