Tokoh NTT
Profil Tokoh NTT Hermensen Ballo, Petinju yang Dua Kali Tampil di Ajang Olimpiade
Siapa menyangka sosok yang menghabiskan masa kecilnya di Desa Mantasi-kini Kecamatan Kota Raja dua kali tampil di ajang Olimpiade.
POS-KUPANG.COM- Nama Hermensen Ballo, pria kelahiran Kota Kupang, Provinsi NTT 26 Februari 1971 untuk urusan 'baku pukul' bukan orang baru, baik di tanah kelahirannya maupun di ajang Nasional maupun internasional.
Siapa menyangka sosok yang menghabiskan masa kecilnya di Desa Mantasi-kini Kecamatan Kota Raja dua kali tampil di ajang Olimpiade.
Pertama Olimpiade XXVI/1996 Atlanta dan Olimpiade Sydney XXVII/2000 Sydney. Pada ajang ini Hermensen Ballo bertanding di kelas terbang.
Mengutip hasil wawancara sang legenda dengan Finon Manulang di Olympian Indonesia, Hermensen Ballo melitanikan catatan perjalanan dari masa Sekolah Dasar (SD) sampai pada menikmati pertarungan kelas internasional.
Hermensen bercerita bahwa tanah kelahirannya sangat dikenal dengan urusan 'baku pukul' dan dia termasuk salah seorang tukang berkelahi ketika masih duduk di bangku SD.
Baca juga: Profil Tokoh NTT Irjen Pol. Daniel Tahi Monang Silitonga, Kapolda NTT
Bahkan karena suka berkelahi, Hermensen Ballo harus pindah SD sampai tujuh sekolah dan harus pindah sampai akhirnya di SoE Ibu kota Kabupaten Timor Tengah Selatan dia bisa sekolah dengan baik dan lulus.
"Kupang itu panas. Orang yang tidak suka berkelahi ada juga. Tapi kita ini paling suka berkelahi. Di kampung kita tidak berkelahi sehari saja bukan laki-laki namanya," kenang Hermensen.
Menurut Hermensen, kakak dan seniornya adalah petinju alamiah. Petinju besar Kupang rata-rata dari Kecamatan Kota Raja.
"Pelatih yang pernah membimbing saya itu mulai dari kakak, Yonas Ballo. Kemudian Max Oil, Ken Balawa, John Malessy untuk pelatnas SEA Games Singapura. Butje Lilipori untuk menghadapi PON 1993 Jakarta. Pertina NTT kontrak Pak Butje biar datang ke Kupang. Di pertandingan PON 1993 saya merebut medali emas, dalam final mengalahkan Amos Aninam dari Irian Jaya," sebut Hermensen.
Dia melanjutkan, Wiem Gommies juga melatihnya kemudian Zulkaryono Arifin, Hidayat Abin, Ronny Sigarlaki, Frans VB untuk Pra Olympic. Ada juga Daniel Bahari dan Sutan Rambing terbilang dua pelatih yang banyak membimbingnya termasuk pelatih lain dari Kuba.
"Ada pelatih Roy Muskanan, Ali Nurawi, David Hari, Yacob Akodetan, Abdul Nuhun, Yance Uwest dan Musa Bako. Itu nama-nama pelatih yang pernah menangani saya, seingat saya," jelasnya.
Tentang lawan pertama, Dia mengatakan, petinju asal SoE di pertandingan antarsasana Kabupaten TTS. Menang dan juara pada tahun 1995 ketika usianya baru memasuki 14 tahun.
"Dulu umur 14 tahun saya disuruh main dan ketemu senior pengalaman, Marten Mabilaka, almahrum. KO ronde pertama, karena lowblow dan saya jatuh. Terus dihitung. Saya bangun tapi kakak Yonas sudah buang handuk, tanda menyerah. Saya marah. Saya jatuh karena pukulan terlarang, bukan karena pukulan sah. Itu sangat tidak fair. Sakit rasanya. Akhirnya kami ketemu ladi di Porda dan saya balas. Saya menang dan saya senang sekali," lanjut Hermensen.
Siapa petinju Indonesia yang pernah menjadi lawan terberat? Hermensen menyebut Denny da Costa dari Jawa Barat. Dia menang terus, waktu itu dan tidak ada petinju NTT yang bisa menang melawan Da Costa. Hermensen menang dan merasa puas bisa mengalahkan lawan yang sebelumnya tidak terkalahkan.
Ketika menjadi juara, bonus apa saja yang pernah diterima, Hermensen mengatakan, dari Pemerintah Daerah Nusa Tenggara Timur berupa rumah dan pekerjaan. Dua kali dia mendapat rumah. Ketika juara PON 1993, dia mendapat rumah T-36 dan uang sepuluh juta. Juara PON lagi pada 1996, dapat rumah, uang sepuluh juta, dan pekerjaan sebagai PNS.
Baca juga: Profil Tokoh NTT Sinyo Aliandoe, Pelatih yang Nyaris Loloskan Indonesia ke Piala Dunia 1986
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.