Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik Selasa 16 Januari 2024, Hari Sabat Untuk Manusia
kitab pertama Samuel menggambarkan kisah penguarapan Daud sebagai raja bangsa Israel menggantikan Saul yang telah ditolak oleh Allah
Kehendak Allah selalu berbeda dengan kehendak manusia. Allah selalu melihat melebihi apa yang terlihat oleh mata manusia karena apa yang tampak terlihat oleh mata manusia hanya terbatas pada hal-hal lahiriah sedangkan Allah melihat melebihi tingkatan pandagan manusia.
Apa yang tampak tidak akan pernah mewakili seluruhnya. Dan pada akhirnya ketika Daud dipanggil untuk maju dan Tuhan bersabda kepada Samuel: “Bangkitlah, urapilah dia, sebab inilah dia.”
Daud akhirnya mendapat pengurapan dari Allah melalui tangan Nabi Samuel untuk menjadi raja bagi bangsa Israel. Dan Roh Tuhan berkuasa atas Daud.
Sedangkan dalam bacaan Injil, Yesus mengubah cara pandang orang Yahudi tentang hari Sabat secara baru. Kata shabbat dalam bahasa Ibrani berasal dari kata kerja shabat, dalam bahasa yang sama, yang secara harafiah berarti "berhenti", atau shev yang berarti "duduk".
Baca juga: Renungan Harian Katolik Senin 15 Januari 2004, Tiga Cara Buat Makna Baru dalam Kehidupan yang Rutin
Meskipun shabbat hampir secara universal diterjemahkan "istirahat" atau suatu "masa istirahat", terjemahan yang lebih harafiah adalah "berhenti", dengan implikasi "berhenti dari melakukan pekerjaan".
Jadi Sabat adalah hari untuk orang berhenti bekerja, dengan implikasinya beristirahat. Kata Ibrani untuk melakukan "mogok", misalnya, berasal dari akar kata Ibrani yang sama dengan shabbat, dan mengandung implikasi yang sama, yaitu bahwa para buruh yang mogok secara aktif berhenti melakukan pekerjaan, dan bukan secara pasif "beristirahat".
Sabat adalah hari perayaan dan salah satu hari beribadah. Pada hari Sabat orang Yahudi menyajikan makanan yang berlimpah sebanyak tiga kali setelah kebaktian di sinagoge selesai: pada Jumat malam, Sabtu tengah hari, dan Sabtu sore sebelum Sabat berakhir.
Lebih banyak orang Yahudi yang berusaha menghadiri kebaktian di sinagoge pada hari Sabat, dan mungkin tidak hadir pada hari-hari lainnya.
Maka bagi Yesus yang terpenting dari Sabat itu sendiri adalah penghormatan terhadap Tuhan dan bukan saja dengan doa dan korban tetapi lebih dari itu harus membebaskan manusia dari ikatan-ikatan yang membelenggu manusia itu sendiri.
Dan Yesus bersabda: “Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat.” Nilai dari Sabat yang sesungguhnya adalah menghormati Allah dengan berhenti untuk berbuat dosa dan melakukan kebajikan bagi Allah.
Sabat itu berarti berhenti saat istirahat bukan secara pasif tetapi secara aktif. Berhenti untuk berbuat dosa dan aktif melakukan kebaikan bagi sesama sebagai bentuk penghormatan bagi Allah seperti yang dilakukan oleh raja Daud pada saat itu.
Kita semua telah menjadi pengikut Tuhan maka pastilah harus selalu menghormati Tuhan. Namun kadang kita menghormati hari Tuhan dengan cara yang salah.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Senin 15 Januari 2024, Pesta Santo Arnoldus Janssen
Kita menghormati hari Tuhan saja sulit apalagi menghormati Tuhan sendiri. Kita masih memilih untuk menyenangkan hari-hari kita dan diri kita sendiri dari pada hari-hari Tuhan dan Tuhan sendiri. Mari kita belajar untuk semakin setia dan taat pada Tuhan.
Saudari/a yang terkasih dalam Kristus
Pesan untuk kita, pertama kita semua adalah pengikut Tuhan dengan pembabtisan yang telah kita terima.
Kedua, untuk itu kita semua terpanggil untuk menjadi saksi kebenaranNya dengan menghormati Tuhan dengan cara yang layak dan pantas.
Ketiga, cara terbaik menghormati hari Tuhan dan Tuhan sendiri adalah berbuat baik kepada semua orang.(*)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.