Berita Flores Timur

Tak Ada Pilihan, Ribuan Warga Tetap Bertahan Hirup Belerang Gunung Lewotobi Flores Timur

Beberapa dari mereka tak keberatan jika harus direlokasi sementara waktu hingga Gunung Lewotobi Laki-laki kembali berstatus Normal.

Editor: Rosalina Woso
POS-KUPANG.COM/PAUL KABELEN
Suasana Desa Persiapan Padang Pasir, Desa Induk Hokeng Jaya, Kecamatan Wulanggitang, Kabupaten Flores Timur yang juga terdampak erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Paul Kabelen

POS-KUPANG.COM, LARANTUKA - Warga terdampak erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki di Kabupaten Flores Timur, Pulau Flores, NTT, tetap bertahan meski hidup dalam ancaman kesehatan. Tak ada pilihan lain untuk pergi ke tempat yang aman dari kepungan belerang.

Wilayah terdampak abu sangat parah adalah Desa Dulipali di Kecamatan Ile Bura, dan enam desa di Kecamatan Wulanggitang yaitu Desa Klatanlo, Pululera, Hokeng Jaya, Desa Boru, Desa Nawokote, dan Desa Boru Kedang.

POS-KUPANG.COM, berhasil menghimpun data jumlah penduduk dari Pemerintah Desa Hokeng Jaya terdata 1.570 jiwa, Desa Klatanlo 1.129 jiwa, Desa Pululera 1.530 jiwa, Desa Dulipali 618 jiwa, dan Desa Boru 2.819 jiwa.

Warga terdampak pun memberikan alasan mengapa masih bertahan di tengah ancaman bencana erupsi yang entah sampai kapan akan berakhir.

Baca juga: Ajak Beli Tas, Modus Sopir di Flores Timur Rudapaksa Gadis Belia

Beberapa dari mereka tak keberatan jika harus direlokasi sementara waktu hingga Gunung Lewotobi Laki-laki kembali berstatus Normal.

"Tempat ini sudah tidak sehat untuk kami, setiap hari erupsi berkali-kali. Abu sampai masuk ke rumah, air dan sayur kami tidak bisa konsumsi," ujar Rasdiana Hasilie, warga Desa Dulipali.

Rasdiana terpaksa bertahan dalam keadaan bencana karena tak ada pilihan. Jika harus mengungsi secara mandiri, maka mereka akan kehilangan penghasilan lantaran tak bekerja.

"Kami mau ke tempat aman, entah pergi ke keluarga atau dimana saja, tetapi nanti siapa yang kasih kami makan dan tanggung biaya hidup? Sementara kami tidak bekerja," ujarnya.

Dia berharap Pemerintah Daerah Kabupaten Flores Timur memikirkan nasib ribuan nyawa yang masih bertahan dalam rumah.

Psikologis dan kesehatan warga setempat, lanjut Rasdiana, sangat terganggu apa lagi jarak Desa Dulipali dengan Gunung Lewotobi Laki-laki berkisar 3 kilometer.

"Semoga ada tindak lanjut yang baik dan tepat untuk kami. Kalau erupsi lalu macam getaran, kami di sini rasa macam gempa bumi," tandas Rasdiana.

Rasdiana bilang, jika diarahkan ke tempat aman, maka tempatnya harus bebas belerang gunung. Sebab, salah satu lokasi pengungsian di Desa Boru tak layak untuk dijadikan tempat tinggal sementara karena sudah terpapar abu.

Warga Desa Klatanlo, Markus Derosari, juga tak keberatan jika pemerintah mengarahkan mereka untuk pindah sementara.

Menurutnya, pemukiman sudah tak nyaman dan asri. Dia takut suatu saat terjadi lonjakan kasus kesehatan akibat erupsi gunung.

Halaman
12
Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved