Tokoh NTT

Profil Pasifisius Wangge, Penyelamat Lingkungan di Sikka NTT yang Meraih Kalpataru 2024

Rupanya kerja keras berjibaku dengan alam, melawan panas dan hujan yang terus mendera berbuah manis dimana mendapat perhatian dari pemerintah

|
Penulis: Edi Hayong | Editor: Edi Hayong
POS-KUPANG.COM/HO
Pasifisius Wangge alias Yuven mendapatkan penghargaan Kalpataru 2024 dari pemerintah yang diserahkan Penjabat Bupati Sikka pada HUT ke-79 RI, Sabtu 17 Agustus 2024. 

Terkait perasaannya, yuven mengatakan sebenarnya biasa biasa saja. Tidak ada yang luar biasa. Tetapi bersyukur bahwa pemerintah mempunyai kepedulian terhadap setiap orang atau komunitas yang bekerja untuk merawat bumi sebagai rumah bersama.

"Sesungguhnya tujuan yang saya lakukan selama ini adalah agar lingkungan selalu hijau, sumber sumber mata air selalu tersedia, tidak terjadi longsor dan banjir," kata Yuven memberi alasan.

Dia berharap seluruh masyarakat agar selalu merawat bumi sebagai rumah bersama. Bumi sudah sangat rapuh karena ulah manusia.

Untuk itu Sekretaris Forum Peduli Penanggulangan Bencana Sikka 2013-Oktober 2021 mengajak semua warga bergandengan tangan dengan berbagai  pemangku kepentingan untuk selalu menjaga menjaga dan merawat lingkungan.

Caranya dengan tidak sembarang menebang pohon, membakar hutan, membuang sampah tidak pada tempatnya, merusak habitat sungai dengan membuang racun atau obat obatan dan lain sebagainya.

"Mimpi besar ke depan adalah bagaimana kali mati yang berada di tengah Kota Maumere airnya bisa mengalir sepanjang tahun seperti pada tahun 70-an ke bawah," harap Yuven.

Untuk diingat, pada tahun 2012-2015 Caritas Keuskupan Maumere dalam program Kemitraan untuk Ketahanan melakukan pendampingan terhadap komunitas pada 3 desa yaitu Renggarasi Kecamatan Tanawawo, Magapenda Keceamatan Magepanda dan Runut Kecamatan Waigete.

Baca juga: Profil Dr Andreas Hugo Pareira, Politisi PDIP yang Terus Kawal Beasiswa Untuk Anak NTT

Dalam perjalanan program, selanjutnya ada penambahan desa yaitu Buwatuweti (Tanawawo), Kolisia B (Magepanda) dan Watudiran (Waigete).

Secara umum dari 6 desa tersebut, dalam kajian ancaman bencana ditemukan bahwa salah satu ancaman yang terjadi adalah kekeringan.

Oleh karena itu, dalam rumusan kegiatannya terkait ancaman kekeringan dimana banyak debit air menurun bahkan kering maka dilakukan Perlindungan Mata Air dengan penghijauan. 

Setelah program Kemitraan Untuk Ketahanan berakhir tahun 2015, maka dilanjutkan dengan program Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Berbasis Komunitas Dari Tahun 2016-2020.

Hampir sama dengan program sebelumnya, namun program tersebut lebih ke advokasi untuk inklud dalam perencanaan pembangunan desa.

Sehingga kegiatan-kegiatan yang sudah termuat dalam dokumen Rencana Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Terpadu (RPDAST) antara 50-70 persen  masuk dalam Rencana Kerja Pembangunan Desa (RKPDes).

Dan salah satu kegiatan yang paling menonjol adalah perlindungan mata air melalui penghijauan mata air dan pembuatan lubang resapan air hujan.

Dari 3 DAS besar di Kabupaten Sikka, dilakukan pendampingan untuk 2 DAS yaitu DAS Riawajo meliputi 16 Desa di Kecamatan Paga, Tanawawo dan Mego serta DAS Dagesime 4 Desa di Kecamatan Magepanda. 

Baca juga: Profil Tokoh NTT,  Melati Tabita Kirana  Jago  Taekwondo  dan Seni Tari

Halaman
123
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved