Berita NTT
Cegah Stunting di Lembata, Plan Indonesia Resmikan Infrastruktur Air Bersih melalui Jelajah Timur
Menurut riset Kementerian Kesehatan tahun 2022, 60% kasus stunting disebabkan oleh kurangnya akses air bersih dan sanitasi yang layak.
POS-KUPANG.COM, KUPANG - Krisis air bersih masih menjadi isu utama yang berdampak terhadap pemenuhan hak-hak anak, terutama anak perempuan, agar terhindar dari stunting di Nusa Tenggara Timur (NTT).
Menurut riset Kementerian Kesehatan tahun 2022, 60 persen kasus stunting disebabkan oleh kurangnya akses air bersih dan sanitasi yang layak.
Dalam menjalankan misi pemenuhan akses air bersih, Yayasan Plan International Indonesia (Plan Indonesia) meresmikan serta menyerahkan infrastruktur air bersih kepada pemerintah dan warga masyarakat Desa Mahal dan Mahal II, Lembata, NTT, hari ini.
Baca juga: Plan Indonesia Nilai Pemkab Lembata Belum Bisa Edukasi Rabies, Karhutla dan ASF
Pembangunan infrastruktur ini merupakan realisasi dari charity run Jelajah Timur Plan Indonesia yang berlangsung Lembata pada tahun 2021.
Adita Irawati, Anggota Dewan Penasihat Plan Indonesia sekaligus salah satu pelari Jelajah Timur mengungkapkan melalui Jelajah Timur, Plan menggalang dana untuk memastikan akses terhadap air bersih bagi anak-anak serta komunitasnya di bawah 30 menit.
"Sehingga, anak-anak dapat belajar dan bermain serta terlindungi dari kekerasan. Upaya ini juga mencegah stunting dengan memastikan biaya air dapat dialokasikan untuk makanan sehat dan bergizi,” ungkap Adita Irawati.
Nazla Mariza, Influencing and Programme Implementation Director Plan Indonesia yang menghadiri serah terima sistem air bersih di Lembata menyebut bahwa akses air bersih adalah hak dasar setiap orang.
"Akses ini menjadi salah satu dari lima fokus pemenuhan hak dasar anak-anak sponsor Plan Indonesia di NTT. Hingga hari ini, Plan Indonesia di Kabupaten Lembata telah membangun sisterm air bersih di 6 Desa yang telah memberi manfaat bagi 3.567 individu,” kata Nazla Mariza.
Yohanes Guido Tua, Kepala Desa Mahal II mengapresiasi pembangunan infrastruktur air bersih berkelanjutan ini. Menurutnya, masyarakat di dua desa ini kesulitan mengalirkan air karena sumbernya berada lebih rendah dari pemukiman.
Selama ini, mereka mengandalkan air hujan, mobil tangki penjual air, atau berjalan sekitar 60 menit untuk mengambil air dari mata air.
“Dengan adanya sarana air bersih, masyarakat desa bisa memangkas pengeluaran rumah tangga yang sebelumnya mencapai dua ratus ribu rupiah per bulan untuk membeli air dari mobil tangki. Sehingga, fasilitas ini mendukung upaya desa dalam menekan angka stunting sesuai dengan roadmap stunting 2023-2024,” ungkap Guido.
Kepala Desa Mahal, Fransiskus Beni Orolaleng, menyampaikan pada tahun 2021 hingga 2022 jumlah stunting di Desa Mahal masih berada di angka 20 anak.
Sejak pendampingan pencegahan stunting oleh Plan Indonesia Desa Mahal sudah berhasil menekan angka stunting hingga 2 anak dengan rentan usia di atas dua tahun, sedangkan 0 bulan sampai dua empat bulan sudah mencapai zero stunting.
“Kami akan memaksimalkan sarana air bersih ini untuk menekan angka stunting menjadi zero. Setelah serah terima kami akan menggelar musyawara lintas dua desa untuk menyepakati iuran swadaya masyarakat sebagai biaya operasional pengelolaan, pemeliharaan dan pegembangan sarana air bersih ini,“ tegas Fransiskus.
Infrastruktur air bersih berkelanjutan di Desa Mahal dan Desa Mahal II memungkinkan air dari mata air Wei Lariq mengalir ke pemukiman menggunakan metode antigrafitasi.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.