Berita Ekslusif

AIHSP Bantu 201.000 Dosis Vaksin HPR untuk Tanggulangi Rabies di NTT

Kasus kematian akibat virus rabies di NTT mencapai 36 orang. 35 orang meninggal akibat rabies di tahun 2023 dan tahun 2024 tercatat satu kematian

|
POS KUPANG
PODCAST RABIES - Dari kanan ke kiri (duduk): Kepala Bidang Kesehatam Hewan dan Kesmavet Disnak NTT, drh. Melky Angsar, M.Sc, Kepala Pelaksana BPBD NTT, Ambrosius Kodo, S.Sos., M.M, Kepala Dinas Kesehatan dan Dukcapil NTT, Ruth Diana Laiskodat, S.Si., Apt., M.M, bersama Host News Manager Pos Kupang, Novemy Leo, serta pihak AIHSP, usai Podcast Strategi Tepat Perani Rabies di Timor NTT, Jumat (19/1). 

N : Ini pengadaan dari kita?

M : Dari kita, dari pusat kita mendapat 25.000 sedangkan dari AIHSP kita mendapat 201.500, ini sangat membantu dan kami sudah distribusikan ke 15 kabupaten kota, 9 di Flores Lembata dan 6 di Pulau Timor.

Baca juga: Korban Meninggal Akibat Virus Rabies di Timor Tengah Selatan Tembus 14 Orang

N : Kenapa Dinas Peternakan hanya 15 kabupaten?

M : Kita punya vaksin rabies ini kan terbatas. Sekarang kita populasi anjing saja kalau total sekitar 600-an ribu. Ini saya hitung untuk daerah yang kena rabies. Kalau hitung semua berarti 772 ribu terhitung seluruh NTT. Bayangkan vaksin yang ada saja hanya cukup untuk Pulau Timor. Kalau seluruhnya tadi 226.000 itu kami distribusi ke Timor lagi belum cukup.

Bagaimana dengan Flores? Sehingga tentu kita prioritas, namanya lagi terbatas ya prioritas, tidak bisa dikasih semua sehingga memang kami prioritas di daerah-daerah yang endemik rabies dan kayak di Timor ini karena itu lagi butuh-butuhnya dan jadi kami tidak dropping semua. Kalau di Sumba tidak ada kasus, ngapain kita dropping ke sana sedangkan di Timor lagi butuh.

PODCAST RABIES - Dari Kanan ke Kiri : Kabid Kesehatan Hewan dan Kesmavet Disnak NTT, Kalak BPBD NTT, Kepala Dinkesdukcapil NTT, bersama Host News Manager Pos Kupang, Novemy Leo, serta pihak AIHSP, usai Podcast Strategi Tepat Perani Rabies di Timor NTT, Jumat (19/1).
PODCAST RABIES - Dari Kanan ke Kiri : Kabid Kesehatan Hewan dan Kesmavet Disnak NTT, Kalak BPBD NTT, Kepala Dinkesdukcapil NTT, bersama Host News Manager Pos Kupang, Novemy Leo, serta pihak AIHSP, usai Podcast Strategi Tepat Perani Rabies di Timor NTT, Jumat (19/1). (POS KUPANG)

N : Bagaimana pemberian vaksinasi kepada HPR? Berapa perbandingannya dengan korban yang meninggal 36 orang?

M : Pertama, saya sampaikan dulu supaya kita tahu bersama bahwa vaksin yang kita sudah distribusi itu sampai sekarang baru 122.500, itu baru 47 persen dari populasi total. Kalau mau buat herd immunity, kekebalan kelompok itu harus 70 persen jadi kita harapkan vaksin harusnya minimal 70 persen baru herd immunity sehingga kita mengurangi yang namanya kasus gigitan positif jadi anjing-anjing yang menggigit.

Kita harapkan vaksin yang ada itu meningkat paling tidak 70 persen sehingga kalau ada manusia yang tergigit, tidak tertular rabies, tapi kondisi kita sekarang seperti itu. Realisasi sekarang baru tervaksin 83 ribu ekor dari populasi.

Baca juga: Antisipasi Rabies Masuk Sumba Barat Daya, Kadis Peternakan Siagakan Satgas di Bandara & Pelabuhan

N : Kendalanya di mana?

M : Ini yang saya mau sampaikan bahwa kendala kita banyak. Pertama, lokasi tempat kita mau vaksin ini memang agak jauh.
Kalau Puskesmas kan pasien yang datang pada faskes, nah kalau untuk anjing ini kan kita yang pergi, nah NTT khususnya itu kan dilepasliarkan sehingga petugas yang harus terjun ke desa-desa untuk cari anjing ini. Itu kesulitan pertama. Yang kedua, operasional.

Ini memang masalah klasik, klise sebenarnya, cuma ya itu kita punya petugas mereka mau menjangkau daerah-daerah terpencil tentu perlu uang bensin jadi kami mengharapkan pemerintah daerah pun bisa membantu, paling tidak operasional karena untuk vaksin kita sudah dibantu oleh pusat dan AIHSP.

N : Kalau dana kita yang diplotkan saat ini berapa?

M : Terus terang kita dari provinsi tidak ada. Sehingga dari kabupaten kabupaten saat ini sudah ada yang mengeluarkan lewat Dana BTTnya, contohnya di TTU mereka sudah mengeluarkan Dana Emergency Fund untuk vaksinasi rabies dan untuk beli vaksin juga.

Di Maumere dan Belu juga. Cuma saya mau memberikan dorongan kepada kabupaten/kota untuk ayo marilah ini masalah kita semua apalagi menyangkut nyawa manusia, marilah kita menggerakkan dana-dana yang ada terutama dana-dana yang sudah stand by semacam Dana BTT ada di kabupaten/kota bisa digerakkan untuk itu.

KORBAN - Kondisi terkini Kaleb Keraba (4) korban digigit anjing bukan rabies yang saat ini bersama keluarganya sementara menunggu jadwal rawat jalan di rumah keluarganya yang terletak di RT 08 RW 02 Kelurahan Temu, Kecamatan Kanatang, Sumba Timur, Jumat 29 Desember 2023
KORBAN - Kondisi terkini Kaleb Keraba (4) korban digigit anjing bukan rabies yang saat ini bersama keluarganya sementara menunggu jadwal rawat jalan di rumah keluarganya yang terletak di RT 08 RW 02 Kelurahan Temu, Kecamatan Kanatang, Sumba Timur, Jumat 29 Desember 2023 (POS-KUPANG.COM/CHRISTIN MALEHERE)

N : Rabies di NTT masuk 1997 dan terjangkit pertama di Desa Sarotari dan ternak HPRnya dari Buton. Nah sekarang di Timor ini dari mana anjingnya bisa masuk ke wilayah ini?

Halaman
1234
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved