Berita Kota Kupang

Mahasiswa Luar NTT Belajar Toleransi di Kota Kupang

Kolhua menjadi satu dari tiga kampung kerukunan yang digagas Pemkot Kupang. Wilayah itu dihuni ragam penduduk

Penulis: Irfan Hoi | Editor: Edi Hayong
POS-KUPANG.COM/IRFAN HOI
Sebanyak 25 mahasiswa dari berbagai universitas di Indonesia saat mengikuti program pertukaran mahasiswa merdeka. Mahasiswa ini berdialog tentang toleransi di Kelurahan Kolhua Kota Kupang dengan pemuka agama. 

Adapun pertanyaan lain seperti menikah beda agama. Romo Bone bercerita pernah menikahkan beberapa pasangan yang beda agama maupun beda gereja. Namun, tahun 2023, sudah ada keputusan Mahkamah Konstitusi untuk melarang pernikahan beda agama. 

Ia menyebut, pasangan yang datang, dirinya memberikan pemahaman tentang larangan itu agar pasangan  bisa menentukan pilihan salah satu agama. Mengakhiri dialog, Romo Bone mengajak pemuda untuk tetap rendah hati dan tetap mengedepankan cinta kasih dalam kehidupan sehari-hari. 

Baca juga: Ketua NU Mabar Pimpin Doa Natal Nasional Golkar di Labuan Bajo, Wujud Nyata Toleransi NTT

Dia mengapresiasi Undana yang sudah memilih tempat itu sebagai lokasi dialog keagamaan dan kerukunan. Ia menyebut anak muda sebagai garda terdepan membangun toleransi

"NTT adalah Nusa Terindah Toleransi. Bawalah toleransi ke daerah asal masing-masing. Jadilah pribadi yang kehadirannya dinantikan dan kepergian dirindukan. Mencari orang jujur, toleransi ibarat mencari pertama permata di timbunan kaca," ujarnya. 

Pdt. Stefanus A. Pandie, S.Th mengaku bersyukur karena bisa hadir ditengah masyarakat, terlebih menjaga kehidupan yang rukun dan damai. Dia yakin, kerukunan dan kedamaian bisa membantu orang beraktivitas lebih leluasa. 

Pdt Stefanus Pandie menyebut, dialog dengan para mahasiswa ini harusnya berefek. Sebagai generasi bangsa, anak muda diharapkan bisa menerapkan kehidupan toleransi, belajar dari Kota Kupang, NTT. 

Dia berkata, anak muda yang juga pelanjut kepemimpinan harus melihat toleransi sebagai sesuatu yang sempurna. Karena, keberagaman yang ada di Indonesia perlu dijaga dan dijembatani. 

Pemahaman bersama tentang keIndonesiaan bisa dilakukan bersama sehingga menjadi spirit dalam berkarya di tengah masyarakat. Ia tidak mau agama bisa melemahkan partisipasi antar sesama. 

"Diharapkan ke depan tidak boleh nikah beda agama. Jangan kita paksakan karena toleransi. Kami pendeta akan kewalahan," kata dia menanggapi pertanyaan tentang pernikahan beda agama. 

Pdt Stefanus Pandie berpesan, Indonesia membutuhkan kerukunan yang lebih besar. Anak muda menjadi pionir penting dalam mewujudkan itu. Mahasiswa yang hadir, diminta untuk melaksanakan toleransi di Indonesia. (fan)

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved