Berita NTT

Ketua LPA NTT Sebut Peran Perempuan Penting Dalam Upaya Pencegahan Stunting

Veronika Ata mengatakan, peran seorang perempuan juga harus mampu mengatur keuangan keluarga agar bisa berjalan baik.

Penulis: Irfan Hoi | Editor: Edi Hayong
POS-KUPANG.COM/IRFAN HOI
Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kota Kupang saat melakukan sosialisasi ketahanan keluarga untuk mencegah stunting di Kelurahan Tuak Daun Merah. 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Irfan Hoi

POS-KUPANG.COM, KUPANG - Ketua Lembaga Perempuan dan Anak atau LPA NTT Veronika Ata menyebut peran perempuan sangat penting dalam upaya pencegahan gizi buruk atau stunting bagi anak.

Veronika Ata mengatakan, perempuan juga ikut membantu perekonomian keluarga.

Di samping itu, penyediaan makanan dari pekarangan rumah juga sangat penting. Hal semacam itu, menurut dia, mampu dikerjakan perempuan.

"Jadi kita ketahui itu bahwa biasanya pencari nafkah. Sebenarnya ibu juga pencari nafkah. Tapi selama ini tidak dianggap. Seorang ibu bisa melakukan itu," kata Veronika Ata dalam acara Sosialisasi Pemberdayaan Perempuan dan Ketahanan Keluarga, yang diselenggarakan Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kota Kupang, Rabu 22 Mei 2024.

Veronika Ata mengatakan, peran seorang perempuan juga harus mampu mengatur keuangan keluarga agar bisa berjalan baik. Kesesuaian antara penghasilan dan pengeluaran menjadi penting.

Sisi lain, ketersediaan air bersih dan kebutuhan dasar keluarga sangat penting. Basis kesetaraan gender, harusnya bisa terjalin sebagai langkah pencegahan stunting. Keadilan dan kesetaraan dalam keluarga juga sangat penting.

Ia sangat melihat banyaknya kekerasan dalam rumah tangga karena ekonomi. Sehingga, pemberdayaan bagi perempuan perlu dilakukan.

Baca juga: LPA NTT Minta Komnas Perempuan Turun Tangan Pada Kasus Pembunuhan Dini oleh Ronald Tannur

Pemerintah bisa mengintervensi pemberdayaan perempuan rumah tangga agar membantu meningkatkan ekonomi keluarga.

"Harus memperhatikan kebutuhan masyarakat. Kita berharap supaya agar program pemerintah bisa mendukung keluarga. Di samping keluarga itu sendiri juga berusaha," kata Veronika Ata.

Veronika Ata mengatakan, pelibatan perempuan dalam berbagai program sangat membantu dan mengelola ekonomi keluarga.

Hal itu agar tidak terjadi kekerasan perempuan yang bisa berimbas juga ke perkembangan ke anak. Akibatnya anak yang tumbuh tidak diperhatikan gizinya.

Tanggung jawab bersama antara perempuan dan laki-laki dalam keluarga, ujar dia, harus ada. Veronika Ata melihat, beberapa program kini sudah mulai berjalan di NTT. Namun, dia berharap agar program itu berkelanjutan.

"Kita mendorong pemberdayaan ekonomi keluarga melibatkan perempuan sehingga mereka bisa memperhatikan tumbuh kembang anak dan menghasilkan SDM yang baik," katanya.

Narasumber dari DP3A Kota Kupang drg. Suwidji Dyah Retna Banantari dalam materinya ketahanan keluarga untuk upaya pencegahan stunting menyebut, perilaku ayah dan ibu menjadi penting.

Baca juga: Ketua LPA NTT Veronika Ata Minta BB Guru Pelaku Pencabulan 7 siswi SD di Ende Dihukum Kebiri

Sebab hal itu bisa ditiru oleh anak-anak. Ia mengatakan, dalam konsep ketahanan keluarga adalah ketahanan fisik, ekonomi, sosial psikologi, dan sosial budaya.

Ketua Panitia Pelaksana kegiatan Morde Putra M. Ratu Kore mengatakan, dalam membangun sumber daya manusia yang unggul dan berdaya saing.

Peningkatan kualitas keluarga menjadi salah satu syarat mutlak yang harus diwujudkan.

Sebagai unit sosial terkecil di masyarakat, keluarga menjadi ruang pertama dan utama, yang turut menentukan kualitas hidup tiap-tiap anggota keluarganya.

Melalui keluarga, nilai-nilai kesetaraan gender mulai dikenalkan, untuk kemudian diinternalisasikan dalam gerak tiap anggota keluarganya baik di rumah maupun di masyarakat.

Melalui keluarga pula, pemenuhan hak dan perlindungan anak dioptimalisasikan guna mencetak generasi penerus yang unggul dan berkarakter.

Terwujudnya kesetaraan gender, pemenuhan hak anak, dan perlindungan anak akan mendorong peningkatan kualitas keluarga, yang pada akhirnya turut menciptakan ketahanan sosial di masyarakat, mendorong terwujudnya masyarakat yang inklusif, serta menjadi pilar penyangga pembangunan bangsa yang progresif.

Menurut data Kemen PPPA-RI dan BPS, Capaian IKK (Index Kualitas/Ketahanan Keluarga) berdasarkan metadata, pada tahun 2020, Propinsi NTT mendapat angka terendah yaitu 64.57 dan pada Tahun 2021 Propinsi NTT mendapat angka nomor 2 terendah 67.62 setelah Propinsi Papua 65.16 dari 34 propinsi di Indonesia.

Baca juga: Ketua LPA NTT Tolak Tegas Kebijakan Siswa Sekolah Jam 5 Pagi

"Melalui pemberdayaan perempuan diharapkan dapat meningkatkan kualitas ketahanan keluarga," kata dia.

Pemberdayaan perempuan merupakan proses penyadaran dan pembentukan kapasitas terhadap partisipasi yang lebih besar seperti keluasan, pengawasan, dan pengambilan keputusan serta tindak transformasi yang mengarah pada perwujudan persamaan derajat yang lebih besar antara perempuan dan laki laki.

Pemberdayaan perempuan tidak terlepas dari pemberdayaan masyarakat yang bertujuan mewujudkan masyarakat yang mandiri, mampu menggali potensi yang ada di daerahnya dan membantu masyarakat untuk terbebas dari keterbelakangan.

Pemberdayaan perempuan sebagai upaya perempuan perempuan untuk memperoleh akses dan kontrol terhadap sumberdaya, ekonomi, politik, sosial, budaya agar perempuan dapat mengatur diri dan meningkatkan rasa percaya diri.

Hal itu untuk mampu berperan dan berpartisipasi aktif dalam memecahkan masalah sehingga mampu membangun kemampuan dan konsep diri. Pemberdayaan perempuan merupakan proses dan tujuan, sehingga tidak terlepas dari pemberdayaan masyarakat.

Salah satu masalah yang menghambat kinerja pembangunan dan menyebabkan keterbelakangan masyarakat adalah masalah stunting.

Stunting merupakan masalah kesehatan yang berdampak menurunkan kualitas sumber daya manusia yang berkaitan dengan malnutrisi kronis yang terjadi pada anak.

Baca juga: Calon Pendeta Cabuli Anak di Alor, LPA NTT Minta Kepolisian Terapkan UU TPKS 

Terdapat dua kelompok besar yang menjadi faktor penyebab terjadinya stunting, yaitu penyebab langsung dan tidak langsung. Penyebab langsung yang dimaksud adalah rendahnya asupan gizi dan status kesehatan.

Faktor langsung ini berhubungan dengan ketahanan pangan bergizi, lingkungan sosial yang terkait dengan praktek pemberian makanan bayi dan anak (pengasuhan).

Akses terhadap layanan kesehatan untuk pencegahan dan pengobatan (kesehatan), serta kesehatan lingkungan yang meliputi tersedianya sarana air bersih dan sanitasi (lingkungan).

Keempat faktor tersebut mempengaruhi asupan gizi dan status Kesehatan ibu dan anak. Sedangkan faktor tidak langsung berhubungan dengan berbagai faktor, antara lain kesenjangan ekonomi, pendapatan, urbanisasi, globalisasi, sistem pangan, jaminan sosial, pembangunan.dan pemberdayaan perempuan.

Masalah kesetaraan gender tersirat di dalam faktor langsung maupun tidak langsung. Stunting dapat dicegah jika kesetaraan gender terwujud. Kesenjangan gender dalam keluarga sering kali mempengaruhi kualitas kesehatan perempuan, tak terkecuali pada ibu hamil.

Sebagian masyarakat masih menganggap kesehatan ibu hamil menjadi tanggung jawab perempuan, begitu pula kesehatan bayi dan pemenuhan gizi balita menjadi urusan perempuan saja.

Dalam pola pengasuhan anak hanya pada perempuan, yang tidak sedikit telah memberikan beban berlebih bagi perempuan, Pengasuhan seharusnya menjadi urusan keluarga, baik laki-laki dan perempuan, sehingga terdapat kemitrasejajaran di antara keduanya.

Baca juga: Ketua LPA NTT : Kita Harus Memutus Mata Rantai Kekerasan Seksual Terhadap Anak

Pengasuhan yang tidak dibiasakan untuk berbagi, akan menimbulkan kesenjangan pemahaman pada kelompok laki-laki dalam perannya meningkatkan gizi keluarga, pola pengasuhan serta bagaimana menciptakan suasana kondusif keluarga baik secara psikologis maupun lingkungan fisik.

Dilihat dari pengaruh ketidakadilan dan ketidaksetaraan gender pada angka stunting, maka kemitrasejajaran antara laki-laki dan perempuan dalam memerangi stunting menjadi suatu unsur penting yang perlu dikuatkan.

Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan menambah pengetahuan keluarga pasangan usia subur diutamakan keluarga beresiko stunting, Calon Pengantin, Ibu Hamil terutama ibu hamil kurang energy kronis (KEK); tentang pentingnya pemberdayaan perempuan untuk meningkatkan ketahanan keluarga.

Kemudian, kata dia, meningkatkan kualitas keluarga melalui peningkatan pengetahuan dalam dimensi ketahanan keluarga yaitu dimensi legalitas struktur, ketahanan fisik, ketahanan ekonomi, ketahanan sosiopsikologi dan ketahanan sosial budaya terutama dalam upaya pencegahan stunting.

"Kegiatan berlangsung 20-22 Mei 2024 pada 3 kelurahan yang belum pernah mendapat Sosialisasi Ketahanan Keluarga Untuk Mencegah Stunting, yaitu Kelurahan Penfui, Kelurahan Kolhua dan Kelurahan Tuak Daun Merah," ujarnya. (fan)

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved