Opini

Opini: Melawan Politik Devide et Impera

Dua kenyataan ini yakni kebodohan dan banyaknya kerajaan dalam wilayah Nusantara dilihat oleh Belanda sebagai peluang untuk menguasai Indonesia.

Editor: Agustinus Sape
FOTO PRIBADI
Arnoldus Nggorong 

Padahal konstitusi kita dengan amat jelas dan terang benderang mengatakan, penjajahan di atas dunia, dalam bentuk apa pun, harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikamanusiaan dan perikeadilan. Penjajahan merupakan negasi terhadap pemuliaan martabat manusia.

Pendidikan

Bentuk perlawanan yang paling elegan dan bermartabat adalah meningkatkan kapasitas diri. Peningkatan kapasitas diri dilakukan dengan belajar. Hal yang kelihatannya sederhana. Memang amat sederhana.

Saya teringat lagi akan cerita lanjutan dari sang guru di atas. Pada zaman kemerdekaan ini, katanya, kita tidak perlu lagi mengangkat senjata seperti dilakukan oleh para pejuang sebelum kemerdekaan dahulu.

Kita telah menghirup udara kebebasan untuk mengenyam pendidikan, yang pada zaman penjajahan dahulu susah didapatkan dengan seleluasa sekarang, demikian dia memotivasi. Tuntutlah ilmu sejauh itu dapat dijangkau. Jadikan ilmu sebagai sarana membebaskan diri dari kebodohan, kemiskinan, dan keterceraiberaian. Belajarlah pada ‘ilmu padi’. Semakin berisi semakin merunduk, nasihatnya.

Persis model inilah yang dilakukan oleh para pejuang kemerdekaan dahulu. Para tokoh pejuang kemerdekaan adalah mereka yang memanfaatkan pendidikan bukan untuk kepentingan dirinya sendiri. Mereka meninggalkan ‘ego’-nya. Mereka tidak mengejar kehormatan, harta-kekayaan. Padahal mereka mendapat tawaran dari Pemerintah Kolonial Belanda untuk bekerja di instansi-instansi Pemerintah.

Yang mereka upayakan adalah kebebasan sebagai nilai tertinggi yang tidak dapat ditakar secara material. Perjuangan untuk memperoleh kebebasan adalah tujuan satu-satunya. Sebab dalam alam kebebasan mereka menemukan jati diri sebagai manusia yang sesungguhnya, sejati, autentik.

Maka dari itu, mereka belajar hingga ke negeri ‘Penjajah’. Mereka mengasah kemampuan diri dengan terus-menerus belajar, sekali lagi, BELAJAR. Pembelajaran itu pun menghasilkan kesadaran kritis dalam diri bahwa kemerdekaan adalah hak segala bangsa, yang ditulis dalam preambule UUD 1945.

Penutup

Pendidikan adalah jalan satu-satunya untuk membebaskan diri dari penjajahan dalam bentuk apa pun, termasuk dari praktik politik devide et impera dari sebagian kawanan elite tertentu. Pendidikan pula yang telah membangun kesadaran para pejuang kemerdekaan untuk membebaskan diri dari penjajahan.

Maka dari itu, senjata paling ampuh untuk membebaskan diri dari kondisi itu adalah meningkatkan kemampuan diri dengan belajar. Cukup sederhana. Bukankah karena kebodohan, kemiskinan, dan keterbelahan (disintegrasi) kita mudah dikelabui, suara kita mudah dibayar, kita mudah dimobilisasi, diagitasi, dan diadudomba untuk membenci kelompok di luar kita, hanya untuk membela kepentingan elite tertentu?

Bila kita tidak cepat sadar akan kondisi ini, maka kita akan mudah dipermainkan oleh sekelompok elite tertentu untuk kepentingannya. Kita pun akan gampang terprovokasi untuk membela mereka mati-matian, bahkan mengorbankan nyawa, untuk kepentingan mereka. Lalu mereka menghibur rakyat dengan kata-kata manis seperti “Kemenangan Rakyat, bukan kemenangan kami (elite, partai)”.

Dengan demikian TINGKATKANLAH KECERDASANMU, jangan membiarkan orang lain menunggangi kebodohanmu.

Arnoldus Nggorong adalah alumnus STFK Ledalero, tinggal di Labuan Bajo, Manggarai Barat

Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved