Berita Lembata

Tena Laja Lamalera yang Menolak Punah

Dengan terampil, berbekal pisau kecil dan untaian daun gebang, para nelayan senior itu menganyam bagian-bagian yang sudah bolong.

Penulis: Ricardus Wawo | Editor: Oby Lewanmeru
POS-KUPANG.COM/RICKO WAWO
Proses anyam layar perahu (tena laja) ditampilkan saat puncak acara Festival Budaya Tani Tenane Fule Penete di desa Lamalera A, Kecamatan Wulandoni, Kabupaten Lembata, Jumat, 24 November 2023 siang. 

Meski para nelayan sudah mengenal mesin untuk bertolak ke tengah lautan, Jepo mengatakan, peran layar (laja) masih sangat penting sampai sekarang dan sebenarnya tidak tergantikan.

Dia menceritakan pernah ada kejadian, pledang pergi ke tengah laut untuk menangkap ikan paus dengan bantuan mesin. Sampai di tengah laut, pledang itu tidak mengibarkan layarnya. Hasilnya mereka tidak berhasil menangkap ikan paus.

Baca juga: Karyawan Perusahaan Mutiara Meninggal di Dasar Laut Loang Lembata

“Jadi meski ada mesin sekalipun, layar itu meski tidak dipakai juga tetap harus ada di atas pledang karena dia satu kesatuan dengan pledang itu,” ujarnya.

Dalam pandangannya, Jepo yakin kemampuan masyarakat Lamalera untuk menganyam layar itu tidak mungkin hilang karena setiap tahun pemilik tena laja itu selalu menurunkan layar dan memeriksa bagian mana yang harus diperbaiki.

“(layar) rusak bukan seluruhnya, ada beberapa bagian saja yang perlu diperbaiki dan anak-anaknya atau anak-anak yang ada di pantai selalu datang untuk melihat cara menganyam layar. Jadi, saya yakin kemampuan itu susah untuk hilang,” paparnya.

 

Lodovikus Lelaona, nelayan senior desa Lamalera, menambahkan, layar masih sangat diperlukan dalam keseluruhan tradisi leva nuang (penangkapan ikan paus). Dia mengakui saat ini nelayan memang dimudahkan dengan adanya mesin untuk membawa perahu ke tengah lautan. Akan tetapi biasanya, jika menangkap ikan paus, mesin itu harus dimatikan jika sudah mendekati sasaran. Layar pun wajib dikibarkan.

Seperti Jepo, Lodovikus percaya kemampuan atau keterampilan orang Lamalera untuk menganyam layar tidak mungkin hilang. Dia juga sudah mengajari anak-anaknya cara menganyam layar seperti yang biasa dia lakukan.

Festival Budaya Tani Tenane Fule Penete sudah selesai. Setidaknya, ada pesan yang disampaikan. Salah satunya; Tena Laja Lamalera menolak punah. (*)

Ikuti berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved