Wawancara Eksklusif
Wawancara Eksklusif dengan Savic Ali: Suara Nahdliyin jadi Penentu Kemenangan
Savic Ali tidak memungkiri bahwa suara Nahdliyin berpengaruh terhadap kemenangan pasangan calon presiden di Pilpres 2024.
Saya punya kompetensi dan merasa cukup dengan apa yang saya memiliki. Saya juga merasa bisa menanggung hidup jadi saya enggak berharap apa-apa terhadap kekuasaan.
Saya beberapa kali ketemu Pak Jokowi ya makan bareng. Saya pernah ngomong jadi semacam narasumber mewakili teman-teman, bahkan dua bulan yang lalu saya masih masih ada di sebuah acara yang berdiri di sampingnya Pak Jokowi di Sentul.
Itu baru beberapa bulan yang lalu artinya apa tadi bahwa saya sebagai warga negara dan saya sebagai mantan aktivis yang punya aspirasi terkait demokrasi, terkait pemisahan kekuasaan, terkait pemberantasan kemiskinan, terkait KKN, terkait memperpendek gap Jawa luar Jawa.
Dalam konteks itu mungkin istilah kecewa bukan hal yang tepat.
Pak Jokowi masih punya mimpi mungkin, Pak Jokowi masih memiliki agenda dan saya percaya itu. Tapi saya kira pendekatannya dengan mengakomodasi partai-partai justru bikin blunder. Bukan kemajuan yang dicapai tapi justru hal-hal buruk terjadi seperti korupsi, ada banyak kepentingan yang nempel di dalam kekuasaan dan itu lazim.
Jadi memang oligarki itu konsekuensi yang tak terelakan di dalam partai-partai makanya ada sebuah buku yang membahas oligarki di dalam partai politik. Maka disebut Iron Law, hukum besi karena itu tak terelakan.
Saya membaca referensi-referensi itu jadi buat saya di dalam politik tidak ada kecewa. Tetapi bahwa kita berpikir bahwa Indonesia ke arah yang benar dan lewat mekanisme yang benar di situ saya melihat Pak Jokowi di periode keduanya saya sudah punya keprihatinan.
Kita kembali ke Ganjar-Mahfud, mungkin kalau di Pulau Jawa lebih mudah mapping, strategi apa akan dilakukan di luar Jawa misalnya di Kalimantan, Sumatera, Bali, atau di Papua?
Saya tidak sepenuhnya bisa cerita tentang strategi seperti apa. Tapi secara umum adalah Pak Mahfud orang yang laik karena bersih, Pak Mahfud orang yang blak-blakan, orang yang tegas dan orang yang menghormati aturan main hukum.
Dan track recordnya sudah lama dan Pak Mahfud punya background pesantren yang kuat sehingga dia juga akan peka dengan misal dunia pesantren.
Kepentingan-kepentingan pesantren seperti itu, kita menyaksikan bahwa berdasarkan survei itu kelaikan Pak Mahfud paling tinggi dibanding cawapres yang lain bahkan dibanding capres.
Di antara orang yang mengenal Pak Mahfud umumnya itu positif. Jadi Pak Mahfud nasional bukan hanya di Jawa bahkan bukan hanya kalangan pesantren NU bukan hanya nahdliyin.
Karena memang justru diskursus yang dibangun Pak Mahfud sebenarnya rasional sering berbicara soal hukum, soal toleransi, soal keberagamaan. Ini kan hal-hal pada dasar menjadi concern semua masyarakat bukan hanya di Jawa.
Saya kira Mas Ganjar juga mewakili dia ketika jadi Gubernur Jawa Tengah. Dia sangat tahu saya kira problem masyarakat yang di level bawah dan level menengahnya Jawa Tengah.
Salah satu isu komitmen sekarang ini kan di keluarga miskin itu harus ada yang dapat dukungan beasiswa agar dia bisa jadi sarjana dan satu keluarga miskin satu sarjana.
Karena kita percaya bahwa ya pendidikan itu kunci untuk masa depan dalam sebuah keluarga jika ada yang mendapatkan pendidikan tinggi dia yang akan bisa membawa keluarganya itu keluar dari jurang kemiskinan.
Nah di situ pendidikan adalah cara terbaik karena dengan wawasan itu orang bisa melihat kesempatan-kesempatan dan punya skill dan knowledge baru yang membuat dia bisa mengatasi masalah-masalahnya.
Kemampuan dia untuk mengambil keputusan tidak akan lebih baik makanya saya kira itu satu contoh gitu kemudian di segmen pemilih muslim gitu kan misal kemarin kita diskusi bahwa masyarakat Indonesia itu masyarakat yang sangat religius ibaratnya 94 persen penduduk Indonesia itu memang religius.
Dan 90 persen rata-rata ada beberapa di beberapa wilayah yang mungkin 87 persen itu pada suatu saat ada yang muslim, katolik, kristen, hindu karena taat pada rajin menjalankan kewajibannya sebagai umat beragama.
Nah makanya kemudian banyak orang misalnya kalau di Islam itu kan semua orang tua itu punya concern agar anaknya bisa baca Al-Quran bukan semata dia pintar science, pintar matematika, pintar biologi, pinter bahasa Inggris, pintar apa coding atau programming atau komputer.
Tapi banyak orang tua itu di umur-umur pendidikan dasar pengin semuanya anaknya bisa baca Al-Quran. Nah itu tinggi sekali tapi kita tahu bahwa penghargaan terhadap guru-guru ngaji itu masih sangat rendah kalau dibandingkan penghargaan terhadap guru ngaji dan penghargaan terhadap guru bahasa Inggris atau guru les matematika kan beda banget.
Artinya walaupun kita ini menganggap sangat penting agama, sangat penting baca Al Quran tapi penghargaan kita terhadap guru-guru agama itu sangat rendah.
Saya sendiri ini kan pernah kuliah di IAIN saya kira standar gaji beda banget, artinya ini kan ada paradoks. Kita ini menganggap penting agama tapi pengerjaannya terhadap mereka yang punya kantong untuk merawat kehidupan beragama itu rendah. Nah Pak Mahfud punya kesadaran itu.
Makanya mulai dipikirkan teman-teman harus ada insentif terhadap guru-guru ngaji. Terhadap masjid misalnya, jadi dihitung APBN kemungkinannya berapa kenapa karena mereka adalah orang-orang yang selama ini juga menjadi tulang punggung.
Sampai hari ini pengakuannya belum bagus padahal kita ini udah punya undang-undang pesantren yang punya semangat untuk mengakui dunia pesantren tetapi sekarang pengakuan itu belum sepenuhnya ada.
Misal orang yang lulusan pesantren ijazahnya nggak bisa dipakai melamar kerja, ditolak gitu bisa nanti kan itu diskriminasi enggak ada pengakuan.
Dulu saya ini lulusan saya pesantren, enggak punya ijazah SMA saya enggak bisa kuliah ke perguruan tinggi negeri. Saya harus nunggu 1 tahun ikut ujian persamaan saya baru bisa ikut masuk perguruan tinggi negeri.
Ini kan harusnya enggak boleh lagi terjadi, recognisi yang kedua kan soal afirmasi dan tinggal fasilitasi. Jadi hal begini Pak Mahfud kan cukup paham dan akan memperjuangkannya artinya apa Pak Mahfud ini sebagai orang yang ahli hukum dari dulu sama seperti itu cara berpikirnya adalah menata hal-hal yang fundamental yang penting menjadi syarat agar kehidupan berbangsa dan bernegara ini benar baik untuk semua.
Hukum bukan hanya tajam kebawah tapi juga semua ke atas semua harus setara di depan hukum. Pak Mahfud orang hukum yang punya komitmen seperti itu beliau juga dari kalangan dunia pesantren yang sangat peka terhadap isu-isu terkait pesantren misalnya itu salah satu contoh. (tribun network/reynas abdila)
Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.