Nenek Tohe Bawa Pulang Beras 2 Kg, Kisah Pekerja Perempuan Lansia

Usianya pada tanggal 21 April 2024 ini 71 tahun, tak heran wajah dan kulit Nenek Tohe, sudah keriput. Namun semangatnya tetap terlihat.

|
POS KUPANG/NOVEMY LEO
NENEK TOHE -- Agustina Tanae-Babys alias Nenek Tohe, perempuan lansia yang bekerja sebagai penjual sayur keliling di Kota Kupang, Provinsi NTT. 

POS-KUPANG.COM, KUPANG -- Usianya pada tanggal 21 April 2024 ini 71 tahun, tak heran kini wajah dan kulitnya sudah keriput. Namun semangat perempuan lanjut usia (lansia) dalam bekerja sebagai pedagang sayur pikul keliling di kompleks perumahan dengan berjalan kaki itu, tetap terlihat.

Dia adalah Nenek Tohe, warga Jalan Sukun, Kelurahan Belo, Kota Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Aktifitas berjualan sayur pikul sudah dilakoninya sejak 12 tahun lalu, dengan modal awal hanya Rp 50.000.
Bernama lengkap Agustina Babys Tanae, Nenek Tohe memulai kehidupannya setiap hari mulai pukul 04.00 Wita.

Bangun tidur, berlutut memanjatkan doa kepada Tuhan, lalu pergi ke Pasar Kasih Naikoten 1 Kupang. Dia dibonceng dengan sepeda motor oleh anak tunggalnya, Deki (30). Di Pasar, istri dari Stefanus Tanae membeli bahan jualan berupa sayur-sayuran untuk dijual kembali kepada pelanggan dan masyarakat di kompleks Perumahan BTN Kolhua, Kecamatan Maulafa.

Sejam berbelanja di pasar, kembai ke rumah lalu mulai ‘memecah’ dagangannya menjadi beberapa bagian agar bisa memperoleh keuntungan sedikit. Sayur kangkung yang dibeli seharga Rp 10.000 per 3 ikat, dibelinya sebanyak Rp 50.000, lalu sayur itu dibagi menjadi beberapa bagian dan dijual kembali seharga Rp 5.000 per ikat.

NENEK TOHE -- Agustina Tanae-Babys alias Nenek Tohe, perempuan lansia yang bekerja sebagai penjual sayur keliling di Kota Kupang, Provinsi NTT.
NENEK TOHE -- Agustina Tanae-Babys alias Nenek Tohe, perempuan lansia yang bekerja sebagai penjual sayur keliling di Kota Kupang, Provinsi NTT. (POS KUPANG/NOVEMY LEO)

Begitupun sayur bayam 4 ikat seharga Rp 10.000 dibeli Rp 20.000, tomat 1 kg seharga Rp 10.000, bawang merah 1 kg seharga Rp 25.000, lombok dibelinya hanya Rp 10.000 setumpuk, sayur paria, sayur kacang panjang.

Semua bahan sayur itu dibagi-bagi lalu dimasukkan ke dalam plastik yang berukuran kecil hingga sedang. Tujuannya, agar sayur itu tidak layu. Kemudian, plastik berisi sayuran itu diikat di kedua ujung kayu yang akan dipikulnya.

Begitulah cara Nenek Tohe menjalani hidup bermaknanya sebagai perempuan lansia. Bekerja setiap hari dari pukul 04.00 Wita hingga pukul 14.00 Wita. Makan siang dilakukan saat pulang ke rumah. Berjalan kaki hingga mencapai sekitar 10 km selama sekitar 10 jam, tak membuat perempuan bersendal jepit ini lelah.

Jika beruntung, dia bisa membawa pulang uang sebanyak Rp 100.000. Namun, kadang hanya bisa mendapatkan Rp 60.000 dari hasil penjualan dagangannya. Berapapun hasilnya, nenek Tohe tetap bersyukur. "Itu rejeki dari Tuhan, berapapun yang Tuhan kasih, itu berkat untuk anak cucu," katanya.

Baca juga: Berita Viral Penemuan Jasad Lansia Tunawisma Tanpa Identitas di Kolong Rel Kereta Api Karang Anyar

Setiap hari, sebelum pulang ke rumah, nenek Tohe singgah ke kios untuk membeli 2 kg beras seharga Rp 15.500 per kg. Kemudian, membeli gula setengah kg seharga Rp 10.000 dan kopi tugu buaya 3 sachet seharga Rp 1.000. Jika ada rejeki lebih, dia singgah ke warung makan, mengisi perutnya.

"Beta (saya) makan nasi dan telur di warung, harganya Rp 12.000. Kadang, pemilik warung kasih free (gratis), jadi tidak bayar. Uang bisa simpan," kata perempuan yang hanya mengenyam bangku sekolah dasar (SD) ini.

Beras sebanyak 2 kg yang dibeli dan dibawa pulang akan dimasak untuk makan 9 orang penghuni rumah. Nenek Tohe, suaminya, anaknya Deki dan istri, serta lima orang cucunya.

"Tiap hari masak nasi 4 sampai 5 mok (gelas), penuh dandang. Kalau ada sayur yang tidak laku, katong (kami) masak untuk makan," aku lansia ini.

Sesekali mereka makan daging ayam potong hasil dari kandang kecil yang ada di rumah. "Katong pelihara dua ayam mai (betina), telurnya banyak, 12 butir. Pelihara sudah besar, katong potong ayam untuk makan," katanya.

Pulang berjualan sayur, nenek Tohe tidur siang dan bangun sekitar pukul 16.00 Wita. Mengerjakan pekerjaan rumah tangga dan menjaga cucu bungusnya, Aldi, yang masih berusia tiga tahun.

"Pulang siang jam 2 Pi (pergi) tidur diam-diam, ambil (kumpul) tenaga. Bangun jam 4 sore bantu basapu (menyapu) dan beres rumah. Anak mantu masak, cucu besar cuci beta pung (punya) pakaian karena katanya beta sudah tua," katanya sambil tersenyum.

NENEK TOHE -- Agustina Tanae-Babys alias Nenek Tohe, perempuan lansia yang bekerja sebagai penjual sayur keliling di Kota Kupang, Provinsi NTT.
NENEK TOHE -- Agustina Tanae-Babys alias Nenek Tohe, perempuan lansia yang bekerja sebagai penjual sayur keliling di Kota Kupang, Provinsi NTT. (PK/VEL)
Sumber: Pos Kupang
Halaman 1/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved