Sup Brenebon, Bunga Pepaya, Cingkipala dan Syukuran Ulang Tahun Romo Leo Mali
Seorang rohaniwan Katolik yang baru pulang dari Roma, Romo Leo Mali, Pr sedang merayakan ulang tahun pada malam itu, Selasa 23 Juli 2024.
POS-KUPANG.COM, JAKARTA - Sayur hijaunya enak.. sangat pas.. sangat enak… Ini kalau di Manado namanya apa ya?
Itulah penggal percakapan yang datang dari Rosmery Sihombing, wartawan senior jebolan Media Indonesia.
Ia mengomentari lezatnya masakan yang terhidang pada malam itu. Rosi panggilan akrab Rosmery, tidak sendiri. Dia bersama rekan-rekan wartawan senior lainnya dari berbagai media.
Hal yang ditanyakan Rosi adalah tumis bunga papaya. Ternyata komentar yang senada datang dari rekan-rekan wartawan lainnya.
Bahkan Mayong Suryolaksono memuji menu cakalang yang menurutnya cocok di lidah orang Jawa.

Tak luput, presenter Mercy Tirayoh keturunan Mando yang lahir di Jakarta mengangkat dua jempolnya.
Menu malam itu yang disajikan secara prasmanan adalah sup brenebon (kacang merah), dada Tuna bakar rica, cakalang cabe rica, ayam ala Cingkipala, tumis bunga pepaya dan perkedel jagung.
RestoManado, Cingkipala yang terletak di Kelapa Gading, Jakarta Utara, pada malam itu ramai.
Seorang rohaniwan Katolik yang baru pulang dari Roma, Romo Leo Mali, Pr sedang merayakan ulang tahun pada malam itu, Selasa 23 Juli 2024.
Ketua Umum Pemuda Katolik, Asat Gusma menjadi tuan rumahnya. Mereka yang hadir dalam perayaan itu adalah para sahabat Rm Leo Mali, imam projo dari Keuskupan Agung Kupang yang dikenal memiliki jaringan dari berbagai kalangan dan lapisan masyarakat.
Ia juga doktor lulusan Pontifica Urbaniana University, Roma, asal Nusa Tenggara Timur (NTT).
Sementara para tamunya menikmati makan malam dengan sangat terkejut, pengelola Cingkipala, Ardo Renyut sibuk berjalan hilir mudik.
Dia sesekali menginstruksikan para pramusajinya agar benar-benar memperhatikan ketersediaan makanan pada malam itu.
Restoran Manado ini baru diambilalih tiga bulan yang lalu. Ardo mengaku sudah lama ingin terjun di bisnis kuliner. Karena menurutnya, dalam situasi apapun orang perlu dan tetap makan. Jadi bisnis kuliner sampai kapanpun memiliki potensi untuk berkembang.

Pilihan citarasa Manado tidak bisa terlepas dari latar belakangnya. Saat hadir dalam reuni SMA dari Makassar, di tempat yang sekarang dia kelola, Ardo ditawari pengelola lama untuk ambilalih.
Ardo adalah pria yang berkecimpung dalam komunikasi publik, lobbyist dan pakar dalam memprediksi. Tanpa berlama-lama dan sekaligus merealisasikan impian lamanya, resto itu kemudian diambilalih.
Namun dia menawarkan sesuatu yang baru dengan melihat posisi strategis lokasinya. Lokasinya terletak di Jl Raya Kelapa Nias Blok PA 3 No.7, Pegangsaan Dua, Kelapa Gading, Jakarta Utara.
Yang pertama kali diubah adalah imej dari tempat tersebut. Ia mengubah corak kafe menjadi sebuah Resto.
Dari tempat nongkrong berubah menjadi menjadi tempat makan. Kafe bisa buka sampai jam 03.00 pagi, kalau resto sekitar pukul 22.00 malam.
Dari segi biaya operasi sangat jauh berbeda. Biaya resto lebih rendah dibanding dengan kafe. Dan yang paling utama, menurut Ardo, dirinya tidak ingin corak lama dipertahankan, meski tetap memertahankan para tamu yang dulu.
Lantas bagaimana ceritanya Ardo memillih nama Cingkipala sebagai nama baru restonya?
“Saya search di Google nama-nama berbau Manado sudah dipakai semuanya. Nah, karena resto ini menu andalannya sup brenebon atau sup kacang merah a la Belanda dengan cengkeh dan pala sebagai bumbu khasnya, maka saya ambil itu nama Cingkipala Manadoresto,” tandas Ardo sambil tersenyum. (*)
Cingkipala
Romo Leo Mali, Pr
Leo Mali
AM Putut Prabantoro
Ardo Renyut
Rosmery Sihombing
sup brenebon
bunga pepaya
Penghargaan dari GP Ansor Untuk Mendiang Paus Fransiskus Sudah Sampai di Vatikan |
![]() |
---|
Dubes RI untuk Tahta Suci Ajak Peziarah asal Indonesia Misa di Gereja Roh Kudus Roma |
![]() |
---|
Renungan Harian Minggu 10 Agustus 2025: Maria Diangkat ke Surga dan Hidup dalam Terang Allah |
![]() |
---|
Renungan Harian Katolik Minggu 3 Agustus 2025: Keserakahan dan Kesia-siaan |
![]() |
---|
Renungan Harian Katolik Minggu 27 Juli 2025: Menjadi Pengemis di Hadapan Tuhan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.