Beranda Kita
Beranda Kita: Pemilu yang Pilu
Marselina Hoar meninggal dunia setelah menjalankan tugas bersama rekan-rekannya KPPS TPS O7 Desa Bakiruk, Kabupaten Malaka.
Penulis: dion db putra | Editor: Dion DB Putra
Rumahku terletak di tengah Blok W, berdampingan dengan kediaman ketua RT Nikolaus N Kuba.
Mungkin lantaran letaknya semacam itu sehingga sejak Pemilu 2014, TPS didirikan di depan rumah kami berdua.
Pada Pilpres dan Pileg 2024 ini TPS 13 Kelurahan Kolhua, Kecamatan Maulafa Kota Kupang berdiri di depan rumah beta dan Nikolaus Kuba.
KPPS dipimpin Agustina Sepang yang rumahnya cuma selemparan batu dari beta. Anggota KPPS anak-anak muda di perumahan Lopo Indah. Separuhnya baru tamat kuliah. Energik. Antusias dan semangat tinggi.
Meski demikian kelelahan mulai tampak di wajah mereka pada Rabu larut malam 14 Februari 2024.
Bayangkan saja. Mereka sudah siaga di TPS 13 sejak pukul 06.00. Pukul 07.00 WITA mengucapkan sumpah dan janji dipimpin Agustina. Setelah itu mulai melayani para pemilih yang berdatangan ke TPS.
Baca juga: KPU Malaka Sampaikan Duka Cita Atas Meninggalnya Ketua KPPS TPS 07 Desa Bakiruk
Baca juga: BREAKING NEWS: Diduga Kelelahan, Seorang Petugas KPPS di Belu Meninggal Dunia
Pukul 08.13 WITA hujan deras melanda Kolhua selama hampir satu jam. Di Hari Kasih Sayang itu hujan bermurah hati untuk bumi Timor, dia datang silih berganti sampai malam.
Petugas benar-benar bekerja dalam tekanan cuaca yang kurang bersahabat.
Semula beta menduga pekerjaan mereka akan berakhir sekira pukul 01.00 atau 02.00 dini hari Kamis, 15 Februari 2024.
Dugaanku keliru besar. Agustina dan kawan-kawan baru rampung bekerja pada sekira pukul 10.20 WITA, Kamis 15 Februari 2024.
Tuan dan puan bisa hitung sendiri berapa jam yang mereka lalui tanpa henti (kecuali istirahat makan dan atau ibadah) untuk merampungkan semua data pemilih. Pemilu Indonesia sungguh menguras energi.
Syukur kepada Tuhan semua petugas di TPS 13 Kolhua Kupang tetap sehat walafiat. Tak ada hal serius yang menimpa mereka.
Beda dengan rekan-rekannya di TPS lain yang sampai jatuh sakit bahkan meninggal dunia. Demokrasi tak luput dari tangis dan air mata.
Begitulah sekelumit kisah Pemilu 2024 yang pilu. Bagi yang unggul dan nanti diumumkan sebagai pemenang tak perlu jemawa. Bersukaria silakan. Overdosis jangan.
Pihak yang kalah atau sukses tertunda, mari berlapang dada. Bak pertandingan sepak bola selalu ada yang menang dan kalah.
Sejujurnya sistem pemilu kita masih jauh dari ideal. Tak elok pura-pura menutup telinga untuk mendengar riuhnya suara curang di mana-mana. Belum lagi soal pelanggaran etika yang sebagian orang anggap biasa-biasa saja.
Seorang netizen bertanya lirih, adakah hal baik yang dihasilkan dari pelanggaran demi pelanggaran? Wallalualam. (*)
Beranda Kita adalah kolom Dion DB Putra yang pernah hadir di edisi cetak Harian Pos Kupang periode 2008-2011. Kini sang penulis menghadirkan lagi dalam format online minimal seminggu sekali. Semoga berkenan.
• Dion DB Putra, wartawan Pos Kupang 1992- sekarang.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.