Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik Minggu 31 Desember 2023, Keluarga Kudus

Hari raya Keluarga Kudus diresmikan oleh Paus Leo XIII pada tahun 1893. Hingga Januari 1969 dan dirayakan pada hari Minggu dalam Oktaf dari Epifani

Editor: Edi Hayong
FOTO PRIBADI
RENUNGAN -Renungan Harian Katolik berikut ini ditulis Bruder Pio Hayon SVD mengangkat judul : Keluarga Kudus 

Kita memulainya dengan keluarga sekaligus Keluarga Bapa Bangsa kita, Abraham dan Sara.

Baca juga: Renungan Harian Katolik Jumat 29 Desember 2023, Dinamika Hidup

Mereka menjadi keluarga bangsa – bangsa dengan janji keluarga sebanyak bintang di langit dan pasir di pantai keturunannya. Namun pada usia 100 tahun mereka baru mendapatkan satu anak Ishak.

Bicara tentang banyaknya keturunan tetapi hanya diberi satu dan lebih mengesankan lagi bahwa anak itu harus dikorbankan sebagai persembahan kepada Allah. Terlihat aneh dan tak wajar.

Namun bagi Allah, janji itu tetap terpenuhi tergantung kesetiaan Abraham kepada Allah. Dan dia melakukannya dengan baik. Kesetiaan dan ketaannya kepada Allah tak pernah diragukan.

Kekudusan keluarga bapa bangsa Abraham terletak pada kesetiaan dan ketaatan mereka di hadapan segala macam cobaan dan godaan hidup yang diperhadapkan kepada mereka.

Menjadi kudus bukan berarti terlepas atau tak ada tantangan, malahan, kekudusan itu terbentuk lewat begitu banyak tantangan dan masalah yang dihadapi dan di situlah Allah sedang menilai kita, apakah kita tetap setia dan taat kepadaNya atau tidak.

Kisah bapa bangsa ini bercerita sangat jelas tentang betapa iman mereka dikuatkan dan diteguhkan oleh begitu banyak tantangan dan rintangan yang menimpa mereka.

Dan pada akhirnya tokoh Yesus Maria dan Yusuf sebagai contoh keluarga kudus juga terbentuk bukan hanya karena Yesus ada bersama-sama dengan mereka sebagai Putera Allah, tetapi karena iman mereka yang begitu kuat dalam kesetiaan dan ketaan mereka pada kehendak Tuhanlah yang membuat mereka menjadi kudus.

Baca juga: Renungan Harian Katolik Kamis 28 Desember 2023, Menghargai kehidupan

Iman mereka itu menjadi sempurna dalam diri Yesus Kristus sendiri putera tunggalnya Maria dan Yusuf.

Keteguhan iman dan kesetian sertak ketaatan mereka terlihat dalam seluruh proses sejak awal mengalami goncangan karena Maria harus mengandung terlebih dahulu, perjalanan ke Mesir, melahirkan di kandang hina bahkan terakhir sampai harus berdiri di kaki salib dan mengendong puteranya sendiri setelah kematian adalah bentuk-bentuk kesetiaan dan  ketaatan Maria dan Yusuf pada rencana dan kehendak Allah.

Pola hidup semacam inilah yang secara manusiawi telah membentuk Yesus sebagai anak mereka dalam asuhan mereka sejak Yesus masih kecil hingga dewasa. Kebenaran iman inilah yang menjadi sulit ditemukan lagi dalam keluarga-keluarga katolik kita saat ini.

Semakin banyak keluarga-keluarga kita yang pecah dan hancur berantakan karena lemahnya iman dalam kesetiaan dan ketaatan mereka pada kehendak Tuhan dan lebih mengandalkan egoisme diri mereka dan keinginan daging belaka. Maka marilah kita belajar dari keluarga Kudus Nazaret.

Saudari/a yang terkasih dalam Kristus

Pesan untuk kita, pertama: Tuhan itu selalu setia kepada kita umatNya yang terbentuk dalam keluarga kita. Kedua, keluarga kudus terbentuk lewat keteguhan iman dalam harapan, dan kasih yang besar lewat kesetiaan dan ketaatan pada kehendak Tuhan. Ketiga, Yesus selalu hadir dalam setiap perjuangan hidup semua keluarga-keluarga kita.(*)

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved