Berita Interansional
Semakin Sedikit Anak Muda Jepang yang Mau Jadi Petani
Keputusannya itu membuat Takashi Ishii menjadi generasi kelima di keluarganya yang mencari nafkah dari pertanian.
“Ini bukan pekerjaan yang populer karena pendapatannya yang rendah dan tidak stabil,” kata Kazuhiko Hotta, seorang profesor di Universitas Pertanian Tokyo kepada DW.
“Pemerintah nasional dan daerah menerapkan berbagai kebijakan untuk mendorong orang menjadi petani, termasuk bantuan biaya hidup sampai dengan ada petani baru yang menetap, mengatur sewa lahan pertanian dan meningkatkan kesempatan untuk mempelajari keterampilan baru. Namun sejauh ini, dampaknya belum efektif.”
Hotta juga sangat khawatir tentang “tingkat swasembada yang sangat rendah” di Jepang.
Hal itu dikarenakan pasokan yang stabil sangatlah penting bagi kelangsungan hidup negara tersebut, kata Hotta. Meski begitu, ia tetap optimis.
“Seiring dengan banyaknya petani saat ini yang menua dan pensiun, petani baru akan masuk dan akan ada peningkatan dalam manajemen perusahaan berskala besar,” katanya.
“Itu akan memungkinkan transformasi ke bentuk pertanian yang lebih efisien, meskipun ini akan memakan waktu.”
Sementara keluarga Ishii masih tak memiliki niat untuk menyerahkan tanah mereka, terlepas dari tantangan yang ada.
“Ini pekerjaan yang berat, tentu saja, tetapi tidak ada pekerjaan yang lebih baik bagi seseorang yang suka berada di luar, yang suka dikelilingi oleh alam,” kata Keiko Ishii.
“Saya tidak pernah melihat jam untuk melihat apakah sudah waktunya pulang dan senang memiliki fleksibilitas untuk menjadi bos bagi diri sendiri. Saya pikir itulah beberapa alasan mengapa putra saya kembali ke sini.”
Artikel ini telah tayang di Kompas.com berjudul Anak Muda Tak Mau Jadi Petani, Jepang Terancam Kekurangan Makanan
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/kupang/foto/bank/originals/SAWAH-BENA_005.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.