Berita Lembata
Jimi Sunur Maju di Pilkada Lembata, Biaya Sekolah Spesialis Dibahas di DPRD, Sekda Angkat Bicara
Anggota DPRD Lembata Paulus Toon Tukan adalah orang pertama yang mempersoalkan pencalonan dokter Jimi Sunur sebagai bakal calon bupati Lembata
Penulis: Ricardus Wawo | Editor: Eflin Rote
Menurutnya, tidak mudah untuk mendapatkan gelar dokter. Ada syarat yang ketat untuk masuk Jurusan Kedokteran. Selain itu, membutuhkan biaya yang cukup mahal dan semuanya ditanggung orang tuanya.
“Saya sekolah kedokteran tahun 2001, waktu itu Lembata baru otonomi jalan 1 tahun. Dari awal saya sekolah dokter dibiayai oleh orang tua saya sendiri,” Jimi Sunur menjelaskan kepada wartawan, Jumat, 19 April 2024 di Lewoleba.
ketika dirinya menjadi mahasiswa kedokteran semester 5, ada wacana dari pemerintah daerah pada masa kepemimpinan Bupati Andreas Duli Manuk untuk membiayai kuliahnya. Namun, ditolak oleh kedua orang tuanya.
Ketika selesai kuliah pada tahun 2008, Jimmy langsung mengabdi selama dua tahun di Lembata sebagai bentuk kecintaannya kepada Lewotanah.
Di tahun 2010, lanjutnya, ada pembukaan formasi CPNS. Ketika tes, Jimmy pun lulus.
Selanjutnya, ada pembukaan spesialis di tahun 2011. Jimmy kemudian mendaftar. Meskipun prosesnya sangat sulit, hanya dengan sekali mendaftar, ia langsung diterima.
Menurut Jimmy, saat itu pemerintah daerah hanya bisa membiayai PNS sedangkan dirinya masih berstatus CPNS.
“Tetapi saya katakan bahwa ini peluang yang sangat luar biasa. Kalau disuruh memilih CPNS harus PNS dulu baru sekolah saya pasti pilih sekolah, mengapa? Kalau orang PNS setelah sekolah bisa jadi, tetapi PNS belum tentu jadi spesialis kebidanan kandungan,” tegasnya lagi.
Jimmy kemudian menjadi PNS namun dengan gaji itu tentu tak cukup membiayai seluruh proses kuliah spesialis yang menghabiskan biaya hingga miliaran rupiah.
Baca juga: Penjabat Bupati Lembata Apresiasi Gerakan Sinergi Reforma Agraria di Lembata
Menurut Jimmy, saat itu Pemda menggunakan skema sharing cost agar dapat dapat menarik Jimny kembali ke Lembata. Tak hanya Jimmy, istrinya yang merupakan dokter spesialis pun diboyong ke Lembata.
“Jadi sebenarnya yang diuntungkan itu bukan kami tapi Pemkab Lembata. Karena sampai sekarang Pemda Lembata belum mampu datangkan dokter spesialis. Gaji dokter spesialis itu sangat tinggi,” jelas Jimmy.
Kabupaten Lembata sejak berdiri dari tahun 2000-2024 hanya memiliki 4 dokter spesialis.
“Kami hanya berempat saya istri dan ada 2 spesialis, 2 orang PNS dibiayai oleh pemda atau bukan, itu bukan urusan saya. Istri saya dibiayai diri sendiri, artinya bahwa profesi ini adalah profesi yang sangat langka. Pemda melihat peluang itu bahwa ada dokter spesialis yang bisa kita tarik,” kata Jimmy.
“Saya sudah katakan kepada orang tua saya yang almarhum, dibiayai atau tidak dibiayai saya tetap kembali ke Lewotanah. Utang saya bukan untuk Pemda tetapi utang saya untuk Lewotanah. Jadi saya tidak punya utang khusus dengan pemda,” tambahnya.
Jimmy menegaskan, saat ini ia hanya ingin mengabdikan dirinya untuk Lewotanah dengan menjadi seorang bupati. Ia meyakini, dapat mendatangkan dokter lainnya walaupun APBD belum bisa membiayai. (*)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS
Karang Taruna Gandeng Pemdes Laranwutun - Lembata Gelar Festival Budaya |
![]() |
---|
Konsolnas Refleksi Peran Perempuan Pengawas Pemilu, Wujudkan Dengan Inklusif dan Demokratis |
![]() |
---|
KPU Lembata Raih Penghargaan Terbaik Nasional Pengelolaan Pendaftaran dan Pencalonan Pilkada 2024 |
![]() |
---|
Sjamsul Hadi Dinilai Mampu Menggerakkan Program Kesadaran Berbudaya Lokal di NTT |
![]() |
---|
Petani Salak di Desa Meluwiting, Kembali Tanam 2000 Anakan Salak |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.