Berita Papua
Tak Hanya Siswa,Guru di Papua Ada yang Tak Lancar Membaca
Dari data yang dikumpulkan WVI Tahun 2023 di Jayapura, Biak, dan Jayawijaya, masih banyak siswa kelas 3 sekolah dasar yang kesulitan membaca.
POS-KUPANG.COM, JAKARTA - Literasi masih menjadi isu utama bagi anak-anak di Papua. Dari data yang dikumpulkan Wahana Visi Indonesia (WVI) Tahun 2023 di Jayapura, Biak, dan Jayawijaya, masih banyak siswa kelas 3 sekolah dasar yang kesulitan membaca, apalagi memahami bacaan.
Dari 2.119 siswa kelas 3 di 171 sekolah dasar, baru sebanyak 58 persen siswa yang dapat membaca dengan pemahaman. Sementara itu, sebanyak 12 persen siswa masuk kategori pembaca pemula dan 30 persen lainnya masuk kategori bukan pembaca atau belum bisa membaca.
”Data ini tidak jauh berbeda dengan data yang didapatkan dari Asmat dan Wamena. Secara umum, wilayah Papua adalah wilayah dengan angka literasi paling rendah se-Indonesia,” kata Education Manager WVI Marthen S Sambo, Jumat (17/5/2024), di Jakarta.
Marthen menjelaskan, kendala utama literasi anak-anak Papua yang rendah, antara lain, karena akses dan keterbatasan guru yang menguasai literasi. Masih ada guru yang belum lancar membaca dan belum mampu mengajarkan literasi secara komprehensif.
Selain itu, fasilitas pendukung juga sangat minim, seperti buku cerita, bahan ajar kontekstual, dan tempat mengajar yang kondusif.
Rata-rata siswa kelas 3 sekolah dasar di Papua baru bisa membaca 31 kata per menit dari idealnya 60-80 kata per menit. Dari lima area program WVI di Papua, anak-anak di Asmat memiliki keterampilan membaca dengan pemahaman terendah, yaitu sekitar 11 persen.
Di Asmat, rata-rata siswa kelas 3 sekolah dasar hanya bisa membaca 5 kata per menit. Adapun di Wamena, kendala berkembangnya literasi siswa lebih pada kegiatan belajar-mengajar di sekolah yang sering ditiadakan karena isu konflik sosial.

Buat kampung literasi
Guna mendukung peningkatan literasi anak-anak Papua, WVI meluncurkan kampanye Run for The East (R4TE) yang berlangsung pada Mei-September 2024.
Kampanye ini bertujuan untuk menghadirkan Kampung Literasi bagi anak-anak di area terjauh dan tertinggal di pulau Papua, yaitu Asmat dan Wamena.
Kegiatan R4TE akan diikuti setidaknya enam perusahaan yang berdonasi dengan cara berlari sejauh minimal 5 kilometer didampingi komunitas pelari serta duta kampanye R4TE.
”Kami mengajak mitra dan masyarakat menjadi pewujud harapan dengan berlari bersama mengampanyekan isu pendidikan, sekaligus berkontribusi dalam penyediaan fasilitas dan akses pendidikan melalui Kampung Literasi, kali ini terkhusus di Wamena dan Asmat,” kata Head of Social Impact & Sustainability WVI Franky Banfatin.
Franky menambahkan, R4TE merupakan bagian dari Childhood Hope yang diluncurkan tahun 2023. Tujuannya, untuk meningkatkan kesejahteraan anak-anak pada jenjang pendidikan dasar di wilayah terjauh dan tertinggal.
Program R4TE difokuskan untuk mendukung dan menjangkau sekitar 1.680 anak dan 4.797 orang dewasa di tempat-tempat terjauh dan tertinggal, dengan fokus daerah yang paling membutuhkan, yaitu Asmat dan Wamena.
Berdasarkan angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dalam tiga tahun terakhir, Papua merupakan wilayah dengan angka IPM terendah di Indonesia. Salah satu faktor rendahnya angka IPM di Papua karena terkait pengetahuan, dan semua indikator dalam IPM (umur sehat, pengetahuan, dan taraf hidup dasar) saling berkaitan.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.