Wawancara Khusus

Kurator IKN Ridwan Kamil: Investor Semakin Banyak Datang ke Ibu Kota Nusantara

Secara politik, investor yang ragu-ragu masuk menanamkan investasi saat ini sudah yakin untuk berinvestasi di IKN.

Editor: Dion DB Putra
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Kurator IKN, Ridwan Kamil. 

Iya. Jadi tantangan IKN itu sebenarnya yang tertinggi ya, adalah gimana memindahkan orang. Karena kan gak ada kelahiran di IKN, ibaratnya, maka IKN itu manusianya kayak Dubai. Impor.

Berarti harus merayu orang Jawa, Sumatera apa, untuk ke sana. Nah itu tantangannya. Gimana memberikan rayuan, insentif, supaya orang mau di sana.

Tamu-tamu negara juga akan hadir HUT RI ke-79 di IKN?

Pastilah. Media harus meliput itu. Ini peristiwa bersejarah dalam Republik ini, upacara pertama kalinya tidak dilaksanakan di Jakarta.

Kalau bicara kapasitas kemungkinan yang akan hadir itu diperkirakan berapa orang?

Nggak bisa sebanyak di Jakarta. Karena fasilitas menginapnya jadi pertimbangan, jadi bener-bener VVIP aja. Tapi visualnya itu sudah keren banget. Dulu Pak Presiden itu ya selama ini kita ini bangsa dijajah kan. Istana Presidennya saja kan warisan bangsa penjajah.

Jadi kalau dari sisi kebangkitan itu momentum bahwa dari konsep, bangunan semua adalah representasi Nusantara. Maka di istana negara Presiden nanti ya, itu ada ruangan Papua, ruangan Bali, ruangan apa gitu. Tapi kan kalau di istana sekarang kan itu kan Yunani Romawi.

Bangunan kolonial yang arsitektur barat. Jadi tanda kutip per hari ini masih kayak terjajah saja kan oleh bangunan warisan itu. Jadi sekarang pusing karena saking kayanya keragaman budaya kita. Bingung. Batiknya saja udah berapa kali suku bangsa.

Artworknya, patungnya. Jadi makanya saya mengukurasi. Ini oke, ini gak oke. Ini oke, tapi bukan di level istana. Levelnya di sini.

Berarti gak cuma bangunan pemerintah doang? Kalau kayak bangunan-bangunan lain kayak mall, hotel, semua harus representasi Nusantara gitu ya?

Berdiri di IKN harus lewat persetujuan saya mewakili presiden. Baik APBN dananya maupun dana swasta.

Untuk desainnya sendiri juga harus representasikan Nusantara gitu ya?

Nusantara dan harus futuristik. Itu kayak wasit.

Kalau tidak salah Pak Jokowi dijadwalkan akan melakukan groundbreaking yang ke-6 ya?

Makanya saya di sana tanggal 4, menginap semalam di campingnya. 2 hari sampai tanggal 5.

Lanjutan pembangunannya apa itu Kang Emil?

Sama saja. Ada perbankan baru, ada hotel baru. Tapi mayoritas lebih ke swasta. Swasta itu udah lebih dari Rp 40 triliun loh. Kalau swasta asing memang belum. Tapi kalau disebut investor non-APBN, udah Rp 40 triliun lebih. Mohon maaf, saya takut salah.

Ada tidak sih nanti berdiri universitas negeri di sana?

Saya bilang ke Pak Presiden, salah satu cara bikin populasi IKN itu rame adalah bikin universitas yang banyak asramanya. Banyak kos-kosannya. Kan saya bilang tadi, teori rahmi itu kan ngimpor orang.

Sekolah itu salah satu cara mengimpor. Nah sekarang masih belum universitas. Tapi lebih dulu TK, SD, SMP, SMA untuk anak-anaknya PNS itu. Bersekolah. Nah sambil universitas udah mulai jejaki tapi tidak di tahun ini.

Atau gini, Pak Emil pasti kan juga campaign ke beberapa negara bagaimana responsnya?

Kemarin di Singapura. Saya pidato nih. Ceramah di National University of Singapore. Bicara IKN lebih comprehensive ya. Mulai dari sejarah tadi kan. Yang nanya ada kali 15. Oke juga kan. Jadi kesimpulannya antusiasmenya tinggi, cuman misinformasi.

Makanya pulang ceramah ada yang bilang gini, selama ini saya gak suka mendengar konsep IKN. Karena saya dengarnya itu sepotong-sepotong gitu. Jadi kami ibaratnya emang lebih banyak berburuk sangka. Tapi setelah Anda jelaskan, akhirnya saya paham. Ternyata Anda menjaga nilai lingkungan kan. Menjaga ini itu.

Terus saya diundang lagi. Saya bilang jadi ingat pepatah ya. Lagunya sama, penyanyinya beda. Jadi dampaknya juga beda. Orang sampai sekarang masih berdebat apa perlunya IKN? Masih disitu kan. Jadi ya sudah. Kalau saya sebenarnya bela negara kan.

Jadi ini kan sudah diputuskan. Misalkan posisi kurator nggak ada. Kan IKN tetap jalan kan. Tapi tiba-tiba, maaf ya, dibangun tapi berantakan. Ngejar cepat, tidak berkualitas.

Kan malu bangsa ini. Nggak cocok impian dari bangunan. Makanya saya kerja itu sambil bela negara tadi. Saya memastikan emang nggak malu-maluin lah keputusan mahal ini kan.

Kang Emil, pasti investor akan banyak yang akan masuk. Tugasnya kalau Kang Emil diperintahkan oleh Pak Jokowi juga mengkurasi para investor?

Oh nggak. Kalau ngajak-ngajak investor, saya informal. Di mana ada kesempatan, saya kasih tahu. Tapi saya nggak bikin roadshow investasi ya. Kira-kira begitu. Nah. Jadi saya ngomong politik dulu sedikit ya.

Karena ada hubungan. Gara-gara 02 menang, investor jadi banyak. Jadi waktu sebelum Pilpres itu pada nunggu. Karena kan pasangan yang bukan 02 kan ada yang menentang. Sehingga investor kan loginya simpel. Kalau yang itu menang berarti kan ngapain saya siap-siapin duit kan.

Eh ternyata yang menang yang melanjutkan. Jadi kerangkering-kerangkering justru pas ke Pilpres lebih baik. Menunjukkan bahwa keberlanjutan menjadi ketenangan dalam persepsi investasi. (Tribun Network/Reynas Abdila)

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved