Wawancara Eksklusif
Wawancara Eksklusif Tsamara Amany: Erick Thohir Sudah Ikhlaskan Posisi Cawapres
Politisi muda Tsamara Amany menegaskan dirinya menjadi pengikut setia pengusaha sekaligus Menteri BUMN Erick Thohir.
Jadi perlu ada anak-anak muda kita yang meningkatkan skill set-nya, perlu ada pemikiran-pemikiran gimana supaya orang-orang terdidik, anak-anak muda yang lulus dari kuliah itu nggak nganggue. Memang ini persoalan-persoalan yang kompleks persoalan-persoalan yang harus dijadikan fokus oleh para kandidat.
Jangan sampai kita melupakan hal-hal yang sifatnya substansial kita lebih asik fokus terhadap misalnya apa sih yang dibicarakan oleh para elit politik karena aku punya kekhawatiran kita ini seperti jauh dengan anak muda yang selalu kita bicarakan.
Kita bicara terus tentang apa yang ada di kalangan elite, apa yang disibukkan oleh kalangan elite, apa yang dibicarakan elite itu terus pembahasannya padahal harusnya pembahasan sesungguhnya adalah pembahasan isu-isu yang berkaitan dengan pemilih terbesar kita hari ini yaitu anak muda.
Dan jangan lupa anak muda itu sama seperti kita semua mereka juga punya masalah kehidupan, yang paling penting mereka membutuhkan stabilitas keuangan, stabilitas keluarga makanya isu-isu kebijakannya mesti keluar.
Di pemilu kali ini itu mendadak muncul anak-anak muda di panggung politik yang bukan kaleng-kaleng nasional ada Mas Gibran Rakabuming ada Mas Kaesang. Buat Anda surprise terkejut atau biasa saja?
Aku nggak surprise karena menurut aku mereka dua orang yang sudah cukup terlihat di dalam panggung publik. Jadi misalnya seperti Mas Gibran kita tahu sudah jadi Wali Kota. Kita tahu kiprah Mas Gibran di Solo.
Mas Kaesang juga sering muncul sebagai konten kreator, usaha dan lain sebagainya karena mereka sering muncul di panggung publik aku enggak surprise. Dan aku sebenarnya senang dengan banyaknya anak-anak muda dan sebenarnya bukan hanya Mas Gibran dan Mas Kaesang tapi ada Mas Emil Dardak yang sekarang makin muncul dan ada Mas Dito Ariotedjo.
Kemudian ada Mas Dico Bupati Kendal, nah orang-orang ini penting untuk terus terlihat karena kita menjadi menormalisasi anak-anak muda di panggung politik.
Sama seperti dulu ketika aku pertama kali masuk ke politik, aku merasa bahwa politik kita itu enggak banyak didominasi anak muda makanya PSI ketika itu menjadi pendobrak dan orang selalu menganggap aneh anak muda di panggung politik
Tapi alhamdulillah dalam pemilu selanjutnya sekarang 2024 orang menormalisasi anak-anak muda yang masuk ke dalam politik, bekerja dan semakin banyak ya. Jadi menurut aku penempatan anak-anak muda dalam posisi strategis itu penting apa ya aku enggak bisa bilang 100 persen surprise aku merasa bahwa menjadi keharusan dan konsekuensi yang natural dari makin banyaknya anak muda yang terjun ke dunia politik.
Apalagi kita akan terjadi bonus demografi yang pasti ada regenerasi.
Kalau menurut Anda mereka tuh hanya karena beruntung menjadi anak tokoh elite bukan anak muda biasa itu juga normal-normal saja kah?
Menurut saya gini mas pasti setiap anak muda yang masuk ke dalam politik itu punya privilege dan punya keistimewaan. Saya punya keistimewaan kalau misalnya keluarga saya enggak mendidik dengan baik. Ketika itu misalnya saya secara finansial keluarga enggak bisa membantu mungkin enggak bisa masuk poltik juga.
Karena mayoritas anak muda Indonesia memang ketika lulus sekolah ya dia harus kerja dulu dan laon sebagianya enggak bisa langsung masuk ke politik, pasti ada keistimewaan itu.
Tapi yang paling penting adalah bukan menganggap rendah seseorang yang istimewa tapi bagaimana orang-orang itu bisa menggunakan keistimewaan mereka untuk membantu orang banyak.
Karena realitanya kita tidak bisa memungkiri bahwa memang pada akhirnya orang-orang yang akan menduduki posisi strategis akan baik didominasi oleh orang-orang yang memiliki privilege ini. Ini realitanya tetapi bagaimana prinsip itu yang dimiliki anak-anak muda bisa dipakai untuk menjadi jembatan, memberikan jembatan supaya anak-anak muda yang tidak memiliki privilege untuk ikut terlibat.
Jadi menurut saya, kalau saya harus selalu realistis dan selalu melihatnya big picture. Privilege itu enggak salah kok justru bagaimana orang-orang yang memiliki privilege itu untuk memberikan kesempatan bagi orang banyak.
Misalnya saya kasih contoh, Pak Erick ini apakah orang yang privilege atau tidak menurut saya dia orang yang privilege penuh keistimewaan. Beliau sukses sebagai pengusaha dan sekarang jadi menteri.
Tetapi bagaimana beliau menggunakan privilege kepada semua anak-anak muda yang belum dimiliki dan masih membutuhkan tangga menuju politik. Itu menurut saya bentuk yang clear bagaimana privilege itu bisa digunakan untuk kebaikan orang banyak.
Jadi saya enggak pengin kita anti terhadap orang-orang yang punya keistimewaan, orang-orang yang memiliki privilege. Saya hanya berharap kita mendorong mereka untuk memberikan privilege juga kepada orang-orang yang membutuhkan.
Mba Tsamara setelah berada di pinggiran untuk beberapa saat di dunia politik praktis. Apakah masih ada tertarik untuk balik gitu comeback ke dunia politik praktis?
Pasti akan ada masa comeback, sebenarnya kan kita juga di dalam pemilu kali ini menurut aku sih jujur dan fair. Tadi kan saya juga sempat ceritakan gimana sih melihat kualitas kontestasi 2024 apakah saya 100 persen enggak menjatuhkan dukungan.
Kalau aku sih spesifik, aku ikut keputusannya Pak Erick kenapa karena Pak Erick itu mentor dan Pak Erick orang yang aku percaya.
Aku punya cerita juga bagaimana anak muda ketika mempercayai seseorang itu ada layer-layernya jadi misalnya kalau untuk aku ya Pak Erick percaya dengan Pak Jokowi. Aku percaya dengan Pak Erick, aku percaya Pak Erick, Pak Erick percaya Pak Jokowi.
Dan Pak Erick itu percaya bahwa kontinuitas atau keberlanjutan itu bisa terealisasi kalau misalnya Pak Prabowo dan Mas Gibran yang terpilih. Menurut aku bisa memahami keputusan beliau juga gitu keberlanjutan itu penting karena pemerintahan kita ini selama ini tuh selalu gonta-ganti dan tidak pernah ada gagasan pembangunan yang berkelanjutan contoh dari Bung Karno ke Pak Harto ganti.
Dari Pak Harto kemudian ke Pak Habibie ya transisi, transisi reformasi gitu dari Pak Habibie kemudian ke Gus Dur berubah dari Pak SBY itu Pak Jokowi berubah lagi.
Jadi selalu tidak pernah ada gagasan pembangunan yang berkelanjutan kecuali waktu Pak Harto di sekelilingnya lama ya atau Bung Karno. Tetapi ketidakberlanjutan ini itu sebenarnya enggak bagus gitu, Pak Jokowi menurut saya terlepas dari kita suka atau tidak suka approval rating beliau menunjukkan di atas 70 persen artinya masyarakat puas dengan pembangunan ekonomi sudah dilakukan oleh Pak Jokowi.
Keberlanjutan itu menjadi penting, stabilitas yang sudah diletakkan dan fondasi untuk diletakkan itu penting makanya misalnya Pak Prabowo dan Mas Gibran dianggap bisa melanjutkan itu. Nah saya enggak bisa menganggap itu salah menurut saya kita perlu gagasan pembangunan itu makanya saya menganggap Pak Prabowo sama Mas Gibran seperti apa kata Pak Erick bisa melanjutkan itu.
Nah kembali lagi ke masalah multi level tadi kenapa sih itu penting coba kita lihat politik kita hari ini semuanya pengin ketemu sama influencer-influencer. Kenapa? karena anak muda itu ketika mempercayai seseorang itu enggak langsung dia percaya ke tokoh A.
Karena belum tentu dia kenal sama si tokoh A tetapi dia akan percaya orang yang dia percaya agau orang yang dia kenal. Makanya saya kenal Pak Erick baik, Pak Erick percaya pada Pak Prabowo dan Mas Gibran saya ikut gitu kan.
Sama juga misalnya ada influencer seperti Arif Muhammad, terus kemudian tokoh seperti Dian Sastro dan lain sebagainya gitu kan artis-artis yang top-top. Saya nggak tahu mereka punya dukungan politik atau tidak.
Tapi misalnya mereka punya pilihan-pilihan tertentu maka para anak-anak muda ini akan sangat percaya dengan Arif Muhammad, Dian Sastro, Ario Bayu, mereka ikut dengan apa yang dilakukan oleh para influencer ini karena mereka percaya.
Saya mengganggap kemampuan untuk apa ya membentuk kepercayaan berjenjang itu penting dan saya kira ini sangat jarang dibahas sekarang saat ini di dalam pemilu.
Satu di antara isu politik kita sekarang ini adalah fairness lalu kemudian tidak memihak artinya bersaing sekarang fair. Isunya sekarang itu netralitas bertarung secara adil, menurut Anda ada masalah tidak dalam isu tersebut?
Menurut saya saat ini adalah dunia media sosial, dunia yang sangat terbuka informasi. Jadi setiap orang akan dituntut untuk fair setiap orang akan ditunti netral.
Saya percaya proses yang sekarang ini ya kita aktif saja mengawasi apakah pemilu akan ada intimidasi, apakah akan ada yang copot-copot baliho, itu pasti akan ada kepada seluruh kandidat.
Karena di pemilu selalu akanada orang-orang di grassroot yang sampai hati yang fanatik yang percaya, yang main kasar antara sesama pendukung. Karena kan tetap yang di atas tidak bisa mengontrol juga sampai yang paling bawah itu akan selalu terjadi isu koordinasi pasti selalu ada.
Jangankan para kandidat pilpres saya juga dulu nyaleg, saya sudah bilang sama koordinator saya yang paling rendah yang paling kelurahan jangan pasang spanduk di pohon. Masih juga dipasang di pohon. Saya marah-marah tapi itu terjadi artinya gesekan-gesekan di bawah itu pasti ada copot-copotan baliho pasti akanterjadi kepada semua kandidat menurut saya.
Dan juga model-model intimidasi di gesekan di bawah juga akan terjadi pada semua kandidat dan itu menurut saya bukan hanya di level Pilpres tapi di level Pileg.
Inilah realitanya makanya kita tinggal dorong para Panwas untuk betul-betul yang menjaga agar pertandingan ini berjalan secara baik. (tribun network/reynas abdila)
Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.