Ramadhan 2024

Kultum Edisi Senin 1 April 2024, Malam Kemuliaan Bonus Khusus untuk Ummat Muhammad

Jawabannya, karena keutaan itu berkaitan dengan keutamaan al-Qurán al-Kariem yang diturunkan pada malam itu.

Editor: Rosalina Woso
POS-KUPANG.COM/HO
Ustadz Hidayat Mustafid, Lc. M.A 

Oleh Ust. Hidayat Mustafid, Lc. M.A.

POS-KUPANG.COM - Masyarakat dunia yang hidup setelah kenabian Muhammad shallallahu álaihi wasallam semuanya adalah ummatnya karena beliau diutus untuk seluruh ummat manusia yang ada di permukaan bumi ini, baik yang beriman ataupun yang tidak beriman.

Yang beriman disebut ummatul-istijabah, sedang yang belum beriman disebut ummatud-da’wah artinya orang-orang yang perlu didakwahi.

Berbicara tentang kebaikan dan nilai pahala yang ditawarkan kepada ummat Muhammad shallallahu álaihi wasallam pasti dikhususkan untuk orang-orang beriman saja dari mereka; tidak kepada orang yang belum beriman karena syarat nilai pahala dicatat oleh malaikat pencatat adanya aqidah tauhid yang benar pada pelaku kebaikan tersebut dan ia mengakui bahwa Muhammad adalah utusan Allah atau yang disebut mu’min mislim.

Dalam hal nilai pahala yang diberikan kepada ummat Muslim lebih unggul ketimbang pahala yang diberikan kepada umat-umat terdahulu, Rasulullah shallallahu álaihi wasallam bersabda:

Baca juga: Kultum Edisi Minggu 24 Maret 2024, Antara Ramadhan dan Bakti Pada Orang Tua

“Perumpamaan kamu sekalian terhadap dua kaum Ahlul-Kitab (Yahudi dan Nasrani) seperti seseorang yang mempekerjakan para pekerja. Ia menawarkan, ‘Siapakah yang mau bekerja bagiku dari pagi hingga zuhur dengan upah satu qirath?’ diambillah tugas ini oleh kaum Yahudi. Ia berkata lagi, ‘Siapakah yang mau bekerja untukku dari zhuhur sampai asar dengan upah satu qirath’ dilaksanakanlah tugas ini oleh kaum Nasrani. Kemudan ia berkata lagi, ‘Siapakah yang akan bekerja dari Asar sampai Maghrib dengan upah dua qirath?’ Maka, kalaianlah yang mengambil tugas itu. Kaum Yahudi dan Nasrani perotes, ‘Kermana ini? Kami lebih lama dan banyak kerja, tapi lebih sedikit upah kami?’ Orang tersebut berkata, ‘Apakah aku mengurangi hak kalian?’ Mereka menjawab, ‘Tidak sih.’ Maka ia berkata lagi, “Itulah karuniaku yang aku berikan kepada siapa saja yang kukehendaki.”

Ketika Rasulullah shallallahu álaihi wasallam ditanya apa yang dimaksud dengan qorath, beliau menjwab, ‘seperti gunung Uhud.’ Itu menunjukkan besarnya pahala. Di tulisan yang lalu sudah dibahas tentang malam kemuliaan, yaitu arti dari lailatul-qodr yang keutamaan nilai pebuatan baik di malam itu melebihi nilai kebaikan seribu bulan dan itu setara 83 tahun 4 bulan.

Mengapa malam itu dikhususkan untuk ummat nabi Muhammad? Jawabannya, karena keutaan itu berkaitan dengan keutamaan al-Qurán al-Kariem yang diturunkan pada malam itu.

Al-Qurán adalah kalam Allah Yang Maha Agung. Maka, segala sesuatu yang berhubungan langsung dengan al-Qurán akan mendapatkan kemuliaan dan keistimewaan. Nabi Muhammad shallallahu álaihi wasallam sebagai nabi yang menerima wahyu al-Qurán maka beliau menjadi nabi dan rasul paling mulia. Ramadhan menjadi waktu turunnya al-Qurán maka ia menjadi bulan yang istimewa dan penuh berkah.

Kita sebagai ummat nabi Muhammad shallallahu álaihi wasallam menjadi ummat terbaik karena menjadi objek dari hukum-hukum al-Qurán. Dan kertas yang menjadi tempat ditulisnya bacaan al-Qurán menjadi mulia dan wajib kita hormati, lebih-lebih ketika sudah menjadi buku yang dinamai mushhaf maka kita wajib memuliaannya.

Semua itu karena fadhlun atau karunia yang Allah berikan kepada siapa saja yang Dia kehendaki. Jadi, ummat Muhammad shallallahu álaihi wasallam ini ummat yang diberi kemuliaan dan keistimewaan oleh Allah dari sisi kemudahan mendapatkan nilai pahala yang besar dari suatu perbuatan yang ringan, terutama nilai yang disiapkan pada malam kemuliaan atau laitatul-qodr.

Meskipun usia ummat ini pendek, tapi nilai pahala yang diraih melebihi pahala orang-orang umat nabi-nabi terdahulu. Akan tetapi, hal ini akan menjadi sial dan penyesalan yang tidak terhingga bagi ummat yang hidup setelah kenaabian Muhammad shallallahu álaihi wasallam jika tidak mengambil momentum ini, yaitu dengan menolak al-Qurán dan ajarannya karena usia ummat ini umumnya hanya antara 60 sampai 70 tahun sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu álaihi wasallam.

Kalau usia yang pendek ini dengan nilai kebaikan yang dilipatgandakan kemudian dilewatkan dan hanya ingin puas hidup di dunia karena aturan al-Qurán dianggap menghalangi kesenangan sementara kehidupan di akhirat nanti akan selama-lamanya maka hal itu merupakan kedunguan karna kesenangan yang sesaat tidak bisa dibandingkan dengan kesenangan dan kebahagiaan tanpa batas dalam kurun waktu yang tidak terbatas pula.(*)

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM Lainnya di GOOGLE NEWS

 

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved