Berita Timor Tengah Utara

TMMD ke 119, Asa Baru Siswa SMK Negeri Feotleu Bermimpi "Menggenggam Dunia"

Kondisi bangunan 7 ruangan SMK Negeri Feotleu lama sangat memprihatinkan. Dinding bangunan sekolah ini terbuat dari bambu yang disusun rapi

Penulis: Dionisius Rebon | Editor: Eflin Rote
POS-KUPANG.COM/DIONISIUS REBON
Kolase foto bangunan SMK Negeri Feotleu lama dan bangunan baru yang sedang dalam proses pengerjaan berkat Program TMMD ke-119 Kodim 1618/TTU 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Dionisius Rebon

POS-KUPANG.COM, KEFAMENANU - Mendung menyelimuti langit Kota Kefamenanu, Kabupaten Timor Tengah Utara. Wilayah kabupaten dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang berbatasan langsung dengan Negara Demokratik Timor Leste Distrik Oecusse ini sedang bergulat dengan musim penghujan.

Kabupaten Timor Tengah Utara merupakan salah satu kabupaten di Provinsi NTT yang memiliki luas wilayah 2.864,60 km⊃2; yang terdiri dari 24 kecamatan dan 194 desa/kelurahan.

Pagi itu Senin 4 Maret 2024, penulis bersama beberapa orang rekan jurnalis menumpang satu unit kendaraan roda empat bergerak menuju Desa Makun, Kecamatan Biboki Feotleu, Kabupaten TTU, Provinsi NTT.

Cuaca cerah menyambut kami sejak kendaraan roda empat yang kami tumpangi keluar dari wilayah Kota Kefamenanu, ibu kota Kabupaten TTU.

Hamparan sawah membentang di sepanjang jalan wilayah Insana hingga ke wilayah perbatasan Kabupaten TTU, Kabupaten Belu dan Kabupaten Malaka. Perbatasan tiga wilayah kabupaten ini nyaris tidak bisa dibedakan bagi mereka yang baru pertama kali berkunjung ke sana.

Jarak dari Kota Kefamenanu ke Desa Makun sejauh 87 kilometer. Setelah menempuh perjalanan selama 1 jam 19 menit dengan jarak sejauh 68 kilometer di ruas Jalan Negara Trans Timor Raya, kendaraan yang ditumpangi penulis berbelok ke arah kiri pada perempatan jalan tepat di depan Kantor BRI Unit Lurasik. 

Jarak tempuh ruas jalan negara ke Desa Makun sejauh 19 kilometer dengan waktu tempuh sekitar 48 menit. Namun, kondisi jalan yang memprihatinkan membuat rombongan harus menghabiskan waktu sekitar 1,5 jam untuk tiba di lokasi.

Beberapa kali rombongan harus keluar dari mobil di titik-titik jalan yang rusak parah untuk mengurangi beban dan kembali melanjutkan perjalanan.

Pemandangan bebatuan yang membentang di sepanjang jalan menuju ke Desa Makun dengan medan menantang nyali menggugah sukma. Masyarakat setempat mengklaim wilayah mereka sangat terisolir. 

Nyaris sepanjang tanjakan maupun turunan, banjir telah menggerus sebagian badan jalan. Tanah menyembul malu-malu di antara bebatuan kokoh yang siap menantang laju roda kendaraan.

Beberapa kali kendaraan yang ditumpangi nyaris terjun ke dalam jurang. Hal ini disebabkan oleh kondisi jalan yang sangat parah dan licin karena hujan.

Gerimis berderai perlahan ketika kendaraan yang ditumpangi penulis memasuki wilayah Desa Makun. Jalanan sepi. Desa Makun merupakan salah satu desa di Kecamatan Biboki Feotleu yang wilayahnya dibagi dalam 3 dusun. 

Sebanyak 238 kepala keluarga yang terdiri dari total 1194 jiwa berdomisili di wilayah itu dengan 90 persen masyarakat bermatapencaharian petani dan peternak musiman.

Sumber penghasilan warga setempat dari komoditas kemiri, porang, jambu mente, jagung, asam, kelapa dan nanas. Komoditas pertanian milik warga tersebut dijual dengan harga murah lantaran akses jalan yang cukup sulit ke wilayah ini.

Halaman
1234
Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved