Obituari
Kepingan-kepingan Kenangan Bersama Kak Niko: Tutup Buku dan Mengosongkan Diri
Lokus atau titik kumpulnya adalah Sekretariat Presidium GMNI, di Wisma Marinda, Jalan Percetakan Negara Salemba, Jakarta Pusat.
Saya lekas-lekas menghampiri Pak Sondakh dan menyampaikan bahwa kami merasa senang beliau bisa segera balik ke Manado bersama kami, karena pada keesokan harinya Wapres RI Hamzah Haz akan datang ke Manado untuk membuka secara resmi pelaksanaan Kongres GMNI.
Serta-merta Pak Sondakh dan isteri tersenyum ramah dan menyalami kami beberapa pengurus dan panitia, untuk kemudian kami bersama beranjak masuk ke dalam pesawat.
Perlu diungkapkan di sini, mengapa Panitiq Kongres GMNI bisa menyewa pesawat Lion Air.
Puji TUHAN, syukur alhamdulilah, pada waktu itu Menteri Sosial RI Bachtiar Chamzyah yang juga alumnus HMI, berkenan membantu Panitia Kongres GMNI sebesar seratus juta rupiah. Dengan dana bantuan Mensos RI tersebut, Rp 60 juta disisihkan untuk menjadi uang muka sewa pesawat Lion Air.
Sisa biaya sewa nanti diatur kemudian. Sisa dana sejumlah Rp 40 juta itulah yang dibawa ke Manado untuk persiapan pembiayaan berbagai kebutuhan teknis kongres. Dana sejumlah itu jelas masih minus atau defisit untuk membiayai acara organisasi sebesar kongres.
Namun, kami optimis di Manado nanti pasti ada Alumni GMNI atau para senior dari barisan kaum Marhaenis yang akan membantu kebutuhan kongres. Apalagi pada waktu itu, Walikota Manado adalah seorang alumni GMNI yakni Pak Wempi Fredrick.
Perihal GMNI menyewa Lion Air, itu juga suatu surprise, sebab bila tidak ada pihak yang menggaransi maka sulit rasanya Panitia Kongres GMNI bisa menyewa pesawat.
Ada seorang sahabat, alumni HMI dia, yang ternyata mengenal baik bos Lion Air waktu itu, sehingga sahabat inilah yang membantu meyakinkan sang bos Lion, agar GMNI bisa menyewa pesawatnya untuk mengangkut rombongan peserta kongres ke Manado.
Pesawat pun take off malam itu menuju Manado. Di dalam pesawat, naluri usil saya muncul, untuk melakukan observasi terbatas terhadap situasi. Mengingat saya sudah pernah punya pengalaman pertama kali naik pesawat, maka feeling saya akan ada kejadian unik di pesawat Lion malam itu.
Benar saja, tiba saatnya pembagian makan malam oleh pramugari, eh ada penumpang yang minta tambah nasi. Lalu, beberapa penumpang yang mau ke toilet, malah berjalan ke arah ruang kemudi pesawat dan dengan agak grogi hendak membuka pintu kokpit. Konyol, tapi kocak. Kacau, tapi lucu.
Di Manado, pada keesokan harinya, tepat di Hari H, Wapres Hamzah Haz pun tiba di arena Kongres untuk membuka/meresmikan Kongres GMNI. Puji TUHAN, syukur alhamdulilah, seremoni pembukaan Kongres berlangsung lancar dan sukses.
Akan halnya mengapa Wapres RI yang hadir membuka Kongres GMNI, dan bukan Presiden RI yang waktu itu dijabat oleh Ibu Megawati Soekarnoputri?
Tahapan etis protokoler kepresidenan sudah coba ditempuh oleh Presidium GMNI/Panitia Kongres. Kami waktu itu bahkan sudah beraudiensi dengan Mensesneg Bambang Kesowo untuk mengundang Presiden RI membuka Kongres GMNI.
Namun, sampai dengan hari-hari krusial mendekati pelaksanaan kongres, kepastian untuk bertemu atau beraudiensi tidak juga kami peroleh. Kami hanya mengira-ngira, mungkin saja alur protokoler untuk bertemu Presiden RI memang amat rumit.
Gagal mengundang Presiden RI, kami pun berikhtiar agar bisa mengundang Wapres Pak Hamzah Haz. Maka, saya selaku Sekjen ditemani oleh dua anggota Presidium, yakni Kristyanto Wisnu Broto dan mendiang RS Hayadi menemui senior HMI, Kang Egi Sudjana, di kantornya di bilangan Thamrin Jakarta.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.