Berita Nasional
Awas! Panic Buying, Imbas Stok Langka dan Harga Beras Meroket
kenaikan harga beras sudah terjadi sejak pandemi Covid-19 2020. Mulanya, harga beras premium Rp 8.000 per liter, hingga kini hampir Rp 17.000.
POS-KUPANG.COM, JAKARTA - Ketersediaan beras premium kini sulit ditemukan di pasaran. Juna seorang pedagang beras di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta menyebut selain sulit didapat harga beras premium juga meroket.
Juna mengatakan, beras premium yang dia beli di penyalur sebesar Rp 16.800 per liter. Harga ini justru berbeda dengan beras Bulog Rp 15.200 per liter.
"Sulit karena kemanapun beli mau ke Indomaret (pasar ritel modern) tetap Bulog semua," kata Juna saat ditemui Tribun, Minggu (11/2).
Meski begitu, Juna tetap menjual beberapa jenis beras premium dengan harga bervariasi mulai dari Rp 13.000 sampai Rp 13.500 per liter tergantung jenis berasnya. Artinya, Juna menjual rugi beras-beras jenis premium dari harga beli.
"Susah. Ibaratnya kita beli premium dengan Bulog, mau kita premium lebih banyak rugi kita jual Bulog takutnya enggak sesuai juga karena kualitasnya," ujarnya.
Dikatakan Juna, kenaikan harga beras sudah terjadi sejak pandemi Covid-19 2020 lalu. Mulanya, harga beras premium berkisar Rp 8.000 per liter, hingga kini hampir menyentuh Rp 17.000 per liter.
"Sudah lama dari sejak Corona, enggak turun malah naik. Awalnya ada yang Rp 8.000 sampai Rp 9.000. Sekarang bukan turun malah naik," jelas dia.
Sebagai informasi, harga beras premium naik pada Sabtu (10/2) mengutip data panel harga Badan Pangan Nasional(Bapanas). secara nasional naik 2,19 persen atau sebesar Rp 340 per kilogramnya dibanderol sebesar Rp 15.870.
Beras medium juga naik, tetapi tidak signifikan layaknya beras premium. Harganya Rp 13.810 per kg setelah naik 1,54 persen atau sebesar Rp 210.
Baca juga: Masyarakat Alor Mulai Kewalahan Hadapi Kenaikan Harga Beras yang Terkendali
Meski begitu, pada Minggu (11/2) harga beras premium mengalami penurunan -1,51 persen atau Rp -240 menjadi Rp 15.630 per kilogram. Beras medium pun turun -0,65 persen atau Rp 13.720 per kilogram.
Mahalnya beras premium ini berkaitan dengan stoknya yang mulai mengalami kelangkaan. Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia ( Aprindo ) Roy Mandey mengungkap, saat ini beras premium mulai langka di toko swalayan.
Pengusaha ritel juga mulai kesulitan mendapatkan beras tipe premium lokal dengan kemasan 5 kg karena adanya keterbatasan suplai.
"Situasi dan kondisi yang tidak seimbang antara supply dan demand inilah yang mengakibatkan kenaikan harga eceran tertinggi (HET) beras di pasar ritel modern (toko swalayan)," kata Roy.
Roy mengatakan, keadaan kenaikan harga beras ini terjadi di berbagai wilayah Indonesia. Akibatnya, bahan pokok lain juga ikut mengalami kenaikan harga.
Aprindo juga meminta pemerintah merelaksasi kebijakan harga eceran tertinggi (HET) sejumlah bahan pokok untuk sementara waktu.
Bahan pokok yang dimaksud d antaranya beras, gula, minyak goreng, dan beberapa komoditas lainnya yang berpotensi mengalami kenaikan harga di bulan Februari ini.
Menurut Roy, relaksasi HET ini bisa mencegah kekosongan atau kelangkaan atas bahan pokok di gerai-gerai ritel modern di Indonesia.
Dia bilang, bila kelangkaan terjadi, maka akan bermuara kepada konsumen melakukan "panic buying". "Mereka akan berlomba membeli, bahkan menyimpan bahan pokok karena khawatir barang akan habis dan situasi harga yang tidak stabil," ujar Roy.
Roy menyebut, relaksasi HET dan aturan mainnya ini dimaksud agar peritel dapat membeli bahan pokok dari para produsen yang sudah menaikan harga beli bahan pokok di atas HET selama sepekan terakhir ini sebesar 20-35 persen dari harga sebelumnya.
Baca juga: Harga Beras di Belu Masih Mahal, Masyarakat Mengeluh
Peritel, kata Roy, tidak dapat mengatur dan mengontrol harga yang ditentukan produsen bahan pokok tersebut karena harga ditetapkan oleh produsen yang berada di sektor hulu. Pengusaha ritel tak punya andil menentukan harga yang ditetapkan produsen karena mereka berada di sektor hilir.
Roy kemudian mencontohkan saat ini peritel mulai kesulitan mendapatkan stok beras tipe premium lokal dengan kemasan 5 kilogram.
"Keterbatasan supply beras tersebut disebabkan saat ini belum masa panen yang diperkirakan akan terjadi pada pertengahan bulan Maret 2024," kata Roy.
Situasi dan kondisi yang tidak seimbang antara supply dan demand inilah yang mengakibatkan kenaikan HET beras di pasar ritel modern (toko swalayan).
Roy juga harus menelan fakta bahwa saat ini peritel tidak ada pilihan selain membeli beras dengan harga di atas HET dari para produsen atau pemasok beras lokal.
"Bagaimana mungkin kami menjualnya dengan (harga sesuai) HET? Siapa yang akan menanggung kerugiannya?" pungkas Roy.
"Siapa yang akan bertanggung jawab bila terjadi kekosongan dan kelangkaan bahan pokok dan penting tersebut di gerai ritel modern? Karena kami tidak mungkin membeli mahal dan menjual rugi,” lanjutnya.
Roy pun meminta jaminan dari Pemerintah serta pihak berwenang, yakni Satgas Pangan & PPNS, untuk merelaksasi pula aturan main HET yang ditetapkan dan berjalan selama ini.
Hal itu agar peritel dapat terus menyediakan kebutuhan pokok dan penting bagi masyarakat, guna menghindari kekosongan dan kelangkaan bahan pokok di gerai ritel modern.
Roy menyarankan kementerian dan lembaga terkait bisa memprioritaskan koordinasi dan komunikasi denga para pelaku usaha dari sektor hulu hingga hilir.
Ia juga meminta dihadirkan segera kebijakan yang sifatnya bukan hanya normatif atau retorika. Namun, kebijakan yang berorientasi urgensi dan empati dengan mengedepankan solusi adaptif, relevan, serta win-win solution.
"Maka permasalahan anomali harga bahan pokok dan penting semestinya dapat terkelola dan terkendali dengan baik,” tutur Roy.
Baca juga: Harga Beras di Sikka Merangkak Naik, Warga Mengeluh
Terpisah, Badan Pangan Nasional ( Bapanas )/National Food Agency (NFA) bakal menggelontorkan beras Stabilisasi Pasokan Harga Pasar (SPHP) sebanyak 100 ribu ton ke pasar ritel modern.
Kepala Bapanas/NFA Arief Prasetyo Adi mengatakan, pasokan beras SPHP ini untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Dia juga bilang, beras SPHP ini sudah mulai disalurkan pada Rabu (7/2) kemarin.
"Kita akan gelontorkan di atas 100 ribu ton, atau bisa lebih jika diperlukan. Sesuai kebutuhan," jelas Arief.
Berdasarkan data yang diterima Tribun, pasokan beras SPHP itu mulai disalurkan pada Rabu (7/2) di Sukoharjo Jawa Tengah, kemudian Kamis (8/2) di Pati Jawa Tengah dan pasokan di hari ini yaitu di Pekalongan Jawa Tengah kemudian Gorontalo.
Badan Pangan Nasional (Bapanas) juga menolak permintaan pengusaha ritel merelaksasi kebijakan Harga Eceran Tertinggi (HET) sejumlah bahan pokok untuk sementara waktu, salah satunya beras.
Arief Prasetyo Adi menyebut merelaksasi HET bukanlah solusi untuk berbagai masalah tersebut. Hal yang harus dibenahi adalah produksinya. "HET bukan solusinya. Solusinya ada di produksi," kata Arief.
Ia mengatakan, saat ini ada beberapa hal yang sedang dijalankan pemerintah guna mengatasi kesediaan beras yang mulai langka. Pertama, mempercepat proses bongkar muat kapal beras impor di beberapa pelabuhan.
Kemudian, menyuplai 200 ribu ton beras komersial dari Bulog ke ritel, termasuk 50 ribu ton ke Food Station/PIBC atas permintaan Gubernur DKI Jakarta dengan BUMD pangannya.
Lalu, menggelontorkan beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) secara terus menerus ke pasar tradisional dan retail modern.
"Gerakan Pangan Murah (GPM) Nasional terus dikerjakan dan bantuan pangan beras yang akan dimulai kembali 15 Februari 2024," ujar Arief.
"Jadi kenapa kita jalankan GPM, SPHP dan bantuan pangan? Karena Pemerintah hadir untuk masyarakat yang sedang memerlukan dan tidak ada agenda politisasi Pemilu," lanjutnya.
Arief turut memastikan dirinya selalu secara erat berkoordinasi dengan APRINDO untuk memastikan stok di pasar ritel modern tetap ada.
"Saya sangat erat berkoordinasi dengan APRINDO untuk memastikan stok tetap ada di modern market dan pedagang pasar untuk alokasikan beras Bulog," ujarnya. (tribun network/bel/ism/wly)
Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.