Ramadhan 2024

Kultum Edisi Minggu 24 Maret 2024, Antara Ramadhan dan Bakti Pada Orang Tua

Bulan Ramadhan menawarkan nilai usia berpuluh kali lipat dari usia asli. Sementara kedua orang memiliki hak yang wajib ditunaikan oleh sang anak

|
Editor: Eflin Rote
POS-KUPANG.COM/HO
Ustadz Hidayat Mustafid, Lc. M.A 

Oleh: Ustadz Hidayat Mustafid, Lc. M.A.

Apa yang terbayang ketika bulan Ramadhan tiba dan apa yang dirasakan ketika kedua orang tua datang setelah lama tidak berjumpa? Ada kesamaan perasaan senang dan gembira yang menghiasi hati setiap orang yang mengetahui nilai dan merindukan keberuntungan.

Bulan Ramadhan menawarkan nilai usia berpuluh kali lipat dari usia asli. Sementara kedua orang memiliki hak yang wajib ditunaikan oleh sang anak. Baik Ramadhan maupun kedua orang tua menjadi landasan keberhasilan dan keberuntungan dunia akhirat. 

Suatu ketika Rasulullah shallallahu álaihi wasllam menaiki mimbar untuk menyampaikan khutbah. Beliau menapaki tiga anak tangga. Pada setiap kali menapaki anak tangga mimbar beliau mengucapkan aamien. Karena tidak mengetahui sebab dan alasan para shahabat tentu merasa heran, mengapa beliau mengucapkan aamien ketika menaiki mimbar. Selepas khutbah langsung mereka bertanya dan mohon kepada Rasulullah shallallahu álaihi wasllam untuk menjelaskan, mengapa beliau mengucapkan amien ketika menaiki mimbar.

Rasulullah shallallahu álaihi wasllam dengan senang hati menjelaskan hal tersebut seraya bersabda: “Jibril álaihis-salam datang menjumpaiku dan berkata, ‘Wahai Muhammad, barangsiapa mendapati kedua orang tua atau salah satunya kemudian ia masuk neraka maka semoga Allah jauhkan orang seperti itu!! katakanlah, aamien!’ Maka aku pun mengucapkan aamien.

Jibril berkata lagi, ‘Wahai Muhammad, barangsiapa yang mengalami masuk di bulan Ramadhan lalu ia mati dan tidak diampuni dosa-dosanya dan masuk ke neraka maka semoga Allah jauhkan orang seperti itu! Katakanlah, ‘Aamien!’ Aku pun mengucapkan, aamien. Kemudian Jibril berkata lagi, ‘Dan barangsiapa yang namamu disebut di sisinya lalu ia tidak berselawat kepadamu lalu ia mati masuk neraka maka semoga Allah jauhkan orang seperti itu!! Katakanlah, aamien.’ Aku pun mengucapkan, aamien.”

Demikian kisah yang dituturkan oleh imam at-Thobaroni dengan sanad samapai kepada sahabat Nabi shallallahu álaihi wasllam yang bernama Jabir bin Abdillah.

Ada tiga hal di dalam hadits tersebut yang harus dicermati dan disadari oleh setiap Muslim, tapi kita sedang membahas dua hal, yaitu Ramadhan dan kedua orang tua. Jadi secara singkatnya, Ramadhan dan kedua orang kita itu dapat mengantarkan kita ke surga atau ke neraka; tergantung menyikapinya.

Kalau hari-hari di bulan Ramadhan itu diisi dengan amal kebaikan, siang harinya berpuasa dengan baik dan malam harinya giat melaksanakan qiam (shalat) Ramadhan maka barang tentu pengampunan dosa dan pembebasan dari api neraka yang dijanjikan oleh Allah pasti diraih.

Itulah makna dari sabda Rasulullah shallallahu álaihi wasllam, “Man shooma Ramadhana imanan wahtisaban ghufiro lahu maa taqoddama min dzanbih.” Di hadits lain, “Man qooma Ramadhana imanan wahtisaban ghufiro lahu maa taqoddama min dzanbih.” yang artinya, “Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan atau melaksanakan qiam Ramadhan dengan landasan iman dan berhap pahala di sisi Allah maka dosa-dosanya yang telah lalu diampuni.” (Muttafaq álaih)

Demikian pula nilai berbakti kepada kedua orang tua menjadi sarana diampuninya dosa dan dapat mengantarkan ke dalam surganya Allah subhanahu wataálaa.

Berbakti kepada kedua orang tua yang dibahasakan dalam al-Qurán dengan ihsan senantiasa diiringkan kengan perintah menyembah kepada Allah. Ketika ada ungkapan dalam al-Qurán,

“Wa’budullaaha walaa tusyrikuu bahi syaian..” yang artinya, “Dan sembahlah Allah semata dan jangan menyekutukannya dengan sesuatu pun!” selalu diikuti dengan ungkapan, “wabilwaalidaini ihsaanan” yang artinya, “dan berbuat baiklah (berbakti) kepada kedua orang tua!”

Demikian penting keberadaan orang tua dan betapa besar hak mereka terhadap anak! Karena memang mereka itu adalah penyebab kehadiran anak di alam dunia ini. Oleh karena itu, ada ungkapan yang menghubungkan ni’mat Allah dan ni’mat yang desebabkan  kedua orang tua. Ni’mat dari Allah disebut, ‘Ni’matul-iijaad’ dan ni’mat yang disebabkan oleh orang tua disebut, ‘Ni’matul-imdaad.’

Ucapan terima kasih kepada sponsor Viquam, Bank NTT, Jahe Merah, Agromina, BSI dan JNE. (*)

Ikuti berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved