Pemilu 2024
Kisah Caleg yang Tidak Lolos: Pak Sumedi Hingga Ery Sandra Amelia
Tak cuma kemenangan, Pemilu 2024 diwarnai pula oleh kisah caleg yang gagal. Salah satunya, kisah Pak Sumedi.
”Berat banget. Bagaimana kita bertarung dengan caleg-caleg yang punya modal besar,” ungkapnya saat dihubungi, Jumat sore.
Ery sebelumnya rela berjalan kaki untuk mendatangi satu per satu warga di Kelurahan Pekayon, Pasar Rebo, Jakarta Timur. Ery membagikan kaus, stiker, dan serbet kepada warga.
”Serbet itu punya makna. Kalau saya duduk di kursi DPR, ingin bersih-bersih dari korupsi,” ungkapnya kepada warga, 12 Desember 2023.
Begitulah upaya Ery dengan anggaran minim dan tanpa konsultan politik. Dia mengandalkan jejaring dari sukarelawan untuk mendekati dan mengambil hati para calon pemilih (Kompas, 17/1/2024).
Perlombaan
Guru Besar Ilmu Politik Universitas Airlangga Kacung Marijan menjelaskan, kiprah caleg yang turun ke jalan hingga membantu masyarakat dengan berbagai cara dapat dimaknai sebagai ajang perlombaan. Para kontestan politik itu berlomba-lomba merebut atensi para pemilih.
Kacung menambahkan, pada mulanya orang dipilih karena jasanya kepada masyarakat. Kemudian, orang berusaha untuk memperbanyak modal sosial di mata masyarakat.
”Memang semuanya ingin kelihatan berjasa. Mereka melakukannya dengan berbagai cara. Ada yang membaur dengan masyarakat. Semestinya memang caranya seperti itu,” ucapnya.
Dalam konteks memberikan bantuan, Kacung menilai perlu berhati-hati jika caleg memberikan bantuan, lalu menarik kembali bantuan tersebut. Publik bisa menilai bantuan yang diberikan adalah transaksi bersifat jangka pendek atau hanya karena ada kepentingannya.
”Transaksi jangka pendek itu saja sudah tidak bagus. Kalau sudah diberikan, kemudian diambil. Itu menjadi problem moral di masyarakat dan cenderung ke hubungan masyarakat yang transaksional,” ujar Kacung.
(kompas.id)
Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.