Wawancara Eksklusif
Wawancara Eksklusif - Fahri Hamzah: PKS Sebaiknya Tidak Masuk Kabinet Prabowo-Gibran
Pemerintahan Prabowo-Gibran memerlukan check and balance sehingga tidak bisa seluruh partai politik yang berkompetisi bersatu.
Di Malaysia perdana menterinya dipilih oleh parlement yang dipilih oleh rakyat lalu mayoritas yang menang jadi perdana menteri seperti Pak Anwar Ibrahim sekarang, kepala negaranya dipilih dari pergiliran sultan-sultan yang ada, di Singapura itu dipilih dari etnis yang berbeda Sekali Melayu, Sekali India, Sekali China. Nah di negara lain juga demikian jadi ada pembedaan antara kepala negara dan kepala pemerintahan.
Nah di negara kita ini, kepala negara dan kepala pemerintahan itu digabung Jadi Pak Prabowo nanti adalah kepala pemerintahan yang memimpin kabinet tapi juga adalah kepala negara yang memimpin keseluruhan negara ini, dalam tugas dia menjalankan pemerintahan dia dibantu oleh kabinet dan pemimpin lembaga-lembaga negara. Tapi sebagai kepala negara, beliau bisa dibantu oleh sebanyak mungkin orang yang merupakan simbol dari elemen-elemen negarawan Raja-raja daerah, mantan presiden kita, tokoh-tokoh senior seluruh sumber daya ini beliau bisa pakai untuk menyatukan bangsa dan menjalankan misi-misi baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
Ada krisis dimana Indonesia bisa mengirim salah seorang mantan presidennya mewakili presiden yang ada sekarang untuk misi kemanusiaan. Kita bisa mengirim orang seperti Ibu Mega ke negara-negara seperti Korea, China Atau Pak Jokowi ke negara Eropa, negara Amerika, atau Pak SBY ke Timur Tengah mungkin. Dan lain-lainnya itu bisa kita lakukan, itu halal yang bisa kita lakukan.
Bang Fahri, kalau melihat konfigurasi politik ke depan pasca Pilpres ini mengapa Partai Gelora sepertinya keberatan kalau orang-orang atau partai yang dulunya berada di luar koalisi Indonesia Maju ini Ikut bergabung di dalam koalisi pemerintahan. Padahal Pak Prabowo menginginkan semua kekuatan masuk bagaimana itu menjelaskannya?
Jadi perlu kita pisahkan antara sikap batin dari Pak Prabowo sebagai tokoh pemersatu bahwa beliau ingin semua pihak tidak terdiskriminasi dalam kepemimpinan beliau dan semua orang positif kepada pemerintahan beliau, kemudian semua orang adalah sahabat, menjadi sahabat dalam pengelolaan negara itu satu soal.
Tapi di sisi lain juga kita tadi itu perlu membangun tradisi kepemiluan yang benar dalam sistem presidensialisme kita ini. Bahwa di dalam Pilpres, itu harusnya antara kandidat yang satu dengan kandidat yang lain Itu harus ada posisi sebab ini kita bukan arisan, kalau arisan itu bergiliran, gak ada ongkosnya malah dapat duit itu.
Tapi ini adalah kompetisi, pertarungan bahkan pertarungannya itu setara dengan perang di jaman dahulu yang berdarah-darah. Kenapa kita bertarung? Karena kita ada perbedaan Dan perbedaan itu absah dan ini yang kita organisir dalam Pilpres ya terutama ya maka Pilpres itu harus mengandung beberapa layer perbedaan dan mudah-mudahan itu harus dihargai Karena memang rakyat kita itu berbeda, rakyat kita itu gak bisa disamakan gitu kita gak bisa misalnya kembali ke sistem kerajaan.
Tidak diterima oleh konstitusi kita atau sistem satu partai gak usah ada perbedaan lah kita satu partai gitu ya Nanti kita bikin partai dipimpin oleh Pak Prabowo yang subtitusi aja lah, gak bisa Ini sistem partainya banyak kandidatnya juga sebenarnya harus banyak. Kalau saya membaca konstitusi, kandidatnya harus banyak threshold tidak ada karena itulah ada akomodasi terhadap perbedaan muncul lah, katakanlah kemarin karena memakai threshold 20 persen munucl lah perbedaan Satu, dua, tiga Mas Anies dan Pak Mohamad, Pak Pramowo dan Mas Gibran, Mas Ganja dan Pak Mahfud Tiga ini harusnya kan ada bedanya paling tidak pada tiga level perbedaan satu, perbedaan ideologi dasar berpikir.
Harusnya ada antitesis yang keluar bahwa kita ini berbeda dalam hal misalnya pilihan ideologi ekonomi Katakanlah misalnya kalau Mas Anies mengatakan saya akan mengembangkan ekonomi neoliberal soal saya percaya kepada kapitalisme Saya menentang teori-teori ekonomi kerakyatan yang sosialistik karena itu pada akhirnya akan digunakan oleh negara untuk melakukan korupsi Itu bisa itu.
Jadi bagian dari perdebatan dan harusnya begitu kita bertengkar baru yang kedua perbedaannya adalah perbedaan cara kerja perbedaan janji kepada rakyat saya kalau menjadi presiden Indonesia dan sudah ada itu kan saya akan menolak perpindahan ibu kota saya akan hentikan itu seluruh infrastruktur. Saya akan hentikan itu hilirisasi, saya akan jual saja mineral ini yang penting harganya baik dan ini uangnya lebih cepat daripada hilirisasi. Itu perbedaan enak kan? Ini kan ada cara berpikir yang berbeda.
Barulah yang ketiga itu ada perbedaan orang Antara Mas Anies Pak Prabowo dengan Pak Ganjar Itu memang beda dan orang-orang punya preferensi. Ada yang senang kepada pribadi seperti Mas Anies, ada yang senang kepada Pak Prabowo. Ada yang senang kepada Pak Ganjar.
Dan tiga ini harusnya dihargai sebagai perbedaan sehingga kalau ada perbedaan itu artinya apa? Rakyat maunya kamu yang sudah dipilih dan tetapi kalah tetaplah menjadi simbol dari keinginan rakyat yang berbeda itu. Sebab di dalam penjalankan pemerintahan juga harus ada yang berbeda karena kalau nggak ada yang berbeda semua gabung ya itu saya bilang bikin aja Partai Tunggal, Pak Prabowo Ketua Umumnya semua gabung saja.
Ternyata nggak ada bedanya begitu aja dong kita jadi partai komunis kayak di China dengan sistem satu partai. Nah yang gini-gini ini harus kita hargai sebab dalam jaga banyak kalau akomodasi terhadap perbedaan rakyat yang ada di pikiran rakyat tidak kita lakukan suaru hari itu bisa jadi ledakan Karena yang namanya aspirasi. Nggak bisa diseratakan Kita di keluarga aja punya anak beda-beda Coba kalau kita sama ratakan anak-anak kita bisa marah dia Dia punya karakter, dia punya cara yang berbeda.
Jadi di luar KIM bagusnya ada partai politik yang berada di luar pemerintahan?
Bagi yang betul-betul memahami ini seharusnya mereka membangun tradisi berpikir yang dikehendaki oleh rakyat bahwa Pemerintahan yang terpilih ini harus ada antitesisnya karena itulah kemudian harus dikembangkan dapur-dapur berpikir yang menjadi alternatif dari gagasan yang diajukan oleh pemerintahan terpilih itu yang kita kehendaki dari partai-partai yang sebenarnya tidak menjadi bagian dari pendukung Pak Prabowo
Fahri Hamzah
kabinet Prabowo-Gibran
wawancara eksklusif
Partai Gelora
Direktur Pemberitaan Tribun Network
Febby Mahendra Putra
Wawancara Ekslusif - Picauly Sebut Ekologi Pangan Berpengaruh Pada Peningkatan Kualitas SDM NTT |
![]() |
---|
Wawancara Ekslusif - NTT Punya Potensi Ketahanan Pangan Tapi Belum Dimaksimalkan |
![]() |
---|
Wawancara Eksklusif - 4S Kebijakan Strategis Kelola Sumber Daya Pesisir Inklusif dan Berkelanjutan |
![]() |
---|
Wawancara Ekslusif - Sampai Triwulan II 2025 Penjaminan Total Jamkrida NTT Capai Rp 3.6 Triliun |
![]() |
---|
Wawancara Ekslusif - Pemilik Lahan di SDN Tenau Kupang Buka Suara |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.