Liputan Khusus
Lipsus - Brigitha Sengsara Pinjam Hp Guru Ikut Ujian Online Berbasis Android
Brigitha menuturkan, lima menit sebelum ujian berlangsung, HP android yang dipinjam dari kakanya itu tiba-tiba mati total.
POS-KUPANG.COM, MAUMERE - Brigitha Sengsara (13) siswa Kelas VI (enam) Sekolah Dasar Inpres Natarita atau SDI Natarita di Desa Darat Gunung, Kecamatan Talibura, Kabupaten Sikka mengalami kendala saat mengikuti ujian asesmen sumatif akhir tahun berbasis android, Rabu (15/5).
Brigitha menuturkan, lima menit sebelum ujian berlangsung, HP android yang dipinjam dari kakanya itu tiba-tiba mati total. Ia pun berusaha untuk menghidupkan kembali namun tetap saja gagal.
"Hp ini saya pinjam dari Kaka, namun rusak saat mau ujian dimulai," ujar Brigita.
Baca juga: Terkendala Sinyal Internet, Siswa SD di Lembata Ujian di Kebun Warga
Kata dia, mengetahui Hp android tersebut tidak bisa dihidupkan, Ia lantas menginformasikan kepada pengawas sehingga Claus Audius Philipus, Guru PJOK di sekolah itu meminjamkan Hp agar Brigitha bisa mengikuti ujian tersebut.
Ia hanya berharap kepada pemerintah agar memperhatikan sarana dan prasarana di sekolah tersebut agar siswa bisa mengikuti ujian asesmen sumatif akhir tahun berbasis android dengan nyaman tanpa harus meminjam Hp seperti yang dialaminya.
Ternyata nasib Brigitha ini juga dialami teman-teman lainnya. Di sekolah tersebut ada 6 siswa Kelas VI SDI Natarita di Desa Darat Gunung, Kecamatan Talibura saat mengikuti ujian asesmen sumatif akhir tahun berbasis android.
Para siswa harus membawa Hp android dari rumah yang dipinjamkan dari keluarga dan tetangga dan para guru, sebab di sekolah tersebut tidak ada computer yang disiapkan sekolah atau pemerintah.
Seperti yang dialami, Laurensius Lewuk Da ipir (50), orangtua dari Laurenstia Claretia Bara Putri Laga(12) yang merupakan salah satu peserta ujian asesmen sumatif akhir tahun berbasis android.
Awalnya pria paruh baya ini sempat kebingungan. Ia pun pusing tujuh keliling untuk memenuhi keinginan anaknya. Ia sehari-hari bekerja sebagai petani di Kampung Natarita. Satu anaknya bersekolah di SDI Natarita. Sekitar sebulan lalu, anaknya meminta membelikan handphone (Hp) android untuk ikut ujian. "Waktu itu saya bingung. Sebab, ekonomi kami pas-pasan," ujarnya.
Ia mengaku belum bisa mengumpulkan uang paling tidak Rp 2 juta untuk membeli satu Hp android yang bisa dipakai anaknya untuk ujian. Kendati masih bingung, namun, kepada anaknya, ia berjanji akan mencari jalan keluar supaya bisa membeli Hp android sehingga bisa ikut ujian.
Dikatakannya, Ia memberi harapan agar anaknya tidak putus asa. Tapi, di sisi lain pria tersebut sempat meminta bantuan keluarga yang ada di kampung dan di perantauan.
Laurensius menuturkan, karena kondisi ekonomi, ia terpaksa harus patungan bersama keluarga agar bisa membeli Hp android untuk anaknya bisa mengikuti ujian tersebut.
"Kan tidak semua mampu untuk beli Hp. Sebagai petani, pendapatan kami sangat tidak cukup untuk membeli Hp android sehingga kami harus patungan," ujarnya.
Kata dia, Hp android yang digunakan anaknya untuk mengikuti ujian tersebut merupakan Hp bekas yang dibeli seharga Rp 800 ribu hasil patungan dari keluarga di kampung dan di perantauan.
"HP yang digunakan ini, kami patungan dengan kaka dan adik yang di sini dan di perantauan untuk membeli Hp ini," jelasnya
Kata dia, progam pemerintah untuk menyelenggarakan ujian berbasis android namun harus memperhatikan kondisi ekonomi masyarakat untuk membeli Hp android ketika sekolah tidak mempunyai komputer.
"Progam pemerintah ini boleh dilanjutkan tapi lihat juga dengan kemampuan orangtua. Semua orangtua memiliki kemampuan ekonominya berbeda-beda. Ada yang mampu beli Hp tetapi ada banyak yang tidak bisa beli Hp," katanya.
Ia hanya berharap kepada pemerintah agar memperhatikan sarana dan prasarana di sekolah tersebut agar siswa bisa mengikuti ujian asesmen sumatif akhir tahun berbasis android dengan nyaman tanpa harus meminjam HP android.
Arisan Beli Laptop
Claus Audius Philipus, Guru PJOK mengaku mengaku kasihan dengan siswi tersebut, karena harus menghadapi ujian asesmen sumatif akhir tahun berbasis android. Sebagai seorang guru mereka sangat prihatin dan ikut bertanggung jawab demi keberhasilan siswanya.
Dikatakan, orangtua siswi ini keduanya bekerja sebagai petani dan tidak memiliki handphone. Untuk mengatasi kesulitan tersebut, ia menawarkan agar siswi tersebut datang ke sekolah menggunakan Hp androidnya agar mengikuti ujian asesmen sumatif akhir tahun berbasis android.
"Kita turut prihatin dengan keadaan begini, tapi mau bagaimana lagi,", ujarnya
Ia menambahkan, tidak ada komputer membuat para siswa harus membawa handphone (Hp) android sendiri dari rumah yang dipinjamkan dari keluarga dan tetangga dan para guru di sekolah itu. Jauh sebelum ujian, pihaknya sudah memberikan pelatihan beberapa kali sehingga saat ujian untuk anak-anak kelas 6 tersebut bisa melaksanakannya tanpa kendala berarti.
"Sebelumnya kami juga sudah menggelar simulasi terkait pengerjaan soal-soal dan cara mengoperasikan Hp android," jelasnya.
Namun demikian, ada juga siswa tidak punya Hp android hingga kesulitan mengoperasikannya saat ujian. Ia hanya berharap kepada pemerintah untuk membantu mengadakan komputer sehingga ke depannya siswa bisa mengetahui cara mengoperasikan komputer dan bisa mengikuti ujian online tanpa harus meminjam Hp android dari orang tua, tetangga dan para guru.
"Harapannya semoga ke depannya ada bantuan dari pemerintah semoga membantu kami laptop, dan cronbook," harapnya. Seraya menambahkan, di SDI Natarita hanya memiliki satu unit laptop untuk digunakan penginputan Data Pokok Pendidikan (Dapodik).
Ia menambahkan, para guru di sekolah itu pun terpaksa harus membuat arisan untuk membeli laptop untuk kebutuhan sekolah. "Kami bentuk arisan, sehingga saat ini kami sudah bisa membeli 5 unit laptop untuk digunakan bapa ibu guru," tutupnya
Diketahui, ujian asesmen sumatif akhir tahun berbasis android ini berlangsung di tingkat sekolah dasar mulai Senin, 6-10 Mei 2024.
PLT Kepala SDI Natarita, Yohanes Ento mengatakan, sekolahnya sudah memasuki tahun kedua mengikuti ujian secara online namun masih terkendala tidak tersedianya fasilitas komputer sehingga siswa harus meminjam Hp android dari orang tua, tetangga dan para guru.
"Kondisi seperti ini sudah tahun kedua kalau ujian online, Kendala kami tidak ada komputer sehingga anak-anak bawa Hp android dari rumah yang dipinjam dari keluarga, tetangga dan bapa ibu guru di sini," katanya.
Jauh sebelum ujian, tambah Yohanes, pihaknya sudah memberikan pelatihan beberapa kali sehingga saat pelaksanaan ujian untuk anak-anak kelas 6 tersebut bisa melaksanakannya tanpa kendala berarti.
"Sebelumnya kami juga sudah menggelar simulasi terkait pengerjaan soal-soal dan cara mengoperasikan Hp android," jelasnya
Namun demikian, ada juga siswa tidak punya HP android hingga kesulitan mengoperasikannya saat ujian. Sedangkan Hp android yang digunakan, sebagian dibawa anak-anak sendiri dari rumahnya. Sebagiannya lagi pinjam Hp para guru.
"Hampir semua anak-anak di kampung ini tidak memiliki Hp android sehingga sangat kesulitan untuk mengoperasikan, "ujarnya
Meski tidak ada komputer, jelasnya, namun pihak sekolah sudah membeli alat penguat sinyal sehingga selama ujian berlangsung dengan aman tanpa terkendala. Sebab, tahun-tahun sebelumnya pihak sekolah harus membawa anak-anak menempuh perjalanan 7 kilometer untuk mengikuti ujian secara online di sekolah tetangga di Ibu Kota Kecamatan Talibura.
Ia berharap kepada pemerintah untuk membantu mengadakan komputer sehingga ke depannya siswa bisa mengetahui cara mengoperasikan komputer dan bisa mengikuti ujian online tanpa harus meminjam Hp android orangtua, tetangga dan para guru.
"Harapannya semoga kedepannya ada bantuan dari pemerintah semoga membantu kami laptop, dan Cronbook,"harapnya. (cr4)
Ikuti Liputan Khusus POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.