Berita Flores Timur
Delapan Bulan, Warga Lereng Gunung Lewotobi Laki-laki Flores Timur Hirup Belerang
Banyak warga termasuk anak-anak terserang diare, gatal-gatal, batuk, bahkan tak menutup kemungkinan Infeksi Saluran Pernapasan Akut
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Paul Kabelen
POS-KUPANG.COM, LARANTUKA-Delapan bulan sudah warga Lereng Gunung Lewotobi Laki-laki menghirup belerang akibat aktivitas erupsi. Gunung berstatus Level III (Siaga) ini masih memuntahkan material vulkanik sejak Desember 2023 hingga Agustus 2024.
Terdapat 18 desa yang bermukim di Lereng Gunung Lewotobi Laki-laki, meliput 11 desa di Kecamatan Wulanggitang dan 7 desa di Kecamatan Ile Bura, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur.
Mencakup puluhan ribu jiwa, sebanyak 6 desa diantaranya menjadi wilayah terdampak parah dengan kadar belerang sangat tebal. Wilayah dimaksud adalah Desa Dulipali, Desa Hokeng Jaya, Desa Klatanlo, Desa Pululera, Desa Boru, dan Desa Nawokote.
POS-KUPANG.COM mulai mendatangi desa terdampak erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki pada, Sabtu 17 Agustus 2024 dan Minggu, 18 Agustus 2024.
Baca juga: Sisi Lain Kasus 13 Pria Lecehkan Remaja di Flores Timur Menurut Pamannya
Abu belerang tebal membuat pemukiman tak sehat. Keadaan seperti ini sudah terjadi sejak erupsi pertama Desember 2023 hingga warga diungsikan awal Januari 2024.
Enam desa itu masuk pada bagian barat laut, barat, dan barat daya dari Gunung Lewotobi Laki-laki. Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Lewotobi Laki-laki di Desa Pululera mencatat pergerakan abu mengikuti arah angin condong ke Desa Dulipali, Klatanlo, Hokeng Jaya, Boru, Nawokote, dan Pululera.
Banyak warga termasuk anak-anak terserang diare, gatal-gatal, batuk, bahkan tak menutup kemungkinan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (Ispa). Hawa kampung yang mulanya asri nan indah kini seperti 'Kampung Belerang'.
Saban hari warga memakai masker penutup hidung dan mulut untuk mengurangi resiko penyakit dari lingkungan yang tercemar. Namun tak sedikit dari mereka masih acuh dengan protokol kesehaatan.
Belerang di sepanjang jalan hingga halaman bahkan terbawa angin lalu masuk sampai ke dalam rumah. Meja makan, piring, gelas, dan peralatan lainnya selalu terkena abu meski sudah ditutup rapat dengan kain.
Salah seorang ibu rumah tangga sekaligus penjual buah di Desa Hokeng Jaya, Elisabeth Kuna Namang, masih mengalami batuk keras akibat terus menghirup abu gunung.
"Entah di rumah atau saat jual, setiap saat hirup belerang. Kita pakai masker sampai dua lapis juga masih rasa, sampai sakit," katanya kepada wartawan, Senin, 19 Juli 2024.
Bahaya penyakit memang mengkhawatirkan sekaligus teror bagi warga terdampak erupsi. Mereka cemas suatu waktu timbul penyakit yang lebih serius karena saban hari terpapar belerang.
"Sekarang ini batuk-batuk, itu hari banyak sakit diare, tidak tahu beberapa bulan atau kapan saja pasti muncul banyak penyakit lain," tutur Elisabeth.(*)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM Lainnya di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.