Timor Leste

Timor Leste: Kisah Penembakan yang Dialami Wartawan Kompas Kornelis Kewa Ama di Dili 1999

Kemerdekaan Timor Leste resminya diproklamirkan pada 20 Mei 2002. Tetapi proses menuju kemerdekaan berawal pada tahun 1999.

Editor: Agustinus Sape
DOKUMEN SUSANA CARDOSO
Wartawan Kompas Kornelis Kewa Ama (kedua dari kiri, berkumis), bersama beberapa wartawan lokal Dili, sedang mewawancarai utusan khusus PBB yang datang ke Dili, Mei 1999, menjelang penentuan pendapat Timor Timur, 30 Agustus 1999. 

Perang meletus

Sekitar pukul 16.30 Wita, kelompok prointegrasi tiba di tempat itu. Perang pun meletus. Letusan senjata dari prointegrasi menggelegar ke sejumlah arah. Suara tembakan itu lebih banyak terdengar satu arah, yakni dari konvoi prointegrasi ke pihak prokemerdekaan. Situasi mencekam.

Tidak lama kemudian, peluru prokemerdekaan meluncur bagaikan kilat menyambar ke arah prointegrasi. Senjata api dibalas senjata api. Dibarengi senjata rakitan, busur, dan panah dari dari kedua pihak. Para wartawan yang tadinya ingin mengabadikan peristiwa itu mendadak bubar, melarikan diri tanpa arah. Kebanyakan menuju tempat TNI dan Polri berada.

kornelis kewa ama, wartawan kompas_045
Wartawan Kompas Kornelis Kewa Ama duduk di atas sepeda motor Yamaha Kristal di rumahnya di Dili, Januari 1999, sebelum kendaraan itu dibakar kelompok prointegrasi.

Saya ikut berlari sekitar 30 meter dari pusat konflik. Namun, saat sedang berlari, saya teringat sepeda motor merek Yamaha Cristalyang masih terparkir di sekitar truk milik prointegrasi. Motor diparkir lebih awal sebelum truk tiba.

Saat berbalik arah hendak mengamankan sepeda motor itu, saya melihat api sudah merambat ke seluruh badan sepeda motor. Dua anggota milisi berada di sekitar sepeda motor yang dibakar, bergegas naik kembali ke dalam truk.

Saya sedih. Motor itu baru dibeli. Saat itu saya berstatus sebagai calon koresponden harian Kompas. Dengan status itu, honor pun diberikan sesuai banyaknya berita yang layak terbit di Kompas. Sampai tahun 1999, Kompas menerima wartawan dengan status bertahap, yakni koreponden lepas, calon koresponden, koresponden tetap, dan koresponden atau wartawan.

Baca juga: Ramos Horta Beri Penghargaan Ordem Colar de Timor Leste kepada Dewi Fortuna Anwar 

Sebelum memiliki motor itu, setiap hari saya meliput berita dengan naik angkot atau berjalan kaki. Saat itu belum ada ojek sepeda motor.

Sepeda motor Yamaha Kristal bekas itu dibeli dari seorang warga Surabaya yang tinggal di Kelurahan Bairopite, Dili, dengan harga Rp 1,2 juta.Ia bersama keluarga mengungsi lebih awal sebelum penentuan pendapat berlangsung karena khawatir terjadi perang. Sepeda motor itu sempat pula digunakan membonceng sejumlah wartawan Kompas dari Jakarta saat datang meliput di Dili, Timtim.

Kembali ke peristiwa itu, melihat api menjalar di seluruh badan sepeda motor, saya lalu mengeluarkan kamera saku dari dalam tas. Memotret kondisi sepeda motor yang sedang terbakar. Kamera saku tidak memiliki system zoom. Pemotretan harus lebih dekat agar gambar tampak lebih jelas.

Saat itu pula beberapa anggota milisi prointegrasi yang berada di atas truk lantang berteriak. ”Wartawan kemerdekaan. Itu wartawan Kompas,” katanya.

Seiring teriakan itu,beberapa di antara mereka mengarahkan moncong senjata ke arah ke tubuh saya. Mata saya sempat memantau.

Saat itu saya mengenakan baju rompi antipeluru, dan di bagian dada ada tulisan huruf besar PERS. Tulisan itu bisa terbaca pada jarak 30 meter. Dalam hati, mereka bisa membaca tulisan itu dan tidak bertindak brutal. Berat rompi ituhampir 4 kg. Sulit berlari kencang.

Tertembak

Mendadak hujan peluru mengarah ke badan saya. Sebagian besar senjata rakitan, dengan peluru berupa potongan-potongan besi dan paku. Saat dimuntahkan dari moncong senjata berubah menjadi serpihan-serpihan api.

Benda-benda berupa api itu mengenai kepala dan wajah saya. Sebagian mengenai tangan. Terasa perih di dahi, pipi, pelipis, dan dagu. Terluka, tapi tidak dalam. Luka terbakar, melepuh. Untung tidak mengenai mata. Sengaja saya merebahkan diri ke tanah.

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved