Parodi Situasi
Antara Pileg dan Ulat Grayak
Sungguh ulat ini tidak tidak tahu bahwa sekarang lagi musim menuju pemilu, menuju pileg tahun 2024.
Oleh Maria Matildis Banda
POS-KUPANG.COM - Petani bersedih karena jagung diserang hama ulat. Kasihan ya. Hal ini terjadi hampir setiap tahun.
Meskipun riset tentang hama ulat dan bagaimana cara mengatasinya dilakukan di beberapa wilayah, ulat tetap datang tanpa peduli. Sungguh ulat ini tidak tidak tahu bahwa sekarang lagi musim menuju pemilu, menuju pileg.
“Ulat seperti tahu betul bagaimana caranya buat resah! Bagaimana mungkin datang di wilayah daerah pemilihan saya. Pada hal baru saja minggu lalu saya yakinkan kontesten pendukung saya, bahwa itu ulat grayak tidak bakal berani datang,” kata Jaki dengan kecewa.
“Ulat apa namanya? Ulat grayak? Itu ulat berani betul sama caleg! Sialan itu ulat,” sambung Rara dengan sama kecewanya. “Kita bakar, siram pakai air, kita kumpulkan dan buang di laut, kita goreng atau bagaimana e?”
“Kurang ajar itu ulat!” Jaki menggebrak meja. “Benar-benar buat malu. Saya malu, malu sekali berhadapan dengan petani pendukung di lapangan. Bagaimana caranya agar itu ulat bisa hilang dalam satu malam? Masalahnya besok pagi kampanye. Bagaimana kalau masyarakat tanya tentang ulat?”
“Ulat grayak nanti saya grayak dia,” Rara jengkel bukan main. “Bagaimana kalau kita kumpulkan dalam semalam, terus kita rebus, terus kita makan?” Rasa kecewa menghantui pikiran Rara.
“Bagaimana bisa meyakinkan petani jika si ulat selalu datang lagi.”
“Lebih baik kita tipu saja,” ajak Jaki.
“Kita bilang bahwa ini ulat baik-baik saja. Biar saja ulat merusak jagung. Jamin setelah 14 Februari pasti itu ulat hilang dan jagung akan segera tumbuh subur kembali, daun dan bunga subur, dan buahnya besar dan manis. Ulat grayak akan berubah menjadi vitamin jagung subur. Bagaimana?”
“Oke, kita tipu saja! Ulat grayak vitamin penyubur jagung,” Rara dan Jaki saling mempertemukan telapak tangan dengan gembira.
“Ulat vitamin! Vitamin!” “Hei siapa yang akan kena tipu dari dua orang caleg ini?” Nona Mia tertawa terbahak.
“Waduh, belum dipilih sudah mulai putar, bagaimana kalau sudah terpilih?”
“Kami rencana mau tipu ulat,” Rara gugup dan gelagapan. “Sumpah!”
“Ulat apa namanya? Ulat grayak toh?” tanya Jaki.
***
“Ya, ulat grayak,” kata Benza.
Selanjutnya Benza menjelaskan bahwa sebenarnya ulat grayak ini masuk Indonesia belum lama.
Aslinya sebagai ngengat asli daerah tropis. Pertama kali ditemukan di perkebunan jagung di Afrika, Argentina, dan Amerika.
Di Indonesia, yang kena serangan pertama hama ini adalah daerah Paseman Barat, Sumatra Barat, juga Lampung. Itu terjadi sekitar tahun 2019.
“Cepat sekali sampai di kampung kita?” Jaki dan Benza serempak bertanya. “Kenapa?”
“Ya, dunia sekarang selebar daun kelor. Segala sesuatu bisa bermigrasi dengan sangat cepat. Manusia berpindah tempat, melancong ke seluruh dunia, hama pun ikut ambil bagian. Tidak mau kalah. Contoh nyata itu covid. Dalam waktu singkat seluruh dunia terserang.”
“Tetapi bagaimana cara hilangkan itu ulat?” tanya Jaki. “Bagaimana yakinkan petani?”
“Omong jujur! Jangan tipu! Ulat grayak. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.