Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik Sabtu 8 Juni 2024, Hati Maria Yang Tersuci
dia juga membawa kanak-kanak Yesus untuk mengalami kedekatan dengan Allah. Kesucian hati terjadi karena kedekatan dengan Allah sendiri.
Oleh: Pastor John Lewar,SVD
POS-KUPANG.COM - Renungan Harian Katolik Sabtu 8 Juni 2024, Hati Maria Yang Tersuci
Biara Soverdi St. Yosef Freinademetz STM Nenuk Atambua Timor
Sabtu, 08 Juni 2024
Hati Tak Bernoda SP Maria (P).
Lectio:
Yesaya 61:9-11
Mazmur dari 1Samuel 2:4-5,6-7
Injil: Lukas 2:41-51
Meditatio:
Pada hari kemarin kita merayakan Hari Raya Hati Yesus Yang Mahakudus. Hari ini kita merayakan Hati Tak Bernoda Santa Perawan Maria. Orang bertanya-tanya, di mana letak kesucian hati Maria?
Kitab Suci memberi jawabannya. Mari kita telusuri lebih dalam kesucian hati Bunda Maria, agar kita tahu, mengerti dan mengimaninya.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Jumat 7 Juni 2024, “Mengalirlah Darah Serta Air”
Pertama, Maria hidup dekat dengan Allah. Secara turun temurun mulai dari Abraham, Ishak, dan Yakub, hidup bangsa Israel tidak jauh dari bait Allah. Bagi mereka, bait Allah adalah pusat dari seluruh kegiatan seharihari. Dengan merayakan paskah di Bait Allah Yerusalem, keluarga Nazaret jelas dekat dengan Bait Allah dan taat pada kehendak Tuhan.
“Tiap-tiap tahun orang tua Yesus pergi ke Yerusalem pada hari raya Paskah. Ketika Yesus telah berumur dua belas tahun pergilah mereka ke Yerusalem seperti yang lazim pada hari raya itu” (Lukas 2: 41). Mereka menjalin relasi yang intim dengan Allah dalam Bait Allah Yerusalem.
Keluarga Nazaret taat agama. Di sinilah kiranya kesucian hati Maria terbentuk. Dia tak pernah jauh dari Allah dan kehendak-Nya. Dari situ, dia juga membawa kanak-kanak Yesus untuk mengalami kedekatan dengan Allah. Kesucian hati terjadi karena kedekatan dengan Allah sendiri.
Kedua, Hidup dalam meditasi. Begitu mendengar jawaban Yesus yang belum bisa dimengerti lewat akal budi, Maria menyimpan perkara itu dalam hati dan merenungkannya(Lukas 2: 51). Dia tidak menanggapi secara frontal, meski dibuat cemas oleh Yesus.
Ketika kehendak pribadinya tidak sejalan dengan kehendak Allah, dia justru masuk dalam ruang keheningan, diam, dan mengolahnya. Merenung di sini berarti berusaha menemukan makna, arti, dan pesan dari setiap peristiwa yang
terjadi.
Bunda Maria melihat bahwa dalam setiap peristiwa ada kehendak Allah, ada tangan Allah yang penuh kasih, yang akan membuat setiap orang semakin dewasa dan semakin percaya kepada-Nya. Di sinilah kiranya kesucian hati Maria dikembangkan.
Dalam keheningan batin, hatinya mendengarkan suara Tuhan. Dalam meditasi yang terus memandang Tuhan, hatinya menjadi lembut dan rendah hati. Dia menjadi suci karena membiarkan hatinya dikuasai oleh kehendak Ilahi.
Ketiga, hidup dalam perkembangan. Di akhir Injil kita temukan kalimat penting: Yesus pulang bersama-sama mereka, dan Ia tetap hidup dalam asuhan mereka(Lukas 2: 51).
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.