Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik Minggu 31 Maret 2024, Paskah: Pemberontakan manusia dan Gugatan Allah 

Penderitaan dan kesusahan hidup kita di dunia ini bukanlah akhir dari segalanya, melainkan awal dari sebuah sejarah yang baru bersama DIA

Editor: Rosalina Woso
POS-KUPANG.COM/ROSALINA LANGA WOSO
Romo Leo Mali menyampaikan Renungan Harian Katolik Minggu 31 Maret 2024 dengan judul Paskah: Pemberontakan manusia dan Gugatan Allah  

Sementara itu untuk yang lain, peristiwa salib juga menjadi ancaman. Karena sesewaktu mereka juga akan mengalami nasib yang sama. Maka rasa malu sebagai pengikut orang yang kalah serta rasa terancam membuat mereka tercerai berai meninggalkanNya.

IA ditinggalkan sendirian.  Namun setelah kebangkitan, berita tentang makam kosong di awal pekan itu mengawali sebuah cerita baru. Tuhan menggenapi janjiNya. Mereka tidak lagi hidup dengan harapan-harapan palsu akan seorang “mesias politik”, sebagaimana harapan bangsa Israel pada umumnya, tetapi mereka hidup dari harapan akan  Allah yang bangkit dan berkuasa, yang kekuasaanNya  “bukan dari dunia ini”.

Keyakinan akan berita kebangkitan Yesus Kristus, awalnya tampak sederhana sebagai keyakinan orang terdekatNya. Namun sebuah keyakinan yang awalnya dianggap sebagai gosip murahan sekelompok nelayan Galilea,  pengikut seorang pemuda dari Nazareth, di kemudian hari ternyata menjadi sebuah kekuatan yang menggerakan sejarah dunia.

Kalau dalam kotbah perdana Petrus di rumah perwira Kornelius, ia mengatakan: “ Kamilah saksi dari segala yang dibuat oleh yesus….” (Kis. 5.32), termasuk kebangkitanNya, maka hari ini kitapun bisa mengucapkan kepada dunia bahwa kita adalah saksi-saksi dari semua kisah tentang Kebangkitan kristus.

Kesetiaan Allah dan peradaban manusia

Berita serta kesaksian tentang kebangkitan Kristus, sebagaimana diimani GerejaNya telah menjadi awal dari sebuah peradaban baru. Akan tetapi iman akan kebangkitan Kristus sebagai bukti dan tanda cinta kasih Allah dalam sejarah umat manusia tidak serta merta diterima.

Penolakan terhadap berita kebangkian Kristus dapat mengambil bentuk kesaksian palsu para serdadu dan Pemimpin umat (bdk. Mat.28:13-15) bahkan skema penolakan dan pemberontakan manusia terhadap Allah senantiasa berulang.

Selama tiga abad awal setelah kematian Yesus Gereja mengalami penganiayaan dan persekusi luar biasa. Baru pada tahun 313 kaisar Constantinus mengeluarkan Eict Milan yang memberi kebebasan beragama bagi umat Kristiani di seluruh wilayah imperium Romawi. Setelah itu sejarah mulai berubah.

Tapi tidak dengan sendirinya kebebasan politik yang didapat menyusul Edict Milan menjamin kesetiaan iman akan Allah. Karena ternyata sejarah selalu berulang.

Manusia terus menerus berusaha menegaskan kekuasaan diriNya dan berusaha menyingkirkan Tuhan dalam hidupNya. Ketika manusia berusaha menyingkirkan Tuhan, hidupnya selalu berada dalam bayang-bayang ketakutan. Manusia akan kehilangan harapan dan menjadi kerdil di hadapan setiap masalah yang dihadapi. 

Dalam salah satu pesannya tentang Paskah yang disebarkan oleh komunitas gerakan Ecclesial Persekutuan dan Pembebasan (Communione e liberazione) di seluruhdunia, Sri Paus Fransiskus berpesan: “Inilah yang terjadi pada Paskah Tuhan: Paskah mendorong kita untuk bergerak  maju, untuk melepaskan diri dari rasa kekalahan, untuk menggulingkan batu kubur yang sering membatasi harapan, untuk menatap masa depan dengan penuh keyakinan, Sebab Kristus telah bangkit dan telah mengubah arah Sejarah”

Sejarah ketakutan dan kegelisahan ditunjukkan oleh kegelisahan para murid yang ketakutan di hari kematian Tuhan hingga awal hari Paskah.  Mereka berlari ke makam Tuhan, sambil membayangkan; siapakah yang akan mengguling batu kubur? Juga setelah menemukan makam kosong, Siapa yang telah mencuri jasad Tuhan.

Focus mereka selalu pada kekalahan, kegagalan serta kepahitan dan pengalaman kehilangan sang Guru. Namun di pagi Paskah itu, Tuhan sendiri turun tangan. Ia menggulingkan batu khubur dan mendatangi mereka serta menjawab keragu-raguan mereka.

IA menepati janjiNya. IA bangkit. IA sendiri membuat mereka percaya. IA tidak pernah menyerah untuk meyakinkan manusia akan kesetiaanNya.

Yesus mengajarkan murid-muridNya melalui peristiwa Paskah bahwa harapan padaNya tidak pernah akan mengecewakan. Kematian dan salib serta penderitaan kerapkali melahirkan dalam kehidupan kita rasa putus asa. 

Halaman
123
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved