Breaking News

Wawancara Eksklusif

Kepala BMKG Kupang Margiono: BMKG Harus Memberikan Informasi Gempa Secepatnya

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Kupang, Margiono, S.Si menyampaikan itu, Kamis (4/1/2024).

|
Penulis: Michaella Uzurasi | Editor: Dion DB Putra
POS KUPANG/MICHAELLA UZURASI
Kepala BMKG Stasiun Geofisika Kupang, Margiono (kanan) bersama Manajer Online Pos Kupang, Alfons Nedabang saat podcast, Kamis (4/1/2024). 

Kita tidak bisa menjamin itu karena kita BMKG hanya bersifat memonitor perkembangan gempa tersebut. Jadi kita tidak bisa 'oh besok terjadi gempa besar'.

Tidak bisa. Sampai saat ini belum ada ilmu dan teknologi yang seperti itu. Yang sekarang lagi dikembangkan di Jepang sejak 2007 mereka mengembangkan sistem beberapa detik sebelum gempa terjadi sudah ada alarm tapi untuk memprediksi dalam jangka waktu yang panjang atau memprakirakan, sampai saat ini belum ada.

Kalau kita bikin simulasi itu kemungkinan bisa gempa besar tapi waktunya kapan kita tidak tahu.

Biasanya kita membuat itu mesti ada data-datanya dulu kayak dulu kita membuat suatu simulasi tsunami untuk wilayah Labuan Bajo, Larantuka, Maumere dengan simulasi kekuatan gempa yang pernah terjadi, kita naikkan lagi. Nah di sini kan belum ada gempa besar di wilayah Pulau Timor ini.

Sistemnya bagaimana sehingga BMKG itu dengan cepat mendapat informasi tentang gempa ini? Proses kerjanya seperti apa?

Jadi di BMKG itu kita ada sekitar 31 Stasiun Geofisika seluruh Indonesia. Ada namanya pusat gempa bumi nasional di Jakarta, kemudian pusat gempa bumi regional ada sepuluh wilayah.

Regional satu di Medan, kedua di Ciputat, ketiga di Bali, keempat di Makassar, kelima di Jogja, kemudian Manado, Ambon dan Kupang, kita yang kedelapan pusat gempa bumi regional.

Di BMKG itu sudah ada SOP-nya jadi masing-masing mempunyai kewenangan. Untuk kekuatan gempa di atas lima (Skala Richter), kewenangan untuk memberikan informasi adalah pusat gempa bumi nasional. Kalau empat sampai lima itu pusat gempa bumi regional.

Jadi sebetulnya kita punya data, punya alat dan lain-lain, kita memerlukan data sensor-sensor rekaman gempa yang ada. Untuk wilayah NTT sensor gempa yang ditanam itu ada sekitar 26 alat pencatat gempa bumi, tersebar dari wilayah Labuan Bajo sampai Sabu, Alor, dan Flores.

Di tahun ini ada tambah 11 berarti ada sekitar 37 alat pencatat sensor gempa atau seismogram.

11 yang baru itu dipasang di mana?

Satu di Pulau Komodo, kita izin dulu ke Taman Nasional Komodo kita koordinasikan karena tujuannya untuk masyarakat dan kalau ada kerusakan kita datang perbaiki.

Selain di Labuan Bajo itu ada satu di daerah Rote, kemudian di daerah Sumba itu ada tiga di Sumba Barat Daya dan Sumba Timur.

Dua lokasi, di Pulau Timor ini kita pasang tiga lagi, kemudian di Maumere dan Nagekeo masing-masing kita pasang satu lagi.

Kalau tiga yang di Pulau Timor di mana saja?

Halaman
1234
Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved