KTT NATO

Turki dengan Tegas Menolak Kerja Sama NATO dengan Israel

Presiden Turki menarik perhatian pada “kekejaman” Israel yang sedang berlangsung di wilayah pendudukan Palestina, khususnya di Gaza.

Editor: Agustinus Sape
A A
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan saat menggelar konferensi pers mengenai sikap NATO terhadap Israel di Washington DC, Kamis 11 Juli 2024. “Penting bagi anggota komunitas internasional yang bertanggung jawab untuk bergandengan tangan demi solusi dua negara antara Israel dan Palestina berdasarkan perbatasan tahun 1967,” kata Erdogan. 

POS-KUPANG.COM, WASHINGTON DC - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan bahwa upaya untuk bekerja sama dengan Israel di dalam NATO “tidak dapat diterima.”

“Tidak mungkin bagi pemerintah Israel, yang telah menginjak-injak nilai-nilai fundamental aliansi kami, untuk melanjutkan hubungan kemitraannya dengan NATO,” kata Erdogan pada Kamis pada konferensi pers di Washington, D.C. setelah KTT para pemimpin NATO.

Aliansi pertahanan ini mempunyai 32 anggota, namun juga memelihara hubungan dengan banyak negara non-anggota dan organisasi internasional yang disebut mitra NATO.

Para pemimpin NATO berkumpul untuk pertemuan puncak tiga hari untuk menandai ulang tahun ke-75 aliansi militer tersebut.

Erdogan mengatakan bahwa selama pembicaraannya di sela-sela KTT, ia memberi perhatian pada “kekejaman” Israel yang sedang berlangsung di wilayah pendudukan Palestina, khususnya di Gaza.

Pemerintahan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, “dengan kebijakannya yang ekspansionis dan ceroboh,” tidak hanya membahayakan keamanan warga negaranya sendiri, tetapi juga seluruh wilayah, katanya.

“Sampai perdamaian komprehensif dan berkelanjutan tercapai di Palestina, upaya kerja sama dengan Israel di dalam NATO tidak akan disetujui oleh Turki,” tegas Erdogan.

“Penting bagi anggota komunitas internasional yang bertanggung jawab untuk bergandengan tangan demi solusi dua negara antara Israel dan Palestina berdasarkan perbatasan tahun 1967,” katanya.

“Demikian pula, terlepas dari semua upaya tekanan dan intimidasi, kami sangat senang bahwa jumlah negara yang mengakui Palestina meningkat,” kata Erdogan, menuntut negara-negara lain juga mengajukan pengaduan terhadap Israel di Mahkamah Internasional (ICJ).

Turki siap mengambil inisiatif apa pun, termasuk pemberian jaminan, pertama untuk deklarasi gencatan senjata dan kemudian untuk pembentukan perdamaian permanen di Gaza, katanya.

“Saya dengan ini menyerukan kepada semua sekutu kami untuk meningkatkan tekanan mereka terhadap pemerintahan Netanyahu untuk memastikan gencatan senjata dan pengiriman bantuan kemanusiaan tanpa gangguan kepada masyarakat Gaza, yang telah kelaparan selama sembilan bulan,” tambah Erdogan.

Israel telah menggempur Gaza sejak serangan lintas batas oleh kelompok perlawanan Palestina Hamas pada 7 Oktober 2023. Selain menewaskan lebih dari 38.000 warga Palestina sejak saat itu, kampanye militer Israel telah mengubah sebagian besar wilayah kantong berpenduduk 2,3 juta orang itu menjadi reruntuhan, meninggalkan sebagian besar penduduknya menjadi warga sipil tunawisma dan berisiko kelaparan.

Israel juga dituduh melakukan genosida di daerah kantong Palestina yang terkepung, dan kasus ini masih berlanjut di ICJ di Den Haag.

'Hubungan bengkok' antara sekutu NATO dan kelompok teror

Beralih ke perang melawan terorisme, Erdogan mengatakan ada kebutuhan untuk memperkuat kerja sama antara sekutu NATO dalam perang melawan terorisme.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved