Parodi Situasi
Parodi: Prabowo–Gibran
“Akhirnya…” Rara menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. “Akhirnya sesuai dugaan banyak orang MK akan menolak segala bentuk tuntutan.”
“Hei, hati-hati,” Benza bernada tinggi. “Pelan-pelan awas ada yang dengar. Waduh tuduhan kamu itu tanpa bukti. Tuduhan kamu itu tanpa data. Tuduhan kamu itu seenak dengkul. Sungguh menyakitkan hati orang yang kamu tuduh. Waduh, jangan begitu kawan.”
“Buktinya…” Jaki dan Rara langsung sambung dan terdiam kembali.
“Bukti apa?” tanya Nona Mia.
“Hati-hati… apa kamu tidak dengar bagaimana kesaksian para menteri dalam sidang-sidang itu? Bicara data sebagaimana biasanya pada tahun-tahun sebelumnya. Bagaimana menurut kamu berdua. Jangan sampai asal ngomong. Bangun narasi yang berbunga-bunga, manis, bersinar, tetapi kosong. Penuh impian dan harapan yang menggantang asap dan mengukir langit. Hati-hati…”
“Jadi kamu mau ancam kami berdua?” tanya Jaki sambil mengangkat wajahnya.
“Mau bangun permusuhan sama kami berdua?” tanya Rara sambil mencibir.
“Kalau ya, kamu dua orang mau apa?” tantang Nona Mia.
***
“Dalam politik kawan bisa jadi lawan, lawan bisa jadi kawan. Jadi sebagai pengamat dan masyarakat biasa ya santai saja, kawan. Jangan bicara hanya untuk melempar bara api, memprovokasi secara verbal. Selanjutnya lempar batu sembunyi tangan,” kata Benza.
“Oh, begitu kah?” Jaki dan Rara tersentak.
“Santai sajalah. Tenang sajalah. Bangun kehidupanmu dengan penuh semangat. Ingatlah! Apa pun yang terjadi, kita tetap sedang berjuang sendiri memenuhi kebutuhan hidup masing- masing. Semoga Prabowo – Gibran nanti bisa bertanggung jawab membawa negeri ini kepada kesejahteraan dan keadilan bagi semua…” sambung Nona Mia.
***
“Selamat datang Prabowo – Gibran!”
“Pegang janji NKRI harga mati!”
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.