KLB Rabies

Pemda di Nusa Tenggara Timur Bisa Gunakan Anggaran Belanja Tak Terduga untuk Rabies

Aanggaran Belanja Tidak Terduga pun bisa digunakan untuk penanganan rabies di daerah tersebut.

|
Editor: Dion DB Putra
DOK
Sekretaris Komite Rabies Flores dan Lembata, dr Asep Purnama. 

POS-KUPANG.COM, KUPANG - Pemerintah daerah di Nusa Tenggara Timur (NTT) dapat menggunakan anggaran Belanja Tak Terduga untuk menangani kejadian luar biasa atau KLB rabies.

Langkah yang patut ditempuh saat ini adalah menangani hewan penular rabies (HPR) secara masif dan serentak. Demikian dikatakan Sekretaris Komite Rabies Flores dan Lembata, Dokter Asep Purnama, Selasa (12/12/2023).

Asep Purnama mengatakan, Kabupaten Malaka harus dinyatakan KLB setelah jatuh korban jiwa akibat gigitan anjing rabies. "Dengan menyatakan KLB maka bisa melakukan tindakan yang luar biasa juga," ujarnya.

Baca juga: Korban Meninggal Akibat Virus Rabies di Kabupaten Timor Tengah Selatan Mencapai 13 Orang

Selain itu, anggaran Belanja Tidak Terduga pun bisa digunakan untuk penanganan rabies di daerah tersebut.

Dikatakannya, rabies merupakan bencana non-alam. Apabila korban gigitan HPR bisa diselamatkan bila cepat mendapat pertolongan.

Jika seseorang digigit HPR, luka bekas gigitan harus dicuci dengan air dan sabun serta diberikan vaksin antirabies.

Ia menambahkan, langkah lain yang perlu ditempuh adalah HPR mesti diikat atau dikandangkan lalu divaksin. Namun dalam situasi kepepet, pemusnahan terhadap anjing yang berkeliaran dapat dilakukan.

"Mau bagaimana karena ini kan pilihan. Mau menyelamatkan anjing atau manusia? Kalau anjing yang liar, dengan sangat menyesal yah kita musnahkan," ungkapnya.

Meskipun demikian, eliminasi terhadap HPR ini merupakan pilihan paling akhir manakala kita tidak mampu mengatasi rabies.

Terhadap rabies yang sudah menelan banyak korban jiwa di NTT, Kepala Ombudsman RI Perwakilan NTT, Darius Beda Daton mengimbau semua warga NTT agar membawa anjing peliharaan untuk divaksin di klinik terdekat.

"Harapan kita masyarakat membawa anjingnya ke klinik terdekat agar divaksin," kata Darius, Selasa (12/12/2023) malam.

Ia juga memberi atensi serius terhadap rabies yang sudah menelan korban di Kabupaten Malaka.

Darius mengatakan, pemerintah pusat bekerja sama dengan Dinas Peternakan Provinsi NTT dan kabupaten untuk pengadaan dan distribusi vaksin, serta vaksinasi anjing.

Darius menyebut, saat ini 64 ribuan anjing yang sudah divaksin.

"Korban meninggal akibat rabies sudah banyak di Timor dan Flores. Kami berharap Dinas Peternakan terus menambah cakupan vaksin anjing setiap hari," tandasnya.

Darius juga menyinggung opsi pemusnahan massal anjing guna mencegah penularan yang lebih luas.

Diwartakan sebelumnya, dokter hewan senior, drh. Maria Geong, Ph.D menilai penanganan rabies di NTT sangat lamban meskipun kasus terus meningkat sejak bulan Mei 2023.

“Boleh dibilang ini sangat lamban penanganannya. Kita terus mengejar kasus ini. Tidak ada upaya promotif dan preventif. Kalau kita ada upaya promotif maka ada kesadaran masyarakat,” ujar Maria Geong kepada Pos Kupang, Selasa (12/12/2023).

Menurut Maria, tidak ada upaya preventif dalam vaksinasi padahal ada bantuan vaksin dari luar negeri untuk anjing. Prinsip dalam vaksinasi itu masal dan serentak untuk mengepung wilayah infeksi itu.

“Tapi kalau hal itu berjalan lambat maka usaha itu akan sia-sia. Harusnya vaksin itu menyeluruh dan masal serta serentak. Dari awal sudah saya bilang, kita tidak mengontrol populasi anjing yang waktu itu masih sangat padat,” ujarnya.

“Pergerakan anjing rabies itu lebih dari dua kilometer. Kalau pemerintah mau lakukan vaksinasi seluruh Pulau Timor. Kalau ini dibiarkan maka terus ada kematian ke manusia. Kita ini seperti lari mengejar penyakit ini, bukan menolak,” lanjutnya.

Menurut Maria Geong, strategi kebijakan vaksinasi saat ini masih sangat lemah. Kalaupun vaksin ada tetapi dana justru tidak ada. “Kalau kita vaksin ke manusia justru tidak akan berguna kalau tidak dilakukan vaksin
anjing. Vaksin manusia itu sangat mahal,” ujarnya.

Sementara itu, anak berusia 5 tahun berinisial M meninggal dunia pada Senin, 11 Desember 2023 di RSUPP Betun, Kabupaten Malaka.

Bocah ini digigit anjing atau hewan penular rabies di Desa Wesey, Kecamatan Weliman, Kabupaten Malaka pada 22 Oktober 2023.

Plt. Direktur RSUPP Betun, dr. Falentinus Raimanus Seran membenarkan peristiwa tersebut. "Benar sekali, pasien berinisial M dirawat di RSUPP Betun," tandasnya.

Korban gigitan 2.434 orang

Dari Soe dilaporkan, korban gigitan HPR di kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) mencapai 2.434 orang.

Hal tersebut dikatakan Juru bicara Satgas penanganan rabies Kabupaten Timor Tengah Selatan, Octas B. Tallo, ST, MT, kepada Pos Kupang, Rabu (13/12/2023).

Pria yang akrab disapa Adi ini menjelaskan, dari total kasus tersebut terdata 2 korban bayi, 393 korban berusia balita, 834 usia sekolah, 979 korban berusia produktif dan 225 korban lainnya terkategori lansia.

"Jumlah 2.434 kasus gigitan tersebut tersebar di 32 kecamatan dan 254 desa di Kabupaten TTS," ujarnya.

Dikatakannya, dari 2.434 korban gigitan anjing diketahui terdapat 2.621 gigitan dengan rincian sebagai berikut.

Bagian leher wajah dan kepala sebanyak 113 gigitan. Bahu ke bawah sampai lutut dan tangan 1.006 gigitan. Betis ke bawah sampai jari kaki sebanyak 1.502 gigitan.

"Dari 2.434 korban gigitan anjing, diketahui 13 korban menunjukkan gejala khas rabies, 532 korban tidak menunjukkan gejala khas rabies dan 1.888 korban lainnya belum ada gejala," ujarnya.

Sebanyak 2.420 korban saat ini menjalani rawat jalan, tidak ada korban dirawat di Fasyankes kecamatan, 1 korban dirawat di RSUD Soe dan 13 korban gigitan anjing meninggal dunia.

Dia menerangkan, saat ini jumlah anjing yang telah divaksin sebanyak 35.166 ekor. Kucing yang telah divaksin sebanyak 3.374 ekor. Kera yang telah divaksin 20 ekor.

Disampaikan pula, hingga kini terdata 2.598 orang telah divaksin, dengan rincian, tenaga kesehatan sebanyak 106 orang; kesehatan hewan 58 orang; dan korban HPR sebanyak 2.435 orang.

"Sisa stok vaksin berdasarkan data terakhir, VAR sebanyak 435 vial dan Sar 73 vial. Sementara vaksin rabies bagi HPR yang tersisa sebanyak 21.340 dosis," pungkasnya. (pos kupang/rio/llr/din)

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved