Berita NTT

Cegah Virus ASF, Dinas Peternakan NTT Imbau Peternak Jaga Kebersihan Kandang

Kepala Bidang Kesehatan Hewan dari Dinas Peternakan NTT, drh. Melky Angsar mengatakan, sejauh ini virus ASF ini belum ada vaksin maupun obat

Penulis: Irfan Hoi | Editor: Eflin Rote
POS-KUPANG.COM/HO
Peternak Babi di Ende, Us Nogor saat sedang membersihkan kadang babi miliknya di kediamannya, Sabtu, 21 Januari 2023. 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Irfan Hoi 

POS-KUPANG.COM, KUPANG - Dinas Peternakan (Disnak) Provinsi NTT mengimbau peternak agar menjaga kebersihan kandang untuk mencegah penularan African Swine Fever (ASF) atau demam babi Afrika

Kepala Bidang Kesehatan Hewan dari Dinas Peternakan NTT, drh. Melky Angsar mengatakan, sejauh ini virus ASF ini belum ada vaksin maupun obat. Persoalan itu bahkan terjadi di seluruh dunia. 

"Yang bisa kami lakukan di provinsi itu kita kirim desinfektan. Itu kita sudah kirim dari tahun lalu, sampai sekarang. Kita kirim satu ki dengan alat semprot," kata Melky Angsar, Senin 10 Juni 2024.

Setidaknya ada 20 ribu liter dengan pembagian setiap daerah mendapat alokasi 1000 liter. Diharapkan desinfektan itu bisa digunakan untuk melakukan pencegahan terhadap virus ASF. Apalagi hingga kini belum ada obat yang bisa digunakan untuk menanggulangi virus itu. 

"Kita harapkan masyarakat yang memelihara hewan bisa menjaga kebersihan kandang," tambah dia. 

Di samping itu, lalu-lintas ternak juga perlu diperhatikan. Ternak yang sakit agar tidak dibawa keluar wilayah. Ternak yang mati, ia menyarankan agar dimusnahkan. Seringkali, virus itu menyebar ketika ternak mati yang disembelih dan diperdagangkan. 

Kesadaran bersama untuk mencegah dari lingkungan paling kecil merupakan upaya paling cocok untuk memutus rantai penyebaran virus ASF. Melky Angsar juga menyarankan agar peternak rutin menjaga kebersihan kandang, lewat desinfektan. 

Secara NTT, virus ASF masih menjadi salah satu penyakit yang menghantui peternak. Pada musim hujan, kasus akibat virus ASF meningkat. Hal itu disebabkan, karena penyebaran virus di kondisi lembab lebih cepat. 

"Pada saat Desember, Januari itu kebutuhan ternak babi itu meningkat. Orang mau Natal dan Tahun Baru, kebutuhan babi meningkat menyebabkan lalu-lintas ternak meningkat," kata dia. 

Baca juga: Dua Sampel Babi Asal Lembata Positif Virus ASF, Ratusan Ekor Sudah Mati

Hal itu bisa terlihat ketika menjelang akhir tahun. Banyak pedagang yang menjajakan daging babi. Ia mengatakan, kondisi itu terjadi merata pada seluruh wilayah di NTT. Peningkatan kasus ASF, kata dia, juga disebabkan faktor ini. 

Disnak NTT rutin melakukan imbauan pada akhir tahun. Namun, kebutuhan masyarakat tidak bisa dihindari. Ketika kebutuhan meningkat maka pasokan juga ikut bertambah. Resiko ketika suplai itu sangat tinggi. 

Beberapa wilayah di NTT sudah membuat langkah pencegahan dengan tidak menerima lalu-lintas ternak khusus bagi dari pulau lainnya. Mestinya, tiap kabupaten dalam satu daratan pulau ada pos pemeriksaan khusus untuk ternak. 

"Macam dari Kabupaten Kupang mau masuk ke Kota Kupang, di (Kelurahan) Tarus situ harus ada cek poin. Tapi kelihatan kan tidak ada. Ini yang menang minta lagi ke kabupaten/kota untuk kerja sama untuk mengaktifkan cek poin," ujar dia. 

Ketika ternak diantarpulau-kan, masih terlihat bisa diatasi karena terdapat petugas karantina. Paling krusial terjadi pada daerah yang berada dalam satu daratan pulau. Virus ASF ini, menurut dia, memang tidak obatnya sehingga dibutuhkan kerja sama dari semua unsur. 

Sumber: Pos Kupang
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved