Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik Minggu 30 Juni 2024, Tersungkur di Depan Kaki Tuhan

Namun ia sadar bahwa hidup dan mati manusia ada dalam tanganTuhan. Karena itu ia tahu, kepada siapa permintaan

Editor: Rosalina Woso
POS-KUPANG.COM/HO-ROMO LEO MALI
Romo Leo Mali, Pr menyampaikan Renungan Harian Katolik Minggu 30 Juni 2024, Tersungkur di Depan Kaki Tuhan 

Oleh: Romo Leo Mali,Pr

POS-KUPANG.COM - Renungan Harian Katolik Minggu 30 Juni2024, Tersungkur di Depan Kaki Tuhan

Keb. 1:13-15; 2:23-24; 2Kor. 8:7.9.13-15

Injil: Markus 5: 21-43

Sering kita terkesima oleh sebuah peristiwa luar biasa yang berada di luar nalar manusia. Seperti dialami para murid ketika menyebrangi danau bersama yesus. Saat itu Yesus meneduhkan badai di danau hanya dengan sebuah perintah (Mark. 4:35-41). Kita menyebut peristiwa ini sebagai mujizat. Luar biasa.

Sebuah mujizat menguatkan iman para murid.  Sebab setiap mujizat menunjukkan adanya campur tangan Allah yang menyelamatkan manusia secara tak terduga. Tapi semuanya terjadi sesuai maksud awal penciptaan. (Keb. 1:14).

Tiap mujizat menyadarkan manusia bahwa hidupnya ada dalam tangan Tuhan. Kasih Allah selalu hadir dalam hidup manusia. IA setia.

Tersungkur di depan kaki Tuhan

Baca juga: Renungan Harian Katolik Jumat 28 Juni 2024, Hari Peringatan Santo Ireneus Dari Lyon

Kepercayaanakan kekekalan kasih Allah yang selalu hadir dalam hidup manusia, membawa Yairus datang pada Yesus. Penderitaan putrinya telah membuatnya menjadi tidak berdaya. Dalam keadaan tidak berdaya harapannya pada Yesus menjadi begitu kuat. Bahkan ia tersungkur di depan kaki Yesus (Mrk. 5: 21-43). Hanya Yesus harapan terakhirnya.

Karena itu Yairus memohon kepada Yesus, “Anakku perempuan sedang sakit, hampir mati. Datanglah kiranya, dan letakkanlah tangan-Mu di atasnya, supaya ia selamat dan tetap hidup.” (Mrk. 5: 23). Saatnya sangat genting.

Ia ingin anaknya tetap hidup. Namun ia sadar bahwa hidup dan mati manusia ada dalam tanganTuhan. Karena itu ia tahu, kepada siapa permintaan untuk keselamatan putrinya harus ia alamatkan.

Dunia mungkin saja menertawakan kepercayaan ini. Terkesan naif. Tapi Yairus teguh dengan keyakinannya. Ia percaya bahwa hidup manusia adalah anugerah Tuhan. Tuhan yang memberi kita hidup. IA pasti sanggup melakukan apa saja yang dipandang baik bagi hidup seorang anak manusia.

Yesus memandang kesungguhan Iman Yairus yang telah membuatnya tersungkur di depan kakiNya, maka kataNya: “Jangan takut, percayalah saja!”. Berada pada titik paling nadir dalam hidupnya, harapan Yairus hampir hilang. Tapi kata-kata yesus memberinya alasan untuk bangun kembali.

Penegasan Yesus pada Yairus agar tetap percaya padaNya senada dengan peringatannya pada para murid di tengah badai dan gelombang, saat mereka menyeberangi danau. (Mrk. 4:35-40) Ia menegaskan bahwa kegelapan bisa saja menyinggahi hidup manusia. Tapi malam tidak pernah abadi. Bahkan malam yang paling gelap sekalipun akan berakhir pada sebuah pagi.

Kegelapan hidup tidak akan mengalahkan kasih Allah. Sebab Allah mengasihi manusia dengan kasih yang suci dan abadi. Untuk menegaskan ini, Yesus datang ke Rumah Yairus. Ia mendapatkan orang-orang yang ribut dan menangis dengan suara nyaring di rumah Yairus. (Mrk. 5: 39) Keributan dan jeritan tangis adalah reaksi yang paling biasa dari ketidakberdayaan manusia.

Halaman
12
Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved