Obituari

Kepingan-kepingan Kenangan Bersama Kak Niko: Tutup Buku dan Mengosongkan Diri

Lokus atau titik kumpulnya adalah Sekretariat Presidium GMNI, di Wisma Marinda, Jalan Percetakan Negara Salemba, Jakarta Pusat.

Editor: Dion DB Putra
DOK PRIBADI
Niko Frans (kanan) dan Viktus Murin, duet Ketua dan Sekretaris DPC GMNI Kupang periode 1993-1996. 

"Ade Vik, sehat e," Kak Niko menyapa. "Puji TUHAN. Kak Niko juga kelihatan sudah lebih sehat," jawab saya. "Kak Niko su sonde merokok to?"tanya saya lekas. "Iya Vik, su sonde lai." Tak banyak waktu kami berkisah lantaran Kak Niko mesti mengikuti sesi persidangan kongres.

Saat bertemu Kak Niko tahun 2015 itu, saya baru saja masuk lagi ke Jakarta  bersama keluarga, setelah dua tahun sebelumnya (sejak 2013 selepas tugas di Kemenpora RI), saya dan keluarga sudah tinggal menetap di Manado.

Anak saya, Matur, sudah bersekolah di SD Santo Paulus Manado. Tahun 2015 kami harus pindah lagi ke Jakarta, setelah saya mengiyakan ajakan Pak Melchias Markus Mekeng untuk.membantu beliau sebagai Tenaga Ahli Anggota DPR RI.

Saat pindah ke Jakarta tahun 2015 itulah, anak saya Matur, pindah bersekolah di SD Santo Antonius Matraman, Jakarta Timur, hingga tamat di sekolah yang berdekatan dengan Gereja Katolik Santo Yoseph Matraman itu.

Bersua lagi di Kupang, 2018

Pertemuan kembali saya dan Kak Niko baru terjadi lagi awal tahun 2018, saat saya dan sejumlah kawan di Golkar melaksanakan tugas kepartaian di Sikka, Flores Timur, dan Lembata.

Saat hendak kembali Jakarta, saya dan kawan separtai, Fransiskus Roi Lewar transit semalam di Kupang. Saat ini, Roi Lewar sudah bermigrasi ke PSI, dia menjabat Ketua PSI Kabupaten Flores Timur.

Di antara sempitnya waktu karena malam sudah beranjak larut, saya menelpon Kak Niko untuk bisa bertemu. Kak Niko dengan senang hati meminta saya datang ke rumahnya.

Tiba di rumah Kak Niko, selagi Ade Tensi, isteri Kak Niko menyiapkan kopi-teh, saya menyampaikan niat hati saya dan meminta nasehat dari Kak Niko.

Niat saya waktu itu adalah hendak mengikuti proses politik di Golkar untuk maju dalam kontestasi Pemilu Legislatif tahun 2019 menuju DPR RI. Targetnya terjun di Dapil 2 NTT, mengingat basis pergerakan saya selaku aktivis dan wartawan memang adanya di Kota Kupang.

Niat tersebut memang diinformasukan secara amat terbatas, karena memang belum ada publikasi apapun. Beberapa simpul tradisional Golkar di Kupang pun sudah saya jumpai, secara terbatas pula, mengingat ini konteksnya baru menyampaikan niat.

Mendengar informasi saya, Kak Niko memastikan bahwa ia akan menyampaikan ke komunitas GMNI agar kalau nanti saya jadi mengikuti kontestasi Pileg 2019, maka mesti dicarikan jalan bersama agar ada manfaat ideologis yang bisa dirasakan bersama pula.

Pertemuan kami malam itu tak berlangsung lama lantaran sudah terlanjur larut. Saya pun pamit. "Ade Vik, semoga sukses," begitu ucap Kak Niko sembari menghantar saya ke depan pintu ke arah pekarangan rumah.

Sekarang ini, saya baru menyadari bahwa pertemuan malam itu di rumah Kak Niko, ternyata menjadi pertemuan terakhir saya dan Kak Niko.

Satu dua  bulan pun berlalu. Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Niat saya ikut kontestasi Pileg 2019 pun sirna, terhempas oleh angin puting beliung politik yang lebih digdaya.

Padahal satu dua tahapan proses formal partai sudah saya ikuti dan atau lewati.

Tak mengapa. Tidak apa-apa. Ahh, teringat lagi saya pada apa yang pernah disampaikan oleh Mantan Ketua Umum Presidium PP. PMKRI, Antonius Doni Dihen.

Dalam buku perdana saya berjudul "Mencari Indonesia, Balada Kaum Terusir", Kaka Anton Doni menulis komentarnya sebagai berikut; "Dari belantara politik bernama Golongan Karya, yang pada masa reformasi dipandang sebaga habitat para 'harimau dan binatang buas lainnya', ia meneriakkan masa depan keadilan, rekonsiliasi, demokrasi, dan kebangsaan."

Hati boleh kecewa, tetapi batin dan jiwa mesti terus bergirang dalam rasa syukur berlimpah kepada TUHAN. Sebab sesungguhnya rencana TUHAN selalu merupakan hal terbaik.

"Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu." (Yesaya 55:8-9).

Telepon terakhir di 2022

Meloncat lagi ke ruang waktu empat tahun setelah 2018, terakhir kali saya bersua muka dengan Kak Niko di Kupang. Awal tahun 2022, sekira dua atau tiga bulan pasca masa masa duka berpulangnya Senior Frans, 19 Desember 2021.

Di suatu malam kira-kira pukul 19.00 waktu Minahasa Utara, pun waktu Kupang, bunyi telpon masuk dari Kak Niko. Semenjak memuncaknya wabah Covid-19, medio Maret 2020, saya memang sudah kembali pulang dari Jakarta ke Bumi Nyiur Melambai Sulawesi Utara.

Rumah kediaman kami berada di teritori Kabupaten Minahasa Utara, namun lebih dekat ke perbatasan dengan Kota Manado.

"Malam Ade Vik, ini dengan beta," begitu suara Kak Niko terdengar dari balik ponsel.

"Iya Kak Niko, terima kasih Kak Niko yang menelpon beta. Sehat-sehat to Kak Niko, ade Tensi, dan Aldo?" ucap saya menyambut suara Kak Niko.

"Iya Vik, sehat semua. Terima kasih. Vik dan keluarga juga ada bae-bae ko?" "Puji TUHAN, sehat Kak Niko". Begitu kira-kira kalimat pembuka kami berdua.

Dalam pembicaraan pertelpon malam itu, saya juga mengungkapkan rasa sedih saya mengenang senior Frans.

Kak Niko pun merespon dengan sikap empati, dan mengungkapkan suasana kolektif komunitas GMNI di NTT terkhusus di Kupang pasca kehilangan senior Frans. Lalu, Kak Niko bertanya, kira-kira seperti ini; "Rencana politik Vik selanjutnya bagaimana? Dengan Lembata bagaimana?"

Terus terang saya agak terkejut dengan pertanyaan Kak Niko, namun saya tak menunjukkan keterkejutan itu dalam intonasi suara.

"Kak Niko, maaf, boleh to saya bicara secara apa adanya?" "Boleh Vik, sonde apa-apa," Kak Niko merespon. "Begini Kak Niko, mengenai Lembata,  perhatian saya pada kampung halaman, tentu saja tidak mungkin berhenti, walaupun itu hanya dalam wujud sumbangan pemikiran. Namun, kalau berkaitan dengan politik praktis di Lembata, saya sudah memetik banyak hikmah pasca Pilkada 2011. Sehingga, untuk kontestasi politik di Lembata, saya sudah tutup buku."

Menyimak jawaban saya, Kak Niko pun merespon, "Iya Vik, iya Vik. Beta bisa memahami." Nada suara Kak Niko terdengar lebih pelan dan berat.

"Mohon maaf Kak Niko, kalau boleh memakai idiom atau istilah rohani, maka untuk kontestasi politik lokal di Lembata, saya sudah mengosongkan diri," ucap saya melanjutkan.

Lalu, Kak Niko bertanya lagi, "Kalau konteksnya di luar Lembata, bagaimana sikap ade Vik?"

Saya pun merespon, "Kak Niko, saya memaknai pertanyaan yang ini  sebagai refleksi komunitas ideologis kita. Kalau ada penugasan ideologis di NTT yang harus dijalankan oleh teman-teman ideologis, termasuk saya, maka itu mesti merupakan kesepakatan dan penugasan bersama dari komunitas ide ologis kita. Harapan terbesar untuk hal ini ada pada Kak Niko sebagai Ketua organisasi Alumni GMNI di NTT."

Begitulah ringkasan perbincangan Kak Niko dan saya malam itu, di permulaan tahun 2022. Sebuah perbincangan ideologis, yang berporos pada refleksi kecintaan kami yang sangat kepada almamater GMNI.

Perbincangan ideologis itu, bagi saya pribadi, kini telah berubah menjadi kenangan yang amat bermakna dalam ziarah ideologis. Pun, menjadi kenangan tentang "kohesi relasi kemanusiaan" yang jauh melampaui segala macam jenis kepentingan politik.

Kak Niko yang bersahaja dan baik hati, beta selalu akan berjumpa denganmu dalam ingatan di benak sekaligus kenangan di bilik hati.

"Kenangan itu suatu bentuk pertemuan juga," begitu guru batin Kahlil Gibran bertutur. Kak Niko terkasih, bahagia abadi jiwamu di Sorga.

"Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman." (2 Timotius 4:7). Kak Niko...jangan lupa e, titip salam hormat dan penuh kasih untuk Senior Frans.  *(Bagian ketiga/Habis)

*) Viktus Murin, adalah Sekretaris DPC GMNI Kupang (1993-1996), Ketua Komite Kaderisasi Presidium GMNI (1996-1999), Sekjen Presidium GMNI (1999-2002), Wakil Sekjen DPP AMPI (2008-2013), Wakil Sekjen DPP Partai Golkar (2018-2019). Wartawan Pos Kupang (1992-1995), Tenaga Ahli Menpora RI DR. H. Adhyaksa Dault, SH, M.Si (2004-2009), Tenaga Ahli Anggota DPR RI Melchias M. Mekeng (2015-2018). Kini, menjadi Tenaga Ahli Ketua MPR RI, DR.H.Bambang Soesatyo, SE, SH, MBA.

Halaman 4 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved