Parodi Situasi

Parodi: Pancasila Harga Mati

Demikian pula persiapan yang meriah dilaksanakan di kota Ende. Ende dan Dumai timur dan barat Indonesia bergaung demi Pancasila.

Editor: Dion DB Putra
POS-KUPANG.COM.COM/ALBERT AQUINALDO
Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri mengunjungi rumah pengasingan Bung Karno di Jalan Perwira, Kelurahan Kota Raja, Kecamatan Ende Utara, Kabupaten Ende, Jumat, 31 Mei 2024. Megawati berada di Ende untuk memperingati Hari Lahir Pancasila. 

Oleh Maria Matildis Banda

POS-KUPANG.COM - Baru saja kita rayakan hari kelahiran Pancasila. Baik yang diselenggarakan dengan meriah di Ende Kota pancasila, maupun yang dilaksanakan di Dumai. Ya, tampaknya sudah sangat meriah sejak persiapannya.

Demi kelancaran dan suksesnya Upacara Peringatan Hari Lahir atau harlah Pancasila 1 Juni 2024 di Lapangan Garuda Pertamina Hulu Rokan, Dumai, Provinsi Riau, Badan Pembinaan Ideologi Pancasila atau BPIP memantapkan persiapan dengan melaksanakan geladi bersih, Kamis, 30 Mei 2024.

Demikian pula persiapan yang meriah dilaksanakan di kota Ende. Ende dan Dumai timur dan barat Indonesia bergaung demi Pancasila.

***

“Sungguh luar biasa e,” kata Jaki dengan semangat Pancasila.

“Jokowi di Dumai dan Megawati di Ende. Sungguh mengharukan ya. Mantan presiden yang merupakan putri proklamator itu datang ke Ende untuk melihat dari dekat tempat-tempat bersejarah ketika Bung Karno ayahnya diasingkan ke Ende. Selama empat tahun yaitu 1934 sampai 1938.”

“Dan Presiden Jokowi yang sedang memimpin negara kita ini merayakan secara nasional di Dumai,” sambung Rara.

“Dengan memastikan Indonesia menjadi negara mandiri, punya harga diri, dan terutama dapat mengatur dan mengelolah sendiri semua aset nasional demi kesejahteraan rakyat Indonesia.”

“Tetapi kenapa tidak sama-sama ke Ende ya atau sama-sama ke Dumai. Biar mantap dan tampaknya harmonis begitu,” pancing Jaki.

“Hubungan lagi kurang harmonis,” Jaki tertawa. “Gara-gara masalah pilres yang sudah dibuka secara terang-terangan oleh berbagai pihak. Waduh, kalau kamu jadi Jokowi bagaimana?”

***

“Kalau kamu jadi Bu Megawati bagaimana?” Rara balik bertanya.

“Perang tidak akan usai,” Jaki berkata dan segera menutup mulutnya saat Nona Mia dan Benza menantangnya dan memberi tanda agar Jaki dan Rara tutup mulut.

“Huss, kita sedang merayakan hari kelahiran pancasila,” kata Nona Mia. “Jangan bicara sembarangan.”

“Kenyataannya memang demikian,” sambar Jaki dan Rara.

“Tidak perlu ikut-ikutan memperkeruh,” kata Benza. “Kita sedang merayakan hari kelahiran Pancasila, dasar negara kita. Cobalah kita ambil hikmah dari peristiwa sejarah yang wajib dikenang. Bahkan tidak hanya wajib, tetapi semua warga negara berhak mengenang dan merayakannya.”

“Terutama mengamalkannya,” sambung Nona Mia. “Biarlah Megawati merayakannya di Ende. Biarlah Jokowi merayakannya di Dumai Riau. Tujuannya sama memperdalam pemahamanan dan pengamalan pancasila dalam kehidupan kita sehari-hari. Demi Indonesia. Demi NKRI harga mati.”

“Saya ini negarawan,” kata Jaki dengan yakin. “Kalau saya lebih suka lihat konflik dan bagaimana para negarawan mencari jalan keluar dari konflik .”

***

“Kamu negarawan? Negarawan itu selalu menjadi pendamai dan selalu mengutamakan kepentingan rakyat dan negara di atas kepentingan pribadi dan golongan,” sambung Rara.

“Model provokator seperti kamu bagaimana mungkin mengaku diri sebagai negarawan?” Rara terbahak-bahak.

“Jangan mimpi jadi negarawan…kalau urusanmu seputar bermain di air keruh…Tidak cocoklah!”

“Apa kamu bilang?” Jaki pasang jurus untuk baku hantam dengan Rara.

“Hei, cukup. Stop,” Nona Mia segera menengahi. “Ayoh, kita masih dalam suasana hari raya. Mari kita ke lapangan. Ada pesta kelahiran pancasila di sana… Kita harus yakin bahwa badai pasti berlalu. Negara kita akan berdiri tegak dengan dasar negara yang tiada duanya di dunia ini…”

“Salam Pancasila harga mati.” (*)

 

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved