Parodi Situasi
Parodi: Pancasila Harga Mati
Demikian pula persiapan yang meriah dilaksanakan di kota Ende. Ende dan Dumai timur dan barat Indonesia bergaung demi Pancasila.
“Kenyataannya memang demikian,” sambar Jaki dan Rara.
“Tidak perlu ikut-ikutan memperkeruh,” kata Benza. “Kita sedang merayakan hari kelahiran Pancasila, dasar negara kita. Cobalah kita ambil hikmah dari peristiwa sejarah yang wajib dikenang. Bahkan tidak hanya wajib, tetapi semua warga negara berhak mengenang dan merayakannya.”
“Terutama mengamalkannya,” sambung Nona Mia. “Biarlah Megawati merayakannya di Ende. Biarlah Jokowi merayakannya di Dumai Riau. Tujuannya sama memperdalam pemahamanan dan pengamalan pancasila dalam kehidupan kita sehari-hari. Demi Indonesia. Demi NKRI harga mati.”
“Saya ini negarawan,” kata Jaki dengan yakin. “Kalau saya lebih suka lihat konflik dan bagaimana para negarawan mencari jalan keluar dari konflik .”
***
“Kamu negarawan? Negarawan itu selalu menjadi pendamai dan selalu mengutamakan kepentingan rakyat dan negara di atas kepentingan pribadi dan golongan,” sambung Rara.
“Model provokator seperti kamu bagaimana mungkin mengaku diri sebagai negarawan?” Rara terbahak-bahak.
“Jangan mimpi jadi negarawan…kalau urusanmu seputar bermain di air keruh…Tidak cocoklah!”
“Apa kamu bilang?” Jaki pasang jurus untuk baku hantam dengan Rara.
“Hei, cukup. Stop,” Nona Mia segera menengahi. “Ayoh, kita masih dalam suasana hari raya. Mari kita ke lapangan. Ada pesta kelahiran pancasila di sana… Kita harus yakin bahwa badai pasti berlalu. Negara kita akan berdiri tegak dengan dasar negara yang tiada duanya di dunia ini…”
“Salam Pancasila harga mati.” (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.