Tokoh NTT

Profil Tokoh NTT, Yahya Ado Sosok Pencetus Sekolah Alam PAUD di NTT 

Adalah Yahya Ado, pria asal Flores Timur yang telah berpikir ke depan dalam mempersiapkan generasi bangsa dalam pembentukan karakter.

Penulis: Edi Hayong | Editor: Edi Hayong
POS-KUPANG.COM/HO
Yahya Ado bersama keluarga. Pria asal Flores Timur yang merupakan sosok pencetus Sekolah Alam PAUD di NTT dan kini dikembangkan di Desa Manusak, Kecamatan Kupang Timur, Kabupaten Kupang. 

POS-KUPANG.COM- Keberadaan sekolah alam khusus untuk Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) untuk kebanyakan orang terasa sangat asing di telinga.

Apalagi di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) selama ini belum ada yang berani membuka sekolah alam.

Namun, konsep sekolah alam ini tercetus dari ide besar sosok pria sederhana yang berani menciptakan terobosan.

Walau tertatih-tatih ide briliannya itu kini semakin dikenal masyarakat luas bukan saja di NTT tetapi di tingkat nasional Sekolah Alam yang dibukanya di Desa Manusak, Kecamatan Kupang Timur, Kabupaten Kupang, NTT.

Adalah Yahya Ado, pria asal Flores Timur yang telah berpikir ke depan dalam mempersiapkan generasi bangsa dalam pembentukan karakter.

Baca juga: Profil Tokoh NTT, Kasim Botan Winger Asal Adonara Flores Timur yang Gacor di Persebaya

Berkat pengalamannya dalam mendampingi lembaga PAUD konvensional di beberapa tempat di NTT dan pengalaman di Unicef, Ado demkian ia disapa memberanikan diri membuka sekolah alam dengan nama Sekolah Alam Manusak di Kecamatan Kupang Timur, Kabupaten Kupang pada Juli 2019 lalu.

Bagaimana konsep menghadirkan sekolah alam, bagaimana respon para orangtua terhadap sekolah alam, secara runut suami dari Suryati Malik ini memberikan gambarannya.

Yahya Ado ketika kepada Pos Kupang beberapa waktu lalu mengatakan, sekolah alam ini sebenarnya inovasi belajar yang menggunakan media alam.

Alasan mendasar kenapa menggunakan alam, karena alam mempunya kekayaan luar biasa untuk peningkatan kecerdasan anak.

Mereka mengembangkan sekolah dengan konsep mendekatkan anak dengan alamnya. Sehingga menumbuhkan rasa cinta anak pada alam dan lingkungan sekitarnya. Sehingga anak ketika dewasa dengan perkembangan yang luar biasa dia tidak lupa pada akar kehidupannya. Dia peduli dengan alam.

Dikatakan Yahya Ado, pembelajaran yang dikemas di sini mengedepankan aspek 4 K. Bagaimana menumbuhkan anak berpikir kritis. Anak bisa menemukan ilmu dari alam, sesuatu di sekitar dia.

Baca juga: Profil Tokoh NTT, Warmansyah, S.Pd Sosok yang Hantar SMPN 11 Kupang Jadi Sekolah Penggerak

"Untuk memberi pesan bahwa sesuatu itu punya nilai dan bermakna. Anak bisa bekerjasama dengan teman sebaya dan orang lain. Sehingga perlu ada satu skill yang dimiliki anak-anak. Apalagi di zaman sekarang, kita tidak bisa bekerja sendiri apalagi di zamannya anak-anak ini sebagai generasi bangsa ini. Skill itu kita kembangkan melalui metode outbond," jelas Yahya Ado.

Di sekolah alam hasil inovasinya itu, mereka menyiapkan outbond untuk melatih anak-anak terbiasa melakukan kerjasama, melakukan proses pembelajaran bersama-sama dan berinteraksi dengan temannya. Berikutnya, kita berharap anak bisa berkomunikasi.

Diharapkan ketika dia menemukan sesuatu, dia berinteraksi dengan sesuatu, anak bisa menyampaikan sesuatu, dia bisa bertanya dan ini dilakukan secara stimulan atau dirangsang untuk anak bisa berpikir. Jadi aspek yang kita kritis, komunikatif, kolaboratif, kreatif.

Fakta menunjukan bahwa kebanyakan kita melakukan sesuatu itu apa adanya. Seorang anak sebagai calon pemimpin kita berharap berpikir kreatif untuk menciptakan sesuatu.

Ketika dia mampu berpikir kreatif, dia bisa menghasilkan sesuatu. Jadi dia tidak hanya menikmati apa yang ada saja, tetapi dia kreatif menciptakan sesuatu untuk dinikmati dia sendiri dan teman-temannya.

"Kami baru merintis tahun 2019. Ijin operasionalnya memang PAUD tapi mimpi kami bahwa PAUD itu mengedepankan karakter sehingga harus menyambung ke pendidikan SD. Saat ini fokus di PAUD dulu. Karena PAUD merupakan pendidikan dasar, pendidikan yang sangat diharapkan berkualitas," katanya.

Baca juga: Profil Tokoh NTT, Mgr. Frans Kopong Kung Uskup yang Menjabat Ketua Komisi Keluarga KWI

Dia menegaskan, alasan adanya PAUD ini karena banyak survei dan studi menemukan bahwa 80 persen otak anak berkembang pada usia anak 0-6 tahun.
Ini usia kritis yang perlu disiapkan sehingga di sekolah bersama orangtua membangun pemahaman bersama.

Untuk mendapatkan anak yang berkualitas tidak hanya diciptakan di sekolah tapi juga di rumah. Maksudnya apa yang diajarkan di sekolah sedapat mungkin diterapkan di rumah.

Konsep pembangunan sekolah alam PAUD itu merupakan tempat anak bermain. Sekolah harus menyenangkan untuk anak-anak. Menyenangkan bagi anak-anak itu di alam terbuka. Media-media bagi anak itu menarik.

"Untuk itu membangun pemahaman para orangtua maka kita libatkan mereka juga. Kita perkenalkan metode belajar, kurikulum yang digunakan, media yang digunakan. Memang banyak orangtua berharap anaknya bisa membaca menulis. Tapi disampaikan bahwa di PAUD yang terpenting anak memahami konsepnya. Dia tahu menulis abjad tapi yang kita tekankan di sekolah alam soal karakter," tandasnya.

Ditanya apakah inovasi ini termotivasi ketika melihat keberhasilan di daerah lain lalu diadopsi diterapkan di NTT? Yahya Ado menjawab, sebenarnya kalau melihat kurikulum kualitas pembelajaran, partisipasi orangtua, gerakan orangtua masuk kelas, ada tertulis.

"Tapi di NTT ini tidak pernah ada. Sehingga saya pertama kali menginisiasi di NTT yaitu di Kota Kupang ada satu TK yang saya komite di situ dan selalu diundang ke TVRI untuk menjelaskan soal konsep orangtua mengajar. Ada kebanggaan pada orangtua bahwa mereka bisa juga menjadi guru. Ini sekolah alam artinya sekolah komunitas sehingga semua sama-sama kolaboratif," tegas Yahya Ado.

Data Diri Yahya Ado :

PRIA hitam manis kelahiran Boleng, Adonara, Flores Timur, 18 Mei 1978 ini, punya cita-cita besar mendarmabaktikan hidupnya untuk kemajuan pendidikan PAUD di NTT.

Konsep Sekolah Alam jauh-jauh hari telah dipikirkannya. Ini upaya mempersiapkan calon pemimpin yang berkarakter, berintegritas, berkualitas dan bermoral.

Selama puluhan tahun berkecimpung di lembaga luar negeri Unicef, pola pembelajaran yang menyenangkan dan ramah lingkungan dipelajarinya.

Ia membangun Sekolah Alam Manusak, tepatnya di Jalan Bendungan Raknamo, Desa Manusak, Kecamatan Kupang Timur, Kabupaten Kupang.

Sekolah ini kini secara khusus menerima peserta anak PAUD dan menjadi alam pertama di NTT.

Dirinya melitanikan persoalan yang ditemukan selama ini. Ayah dari Arham Alifditya Yahya, Ghaizan Alfaridzi Yahya ini mengatakan, pengalaman belajar selama ini, masih banyak anak yang tidak bahagia berada di sekolah.

Apalagi pembelajaran tersekat hanya dalam ruang kelas. Maka konsep alam sebagai sebuah pilihan untuk belajar yang ramah dan menyenangkan.

Di sekolah alam Anak lebih bebas, bahagia, dan senang belajar dan bermain di sekolah mereka. Anak-anak mencintai dan menikmati keberadaan mereka di sekolah.

Baca juga: Profil Tokoh NTT, Jacob Nuwa Wea Sosok Pembela Kaum Buruh yang Jadi Menakertrans

"Saya sangat bangga dengan guru-guru saya karena walaupun berijazah SMA tapi pengabdian untuk menciptakan generasi yang berkualitas sungguh luar biasa. Ijazah itu hanya selembar kertas tapi yang penting mempersiapkan calon pemimpin. Saya sampaikan kepada guru bagaimana anda tampil percaya diri karena dalam diri guru itu setiap gerak tutur kata menjadi panutan. Harus jadi teladan. Sekarang ini kita lihat terjadi krisis keteladanan," ujar guru Bahasa Inggris ini.

Menurut Ado yang telah meluncurkan buku perdananya beberapa waktu lalu ini, sosok guru itu ditiru diguguh. Jadi ketika guru membawa diri dengan benar tanpa memandang status pendidikan seperti apa akan diikuti geraknya sesuai keteladanan itu.

Dirinya berpengalaman ketika mengajar di SD, SMP, SMA juga Perguruan Tinggi. Bekal mendampingi PAUD di Flores terakhir menjadi konsultan pendidikan PAUD di Unicef terutama di Kabupaten Kupang dampingi 100 PAUD, dirinya berani membuka sekolah alam di Manusak.

"Saya sangat berharap ke depan model pembelajaran ini akan diterapkan di banyak PAUD di NTT. Ini pertama di NTT dan kami siap jadi tempat teman-teman lain mau datang melihat dan belajar. Kami sangat terbuka," ujar pria yang suka membaca ini. (*)

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved