Tokoh NTT

Profil Tokoh NTT Hermensen Ballo, Petinju yang Dua Kali Tampil di Ajang Olimpiade

Siapa menyangka sosok yang menghabiskan masa kecilnya di Desa Mantasi-kini Kecamatan Kota Raja dua kali tampil di ajang Olimpiade.

Editor: Edi Hayong
Foto: Dok / FB
Hermensen Ballo (tengah) ketika menjadi Pelatih Pelatnas Pra Olympic 2021 

Bagaimana untuk menjadi wakil Indonesia di olimpiade, Hermensen mengatakan, minimal finalis per kelas mental juga harus bagus. Dirinya melalui berbagai proses dari awal sampai yang paling berat, yaitu pertandingan kualifikasi dan lolos.

"Saya mewakili negara di olimpiade bukan dengan cara instan. Kami semua olympian tinju berjuang sampai darah terasa mendidih. Jalan menuju olimpiade tidak didapat dari langit. Saya beruntung bisa sampai dua kali bertanding di olimpiade. Pertama, Atlanta (Olimpiade XXVI/Atlanta 1996). Saya di sana (kelas 51 kilogram) bersama La Paene Masara (DKI Jakarta, kelas 48 kilogram), Nemo Bahari (Bali, kelas 57 kilogram), dan Hendrik Simangunsong (Sumatera Utara, kelas 71 kilogram). Kedua, Sydney (Olimpiade XXVII/2000 Sydney, Australia). Saya tetap di kelas terbang (51 kilogram), dan La Paene (kelas terbang ringan 48 kilogram)," bebernya.

Ketika tampil di olimpiade, dirinya merasa luar biasa. Setiap olympian dari cabor mana saja, kalau ditanya kesan tentang olimpiade pasti jawabnya tidak beda-beda amat. Olimpiade sangat super.

Dikatakannya, setelah tiba di Indonesia dari olimpiade karena minim jam terbang sehingga tidak bisa membawa pulang medali, dia berpikir untuk pensiun dari tinju. Tinju dianggapnya sudah selesai. Tapi pada tahun 2001, dia dipanggil lagi masuk Pelatnas.

"Karena sudah terlanjur kecewa, saya kabur dari kabur pelatnas. Saya tidak mau ditangani oleh orang yang sama di Olimpiade Sydney. Saya lari dari Pelatnas. Naik kapal laut dari Tanjung Priok pulang Kupang. Tiga hari di laut termasuk singgah di Tanjung Perak dan Gilimanuk," katanya.

 Untuk bisa menjadi petinju olimpiade, apa saja yang harus dilakukan, kata Hermensen, dia harus memenangkan pertandingan supaya mendapat nilai baik dari tim pelatih. Kalau bisa umur 20 sudah juara. Kalau sudah juara, panggil masuk pelatnas, jangan belum juara sudah masuk pelatnas, itu tidak mendidik.

Setiap atlert harus bisa mematuhi semua aturan, memberi contoh yang bagus serta menyemangati teman sendiri.

Ketika memilih pensiun dari tinju, apa yang dipikirkan, Her mengatakan keluarga, Bagaimanapun keluarga itu penting, itu harus dipikirkan. Sejak pensiun dirinya fokus menjadi PNS ikut menangani petinju pelatda NTT dan petinju pelatnas. Tidaksekali saja Ia menerima SK (Surat Keputusan) sebagai pelatih pelatda dan pelatih pelatnas.(*)

Profil Hermensen Ballo :

Nama: Hermensen Ballo, SH.
Lahir: Kota Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur, 26 Februari 1971.
Pekerjaan: PNS, KABID Pembudayaan Olahraga, Dinas Kepemudaan dan Olahraga (Dispora) Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Nama istri: Jane Magdalena, SE, kelahiran Surabaya, 15 Juni 1974.

Nama anak:

1. Jarden Gil Holy Sydney Ballo, kelahiran Kupang, 21 Maret 2002, sekarang kuliah Fakultas Kesehatan Masyarakat, jurusan Psycholog.
2. Suzanthyka Mayoliesta Chelsea Ballo, kelahiran Kupang, 20 Mei 2006, SMA kelas 1, Sekolah Kristen Generasi Unggul.
3. Prince Trystan Dama Ballo, kelahiran 15 Juni 2007, kelas 3, SMP Kristen Generasi Unggul.(*)

Sumber : rondeaktual.com

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved