Wawancara Eksklusif
Wawancara Eksklusif dengan Savic Ali: Suara Nahdliyin jadi Penentu Kemenangan
Savic Ali tidak memungkiri bahwa suara Nahdliyin berpengaruh terhadap kemenangan pasangan calon presiden di Pilpres 2024.
Karena saya kira timnya sadar benar bahwa kalau Prabowo ini bisa mengambil hati kyai-kyai itu akan memberikan efek elektoral yang luar biasa. Tetapi kan pada dasarnya saya kira warga NU tahu kalau Pak Mahfud dari dalam pesantren.
Studinya sebelum studi hukum adalah Sastra Arab di situ jadi saya kira warga NU tahu bahwa Pak Mahfud lebih mewakili mereka, lebih merepresentasikan mereka ketimbang misal Pak Prabowo.
Kalau kita membandingkan Pilpres 2019 kalau tidak salah Anda juga sebagai salah satu tim pemenangan Pak Jokowi?
Saya enggak menjadi tim resmi.
Kalau kita membandingkan dengan Pilpres tahun ini apa yang membedakan?
Ya buat saya tentu Pilpres sekarang itu menjadi lebih ini mengherankan. Kalau saya dulu dua kali membantu Pak Jokowi, Pilpres 2014 saya membantu beliau saya ketemu langsung sama Pak Jokowi.
Saya pernah makan satu meja bareng Pak Jokowi karena saya anggap bahwa dia orang kandidat yang mungkin bisa dititipin salah satu mimpi reformasi. Ada banyak mimpi reformasi yang belum terwujud dan saya waktu itu punya harapan Pak Jokowi paling tidak memperpendek kesenjangan misalnya Indonesia bagian barat dan Indonesia bagian timur secara umum.
Dan juga misal antara Jawa dan luar Jawa saya punya harapan seperti itu dan yang kedua juga karena rivalnya Pak Prabowo yang saya anggap tidak laik untuk sebenarnya menjadi pemimpin di negeri ini karena dengan catatan-catatan kesalahannya yang sebenarnya kategorinya dosa besar istilahnya gitu ya.
Beliau pria militer yang nyampe kesalahannya itu membuat dia dipecat dari militer karena terlibat peristiwa penculikan dan penghilangan nyawa orang. Jadi buat saya itu dosa besar yang seharusnya membuat Pak Prabowo itu tidak bisa lagi untuk berkonsentrasi politik.
Tetapi 2014 dia nyalon lagi dan kansnya besar, pada Pilpres 2009 sebelumnya Pak Prabowo wakilnya dari Ibu Mega tapi waktu itu saya menganggap kansnya kecil jadi saya enggak ikutan karena saya enggak yakin dia akan menang.
Tetapi 2014 saya kira itu mengkhawatirkan karena Pak Prabowo mungkin menang maka kemudian orang-orang seperti saya yang punya background aktiviis itu membantu Pak Jokowi .
Selain Pak Jokowi juga punya track record yang cukup baik waktu memimpin Solo dan juga menjadi Gubernur DKI.
Dan kemudian 2019 Pak Prabowo masih maju lagi yang kansnya juga besar lagi maka itu juga membuat saya tergerak untuk ini enggak boleh gitu.
Hukum yang tidak mampu mengadili Pak Prabowo harusnya politik mampu menghukum dia nah di situ jadi cara menghukum politik ya harus dikalahkan itu 2019.
Nah sekarang menjadi agak rumit karena orang yang menjadi alasan saya mendukung Pak Jokowi hari ini justru kesannya didukung oleh Pak Jokowi. Nah ini yang menurut saya absurd. Pak Jokowi menganggap Pak Prabowo yang sebelumnya rival politik itu dijalankan sebagai presiden.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.