Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik Minggu 11 Agustus 2024, Akulah Roti Hidup yang Turun dari Surga

bersumber dari diriNya. IA sendiri adalah Roti Hidup. Tanda yang menghidupkan dari Alllah sebagai sumber kehidupan.

Editor: Rosalina Woso
POS-KUPANG.COM/ROSALINA LANGA WOSO
Romo Leo Mali menyampaikan Renungan Harian Katolik Minggu 3 Maret 2024 dengan judul Kasih-Nya Membuka Lembaran Hidup Baru 

Oleh: Romo Leo Mali,PR

POS-KUPANG.COM - Renungan Harian Katolik Minggu 11 Agustus 2024, Akulah Roti Hidup yang Turun dari Surga

I Raj. 19:4-8; Ef. 4:30-5:2

Injil: Yohanis 6:41-51

Hubungan antara manusia dengan Tuhan kerapkali sangat transaksional. Tuhan didengar dan diikuti sejauh IA memenuhi harapan manusia.

Namun manusia dengan mudah berbalik meninggalkanNya, ketika kehendakNya berbeda dari apa yang diinginkan manusia. Itulah yang terjadi dalam Injil hari ini (Yoh.6:41-51). 

Baca juga: Renungan Harian Katolik Jumat 9 Agustus 2024,“Harus Menyangkal Dirinya”

Orang-orang Yahudi masih bisa menerima, ketika Yesus mengatakan bahwa mereka mengikutiNya, karena IA telah memberi mereka makan sampai kenyang (Yoh.6:26). Namun mereka mulai bersungut ketika Yesus berkata “Akulah roti yang telah turun dari surga” (Yoh.6:41).

Rupanya bagi mereka Yesus hanya perlu berbicara mengenai roti yang mengenyangkan. Dan supaya mereka kenyang, IA perlu memperbanyak roti dan memberi makan lima ribu orang (Yoh. 6: 1-15).

Mereka memuji Yesus karena tindakanNya itu. Tapi mereka rupanya tidak tertarik untuk mengenal daya Ilahi yang bekerja di balik peristiwa perbanyakan roti. Padahal inilah gagasan utama yang ingin IA sampaikan. Mujizat perbanyakan roti, bersumber dari diriNya. IA sendiri adalah Roti Hidup. Tanda yang menghidupkan dari Alllah sebagai sumber kehidupan.

Ditarik oleh Allah Bapa

Orang-orang Yahudi yang keberatan dengan perkenalan diri Yesus bersungut-sungut karena mereka sulit menerima kenyataan bahwa mujizat perbanyakan roti itu adalah hasil karya tangan Allah. Mereka tidak sampai pada kesimpulan ini. Lagipula asal-usul manusiawi Yesus tidak cukup meyakinkan.

“Bukankah ia ini Yesus, anak yusuf, yang ibu bapa-Nya kita kenal? Bagaimana Dia dapat berkata: Aku telah turun dari surge?” (Yoh. 6: 43) Namun Yesus menjelaskan bahwa nalar manusia tidak akan dengan mudah membawa kita sampai pada pengakuan iman akan kebenaran ajaran ini. Maka Yesus berkata : ”jangan kamu bersungut-sungut, Tidak seorangpun datang kepadaKu, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku” (Yoh.6:44)

Yesus mendorong orang-orang sebangsaNya untuk bersikap jujur akan sebuah rasa ketertarikan
awal mula, sebuah rasa ketertarikan yang tidak hanya terdorong oleh kebutuhan yang bersifat biologis
berupa rasa lapar, tetapi juga sebuah ketertarikan yang bersifat spontan, yang menggerakan hidup
mereka untuk mencariNya. Mereka tertarik padaNya. Karena itu mereka mencariNya.

Nasihat Yesus kepada orang sebangsaNya, menjadi juga penegasan bagi kita bahwa mengikuti Tuhan, bukanlah semata-mata sebuah proses transaksi yang bersandar pada nalar dan hitungan manusia. Iman akan Allah tumbuh dalam diri tiap orang pertama-tama karena roh yang menggerakkan hati setiap orang. Setiap orang harus terbuka dan bersedia ditarik oleh Allah sendiri untuk mengikuti dan mengenal diriNya dengan benar.

Tentang orang-orang yang percaya ini Yesus menambahkan, “Mereka semua akan diajar oleh
Allah. Dan setiap orang yang telah mendengar dan menerima pengajaran dari Bapa, datang kepada-Ku.”
(Yoh. 6:45). Dengan lain perkataan, kita hanya bisa datang kepada Yesus kalau digerakkan oleh Allah.
Bagaimana caranya Allah menggerakkan kita?

Menuju gunung Allah

Kisah nabi Elia dalam bacaan pertama menjadi inspirasi yang hidup untuk kita. Allah mengajar Elia melalui hidupnya sendiri. Dalam mengarungi perjalanan dalam perutusannya, Elia hampir putus asa. Tapi Tuhan,melalui malaekatnya memberi Elia makan dan minum agar Elia sanggup menempuh perjalanannya sampai selesai, hingga ke gunung Horeb. Bekal makanan diberikan Malaekat Allah pada Elia tidak hanya untuk mengusir rasa laparnya, tetapi supaya ia sampai ke gunung Allah dan berjumpa dengan Allah.

Kisah injil hari ini sebagai kelanjutan kisah peristiwa perbanyakan roti bukan hanya untuk memuaskan rasa lapar orang banyak. Yesus menghendaki agar orang banyak semakin mengenalNya sebagai Roti yang sejati, persembahan diri Allah bagi dunia.

Semua orang yang datang mengikuti Dia, tidak cukup hanya berhenti pada keinginan serta kebutuhan yang bersifat material belaka yang kadang bersifat transaksional, tetapi lebih dari itu IA menjanjikan sebuah kehidupan kekal agar semua orang yang mengikuti Dia, menerima DIA serta mengalami kehidupan kekal bersamaNya.

“Akulah Roti hidup yang telah turun dari surga. Jikalau seorang makan roti ini akan hidup selama-lamanya. Dan Roti yang kuberikan ialah daging-Ku yang akan kuberikan untuk hidup dunia.” (Yoh. 6: 51)

Dalam Ekaristi, seperti yang diajarkan oleh Gereja, Kristus memberi diriNya bagi kita. Kita semua diundang untuk datang kepadaNya untuk bersatu denganNya dan mengalami hidup yang kekal bersamaNya. Karena itu mari kita memohon kepada Allah anugerah keterbukaan hati untuk mendengarkan daya Roh yang menggerakkan hati kita untuk datang dan menerima Yesus sebagai Roti hidup yang turun dari surga. Agar kita juga dapat sampai pada kehidupan yang kekal dalam Allah sendiri.

Tawaran Yesus untuk menerimaNya sebagai Roti Hidup yang turun dari surga adalah kesempatan
untuk menjadi anak-anak kesayangan Allah. Demikian nasihat Paulus hari ini : “Jadilah penurut-penurut
Allah sebagai anak-anak kesayangan, dan hiduplah dalam kasih sebagaimana Kristus Yesus juga telah
mengasihi kamu dan telah menyerahkan diriNya untuk kita sebagai persembahan dan kurban yang harum
mewangi bagi Allah.” (*)

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM Lainnya di GOOGLE NEWS

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved